Maldini dan AC Milan sebagai Jalan Hidup

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Maldini dan AC Milan sebagai Jalan Hidup

Italia merupakan salah satu negara sepakbola yang kerap kali melahirkan talenta berbakat yang kemudian dikenal dunia. Dan jika kita berbicara siapa pemain berbakat yang kemudian menjadi legenda, Paolo Maldini adalah salah satunya.

Tak bisa dipungkiri, dari sederet bintang-bintang Italia, Maldini merupakan salah satu bek terbaik Italia, bahkan dunia. Salah satu buktinya, bek legenda Spanyol, Carles Puyol, pun menjadikan Maldini sebagai panutannya dalam bermain.

Maldini memang merupakan bek tangguh yang tak mudah dilewati penyerang lawan. Bagi penyerang lawan yang coba menyerang AC Milan ataupun timnas Italia dari sisi kiri pertahanan, ia harus siap-siap menghadapi jegalan dari pemain kelahiran 26 Juni 1968.

"Saya selalu menemukan diri saya kesulitan saat menghadapi Paolo Maldini," ujar legenda Brasil, Luiz Nazario Ronaldo Da Lima yang dilansir Foxsport pada 2014. "Ia tentunya merupakan bek tertangguh yang pernah saya hadapi sepanjang karir saya. Ia seharusnya layak mendapatkan gelar pemain terbaik dunia, bahkan beberapa kali."

Pengakuan Ronaldo, yang bermain di kesebelasan rival Maldini, sedikit banyak menunjukkan kehebatan Maldini dalam menjaga lini pertahanan. Soal gelar pemain terbaik dunia, Maldini sendiri pernah menjadi runner-up Ballon d`Or (1995), dan dua kali berada di peringkat tiga (1994 dan 2003).

Kehebatan lainnya dalam menjaga pertahanan pun ditunjukkan dengan kepemimpinannya di atas saat bermain. Maldini yang menjadi kapten AC Milan dan timnas Italia ini memang sering terlihat garang di lapangan dengan tekel-tekelnya, namun statistik menunjukkan (menurut fifa.com), dari lebih 1000 pertandingan yang ia jalani selama karirnya, Maldini hanya sekali mendapatkan kartu merah, yaitu saat Milan menghadapi Ancona.

Berbicara mengenai prestasi individu, terlalu banyak tinta emas yang ia pernah ia torehkan baik saat berseragam rossonero maupun gli azzurri. Dimulai dari pemain dengan caps terbanyak di timnas Italia, bek terbaik, masuk dalam tim all-star, penampilan terbanyak di Milan dan Serie A, dan masih banyak lagi.

Baca juga: Jangan Lupakan Lini Pertahanan, Milan!


Di AC Milan, Maldini memang begitu tak tergantikan hingga penghujung karirnya. Salah satu keberhasilannya selalu menjadi pilihan utama setiap pelatih Milan adalah dengan selalu bisa beradaptasi dengan strategi-strategi yang pelatihnya terapkan.

Maldini memahami benar seperti apa filosofi bermain Milan. Ketika Franco Baresi memutuskan untuk pensiun dan ban kapten beralih padanya, ia tak merasa terbebani dengan kebesaran Baresi sebagai salah satu legenda AC Milan karena pemahamannya akan filosofi bermain Milan. Ia hanya perlu mempelajari bermain sebagai libero saat Alberto Zaccheroni memeberikan peran Baresi pada Maldini. Dan ia berhasil.

"Saya hanya belajar untuk menerima setiap bagian dan pembagian peran di Milan," ujar Maldini pada fifa.com. "Milan selalu bermain dengan gaya bermainnya sendiri ketimbang mengubah gaya bermain untuk menghancurkan gaya bermain lawan. Pemain berganti, tapi filosofi ini tak pernah berubah."

Ini menjadi jawaban atas performa yang sama baiknya ketika ia bermain sebagai bek tengah maupun bek kiri. Maka ketika ia disandingkan dengan bek-bek hebat seperti Mauro Tassotti, Alessandro Costacurta, Alessandro Nesta, dan Baresi sekalipun, ia hanya perlu mempelajari perannya dalam bermain.

Pemain yang memahami dan mengerti instruksi tentunya akan menjadi idaman setiap pelatih. Dan dengan pelatih hebat macam Arrigo Sacchi, Fabio Capello, Carlo Ancelotti, dan Zaccherroni, 26 trofi pun berhasil ia persembahkan untuk AC Milan.

