Ange Postecoglou, Pelatih Terbaik Asia 2015

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ange Postecoglou, Pelatih Terbaik Asia 2015

Dinobatkannya Australia sebagai tim terbaik Asia pada tahun 2015 ini memang bukan sebuah kejutan. The Socceroos berhasil menjuarai perhelatan Piala Asia yang digelar pada awal tahun ini dengan mengalahkan Korea Selatan2-1 di partai puncak, meskipun sebelumnya harus melalui babak perpanjangan waktu terlebih dahulu.

Sosok di balik keberhasilan Australia menjuarai kompetisi regional Benua Asia untuk pertama kali sejak bergabung ke federasi sepakbola Asia (AFC) 10 tahun lalu ini adalah sang pelatih tim nasional mereka, Angelos "Ange" Postecoglou. Pelatih tumbuh besar di Melbourne ini menangani Tim Cahill dan kawan-kawan sejak tahun 2013.

Sepanjang tahun 2015, Postecoglou berhasil membawa Australia mencatatkan rekor kemenangan 71%. Dengan rincian 10 kemenangan dari 14 pertandingan di seluruh kompetisi, mencetak total 33 gol dan hanya kemasukan delapan gol.  Sebuah keberhasilan yang luar biasa, dan tidak salah ketika Postecoglou dianugerahi sebagai pelatih terbaik Asia tahun ini.

Dan seperti kebanyakan tentang kisah kesuksesan di mana sang protagonis memulai kariernya dengan tidak mudah.

Sempat Mencatatkan Rekor Buruk

Lahir di Athena,Yunani dengan nama lengkap Angelos Postecoglou pada 27 Agustus 1965. Dirinya hijrah ke Australia saat berumur lima tahun. Hal ini terkait imigrasi besar-besaran warga Eropa ke Australia pada tahun 70-an. Keluarga Postecoglou menetap di Melbourne, di mana di kota tersebut jugalah dirinya memulai karier sebagai pesepakbola.

Setelah pensiun bermain sebagai pemain belakang, Postecoglou memulai karier kepelatihan di South Melbourne. Kemudian dirinya ditunjuk untuk melatih tim muda Australia pada 2000 hingga 2007 mulai dari level U-17 hingga U-20.

Meski sempat dikritik karena gagal meloloskan Australia ke Piala Dunia U-20 tahun 2007, ia banyak diapresiasi karena berhasil mengasah bakat-bakat Australia. Tim Cahill, Jason Culina, dan Joshua Kennedy adalah sekian dari sederet nama yang ditetaskan oleh Postecoglou.

Karena Kemampuan ini lah dirinya dikontrak sebagai pelatih Brisbane Roar salah satu kontestan A-League, yang merupakan kompetisi tertinggi di sepakbola Australia pada 16 Oktober 2009. Beragam perubahan langsung dilakukan oleh Postecoglou, salah satunya adalah menyingkirkan pemain-pemain yang dianggapnya sudah tidak memberikan kontribusi besar kepada tim. Penyerang tim nasional Indonesia, Sergio van Dijk, termasuk salah satu yang dienyahkan oleh Postecoglou ketika dia memulai rezimnya di Brisbane Roar.

Dengan filosofi penguasaan bola  dan operan cepat yang diusungnya, pada masa kepelatihan Postecoglou, Brisbane Roar sempat dijuluki sebagai “Roarcelona” oleh media lokal Australia, mengacu kepada kesamaan gaya bermain The Roar dengan raksasa catalan, FC Barcelona.

Hasilnya luar biasa, Brisbane Roar menjadi tim pertama yang berhasil memenangkan A-League dua musim beruntun (2010/2011 dan 2011/2012). Ditambah catatan lain, yaitu pada musim keduanya bersama The Roar, Pastecoglou berhasil membawa timnya tidak pernah kalah dalam 36 pertandingan sepanjang kompetisi.

Selepas dari Brisbane Roar, Postecoglou dipanggil pulang untuk menangani tim kota kelahirannya, yaitu Melbourne Victory. Namun disana dirinya hanya bertahan satu musim, dikarenakan Postecoglou terpilih sebagai pelatih tim nasional Australia menggantikan Holger Oseick yang dipecat setelah menerima dua kekalahan besar atas Brasil dan Prancis dengan skor mencolok 6-0.

Penunjukan Postecoglou mengundang banyak reaksi negatif, bukan saja disebabkan oleh rekor buruknya saat menangani tim Australia muda. Tetapi Postecoglou dianggap tidak punya banyak pengalaman internasional meskipun dirinya terhitung sukses di kompetisi domestik Australia. Caps yang ditorehkan oleh Postecoglou juga menjadi bahan pembicaraan, dirinya baru empat kali membela Socceroos di pentas internasional semasa menjadi pemain dahulu.

Dan ketakutan publik sepakbola Australia seakan menjadi kenyataan. Dalam 16 laga awal dirinya menangani tim nasional Australia, Mile Jedinak dan kawan-kawan hanya berhasil meraih dua kemenangan. Dengan kata lain persentase kemenangan Australia dibawah Postecoglou hanya 16%, ditambah catatan mengerikan dimana negeri kangguru ini menderita delapan kekalahan dari 11 partai yang dipertandingkan pada tahun 2014.

Rekor ini merupakan yang terburuk dibandingkan pelatih lain yang pernah menangani The Socceroos. Sebelumnya, rekor ini sempat dipegang oleh Rudi Gutendorf yang menangani Australia pada tahun 1979 hingga 1981. Bahkan dibawah kepemimpinana Postecoglou, posisi Australia di peringkat FIFA sempat merosot drastis dari peringkat 57 ke peringkat 94.

Baca juga: Rumus Menghitung Peringkat FIFA

Postecoglou berkilah bahwa tren negatif ini terjadi hanya sementara waktu. Hal ini ia nyatakan usai Australia takluk 1-2 dari Jepang pada 18 November 2014.

“Kita berbicara mengenai keinginan untuk mengembangkan sepakbola Australia, meningkatkan sepakbola Australia, perencanaan saya lebih jauh dari ini, saya yakin bisa membayar (seluruh kegagalan) ini,” ujar Postecoglou seperti yang dikutip dari laman resmi Brisbane Roar.

Dua bulan kemudian apa yang diucapkan oleh Postecoglou menjadi kenyataan. Bukan saja rekor kemenangan berhasil diperbaiki, tepatnya pada 31 Januari 2015, Postecoglou dan seluruh komponen tim nasional Australia merayakan pencapaian mereka untuk menjuarai Piala Asia untuk pertama kalinya.

Sebuah rekor yang tidak pernah dicapai oleh pelatih Australia manapun. Bukan pelatih legendaris asal Belanda Guus Hiddink, bukan pula sang anak emas federasi sepakbola Australia, Frank Farina yang berhasil membawa Australia menjadi juara di Asia.

Adalah Ange Postecoglou yang merupakan imigran dari Yunani, dirinya yang pernah mencatatkan rekor kekalahan terburuk lah justru yang berhasil membawa Australia menjadi raja di Asia.

Sumber Foto : news.com.au

Komentar