Kaladze: Dari Lapangan Hijau ke Kursi Parlemen

Cerita

by redaksi

Kaladze: Dari Lapangan Hijau ke Kursi Parlemen

Bukan hanya di Indonesia, ada selebriti yang memilih terjun ke dunia politik. Tapi bagaimana jika seorang pemain sepakbola pasca gantung sepatu justru masuk ke dalam ranah politik praktis? Bahkan mendapat jabatan strategis, sebagai Menteri Energi.

Idealnya, setelah gantung sepatu, pensiunan pemain sepakbola adalah menjadi pelatih, pemandu bakat, ataupun masuk ke jajaran direksi sebuah klub. Namun tidak untuk Kakha kaladze. Kaladze justru memilih untuk terjun menjadi politisi.

Siapa yang tak mengenal Kaladze? Tahun 2001 Kaladze didatangkan Milan dari Dinamo Kyev. Hal tersebut menjadikan Kaladze sebagai pemain Georgia dengan bandrol termahal pada tahun 2001. Kakha pun pernah mencicipi menjadi pemain terbaik Georgia sebanyak empat kali, 2001, 2002, 2003, dan 2006.  Ia pun pernah mengantarkan Milan meraih dua gelar Liga Champions, pada musim 2002-2003 dan musim 2006-2007. Sebuah prestasi yang tak dapat dikatan buruk.

Namun pada akhir musim 2011-2012, Kaladze memilih untuk gantung sepatu. Genoa ia pilih sebagai klub terakhir yang ia bela. Pasca gantung sepatu inilah, Kaladze mulai fokus untuk mengurus bisnisnya. Memang, sejak 2008 Kaladze sudah mendirikan sebuah perusahaan investasi yang fokus pada bisnis pengolahan sumber daya energi. Perusahaannya juga tak bisa dibilang kecil, sudah merambah ke banyak negara, seperti Itali, Khazakstan, dan juga Ukraina.

Berawal dari dunia bisnis Kaladze melebarkan sayap ke dunia politik. Sejak tahun 2012 ia tergabung dalam sebuah partai politik oposisi Georgia, Georgia Dream-Demokrat. Partai tersebut berhasil mengantarkan Kaladze duduk di kursi parlemen Georgia. Mungkin, karena kepopulerannya sebagai pemain kelas dunialah, Kaladze banyak mendulang suara dari rakyat Georgia. Dan tepat pada 25 Oktober 2012, Kaladze diangakat menjadi Mentri Energi dalam kabinet Bidzina Ivanishvili.

Ya, memang begitulah sepakbola, terlalu erat dengan dunia politik. Terlalu sering dijadikan sebuah kendaraan politik melebihi sebuah partai politik.

(mul)

Komentar