Pochettino, Seorang Argentina yang Berjasa Bagi Inggris

Cerita

by redaksi

Pochettino, Seorang Argentina yang Berjasa Bagi Inggris

Mauricio Pochettino kini terkenal sebagai pelatih yang membawa spurs ke papan atas liga. Tepatnya di peringkat kedua musim ini dengan 51 poin, selisih dua angka dari Leicester yang mengemas 53 angka. Jelas itu sebuah prestasi yang membanggakan bagi publik White Hart Lane, terlebih kali ini Spurs berada setingkat di atas rivalnya, yakni Arsenal.

Selain itu, mantan pelatih Southampton tersebut juga melestarikan “kearifan lokal” dengan mengembangkan pemain muda asli Inggris, hal sangat jarang dilakukan oleh beberapa klub “besar” di Liga Primer.

Seperti yang kita tahu bahwa kontribusi youngster Inggris pada tim-tim besar sangat langka, kalaupun ada itu pun tak sebesar pengaruh legiun asing yang ada di klub tersebut. Sebagai contoh, Arsenal hanya punya Callum Chambers sementara Danny Welbeck masih miskin kontribusi, Manchester City dengan Raheem Sterlling, Chelsea hanya memiliki Ruben Loftus-Cheek yang masih sangat minim jam terbang.

Mungkin Manchester United serta Liverpool memiiki sedikit lebih banyak pemain muda dibanding tim-tim yang disebut sebelumnya, tapi mereka masih jarang meraih kemenangan dan belum bisa tampil konsisten musim ini.

Pemain-pemain seperti Harry Kane, Eric Dier, Delle Alli, Ryan Mason, dan Tom Caroll adalah deretan pemuda yang permainannya semakin berkembang pada masa kepelatihan Pochettino. Bahkan kini Kane menjelma menjadi striker yang buas setelah total mengemas 16 gol.

Selain itu Dier menjadi figur penting di lini pertahanan Spurs sementara Alli digadang menjadi wonderkid paling menjajikan di Inggris musim ini lewat raihan 7 golnya. Tak mau kalah, Mason juga sudah sempat masuk kesebelasan negara Inggris sewaktu kualifikasi Piala Eropa lalu. Seakan kita hanya tinggal menunggu waktu untuk “meledaknya” Caroll.

Jelas selain berefek positif bagi Spurs, tentu mereka juga akan menjadi sosok penting bagi skuad Inggris di masa depan. Mengingat performa timnas yang kini dilatih Roy Hodgson tersebut tergolong miskin gelar di kancah internasional.

Tentu publik Inggris harus berterima kasih kepada pelatih yang mengawali kariernya sebagai pemain di Newell's Old Boys tersebut. Jika bukan karenanya, tak akan ada nama-nama seperti yang disebutkan di atas.

Baca juga: Pemain Inggris Itu Seperti Junk Food-nya Sepakbola

Namun, Pochettino memang sudah terkenal dermawan kepada inggris, bahkan saat rambutnya masih panjang terurai. Sewaktu Piala Dunia Korea Jepang 2002, tepatnya saat Argentina bertemu Inggris pada fase grup, musuh bebuyutan tersebut tergabung di grup F bersama Swedia dan Nigeria. Pada laga penuh gengsi tersebut kedua tim bermain imbang di 45 menit awal.

Namun melapetaka bagi tim Tango datang pada akhir babak pertama, tepatnya pada menit 42 saat seorang bek menjatuhkan Michael Owen di kotak penalti. David Beckham sebagai algojo tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan merubah skor menjadi 0-1. Gol tersebut akhirnya menjadi satu-satunya gol yang terjadi pada malam itu, sehingga membawa Inggris menang atas Argentina. Sementara itu kekalahan tersebut membuat langkah Gabriel Batistuta dkk. terhenti pada fase grup, setelah hanya bermain imbang melawan Swedia pada laga ketiga.

Bagi Inggris, hasil tersebut tentu menjadi salah satu kemenangan yang tak akan dilupakan, pasalnya mereka sukses membalas dendam atas kekalahan 4 tahun silam pada Piala Dunia 1998 di Prancis. Ditambah lagi kedua negara tersebut mempunyai masa lalu yang buruk atas tragedi Malvinas, semakin menambah manisnya kemenangan di Stadion Sapporo Dome tersebut. Meskipun akhirnya Three Lions harus gugur di tangan Brasil di perempat-final, tapi mereka tetap harus berterimakasih kepada bek Argentina tersebut bahkan sampai sekarang.

Ya, bek itu bernama lengkap Mauricio Roberto Pochettino Trossero, yang kini melatih klub Inggris, Tottenham Hotspurs. Pria yang akrab disapa Poch ini, sampai sejauh ini (masih bisa lebih jauh lagi) sudah mengorbitkan banyak bakat muda masa depan Inggris. Bukan hanya di Spurs, tetapi juga dahulu saat di Southampton.

Atas jasa-jasanya tersebut bukan tak mungkin gelar “Sir” akan disematkan oleh Ratu Inggris di depan namanya.

Komentar