Dinasti Maldini di AC Milan

Sebenarnya tak mengherankan Maldini menjadi pemain hebat. Ayahnya, Cesare Maldini, merupakan salah satu bek timnas Italia pada 1962 hingga 1968. Cesare pun merupakan bek kanan andalan AC Milan selama 12 musim. Like father like a son ini pun berlanjut ke anak Paolo, Christian Maldini, yang saat ini sudah bermain di AC Milan Primavera.

Cesare, Paolo, dan Christian Maldini. (via: corriere.it) Cesare, Paolo, dan Christian Maldini. (via: corriere.it)


Klan Maldini tampaknya tengah membangun dinasti di AC Milan. Hal ini sendiri tak pernah terbayangkan oleh Cesare Maldini. Apalagi saat Maldini belum mengikuti akademi mana pun, Maldini kecil sempat berkeinginan untuk membela raksasa Italia, Juventus, yang tentunya rival AC Milan.

"Saya sempat sangat menyukai Juventus di masa lalu. Saat itu saya menyaksikan timnas Italia yang berlaga di Piala Dunia 1978 Argentina. Saat itu, para pemainnya dihuni oleh banyak pemain Juventus," papar Maldini dalam acara Football Greatest yang ditayangkan Skysport.

Hal ini diamini sang ayah. Dan uniknya, secara tidak langsung Cesare-lah yang mendoktrin Maldini untuk menyukai Juventus dengan memberikan poster legenda Juventus, Roberto Bettega.

"Saya ingat, kami memiliki poster Roberto Bettega. Dan saya ingat ia menempelkannya di kamar tidurnya, poster yang sangat besar. Dan saya juga ingat bahwa saya-lah yang memberikan poster tersebut padanya," ujar Cesare pada acara yang sama.

Cesare memang tak mengharuskan anaknya bermain untuk AC Milan. Saat memilihkan akademi untuk Paolo, Cesare bahkan sempat memberikan pilihan pada Maldini untuk bergabung dengan Internazionale Milan, rival AC Milan yang memang memiliki akademi yang bagus.

"Semua orang tahu bahwa saya lama membela AC Milan. Bahkan hingga saat ini, saya adalah penggemar berat rossonero," ujar Cesare. "Tapi saya memberikan pilihan padanya [Maldini]. Saya bertanya `‘Kamu ingin menjalani trial di mana? Di Milan atau di Inter?`. Langsung Paolo menjawab `Tidak, tidak. Milan. Saya ingin menjalani trial bersama Milan`."

Dengan kemampuannya, ia pun diterima oleh akademi AC Milan. Maldini pun kemudian sudah menjalani debutnya bersama tim senior AC Milan pada usia 16 tahun. Sejak saat itu, sejak 20 Januari 1985, ia berikrar untuk menjadi rossonero dan menguasaiÂÂ’ San Siro.

"Saya sebelumnya sudah datang ke San Siro beberapa kali saat saya masih kecil, dan tentu saja mengetahui dongeng-dongeng tentang tempat tersebut," Maldini mengisahkan. "Lalu pertama kalinya saya duduk di bench, saya ingat saat itu pertandingan antara Milan melawan Fiorentina di bawah guyuran hujan salju. Sejujurnya saya saat itu memang berharap tidak dimainkan karena sedikit takut."

"Itu sangat menakutkan," Maldini menceritakan debutnya saat melawan Udinese. "Namun saya memikirkan bahwa saya sudah cukup mampu untuk bermain di level tersebut. Saya masih ingat pada beberapa menit awal, saya mendapatkan bola, lalu mengembalikannya pada kiper. Setelah itu, saya baru menyadari, saya sedang bermain di Serie A."

Ya, berkat Milan, Maldini mencapai pada level di mana ia bermain di Serie A, mewujudkan cita-cita setiap pesepakbola muda di Italia. Karenanya, sejak saat itu, ia tak lagi berhasrat untuk membela Juventus dan memilih AC Milan sebagai kesebelasan yang ia cintai, di mana kemudian ia hanya membela AC Milan sepanjang karirnya.

Begitulah cara Maldini menjadikan AC Milan sebagai bagian hidupnya.

Foto: swide.com

Komentar