Borok Dinasti Sepp Blatter yang Mengakar di Tubuh FIFA

Cerita

by redaksi

Borok Dinasti Sepp Blatter yang Mengakar di Tubuh FIFA

Pemerintahan yang absolut, akan cenderung korup.

Penunjukkan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 menimbulkan sejumlah kontroversi. Federasi sepakbola dunia, FIFA, dianggap tidak memikirkan dampak yang akan ditimbulkan jika Piala Dunia benar-benar dilangsungkan di negara jazirah Arab tersebut.

Baru-baru ini, terungkap sebuah surel yang diduga kuat berasal dari Sekjen FIFA, Jerome Valcke, yang mempertanyakan penunjukkan Qatar tersebut. Diduga, sejumlah petinggi FIFA telah disuap demi keberhasilan Qatar tersebut.

Presiden FIFA, Sepp Blater, membela diri. Ia bahkan menyerang media Inggris yang kerap mengangkat isu terkait korupsi di tubuh FIFA. Blater mengklaim tuduhan yang dilakukan media Inggris tersebut didorong karena rasa diskriminasi dan rasisme.

Pria kelahiran 1936 tersebut menyatakan mulai ditemukannya usaha-usaha untuk menghancurkan FIFA, meskipun demikian, dengan cepat ia menyanggah dan mengatakan bahwa pernyataan itu tidak ditujukan untuk media Inggris. Menurut Blatter, sejumlah sponsor telah diperiksa terkait dengan dugaan penyuapan yang dilakukan Qatar untuk Piala Dunia 2022.

“Sekali lagi, ada semacam badai yang menghadang FIFA berkaitan dengan Piala Dunia Qatar. Sayangnya, terdapat banyak diskriminasi dan rasisme dan ini menyakitkan. Ini membuat saya sedih,” ujar Blatter.

Pria bernama lengkap Joseph Blatter tersebut menyebut skandal tersebut sebagai “Qatargate”. Ia menambahkan, FIFA akan melawan segala hal yang bernada diskriminasi dan rasisme.

“Kami mengetahui apa yang media Inggris telah publikasikan. Saya tidak tahu apa alasan yang ada di belakangnya tapi kami harus tetap menjaga persatuan. Kami sedang dalam situasi di mana kami membutuhkan kepemimpinan. Saya masih memiliki kekuatan dan jika kita menunjukkan persatuan, itulah cara terbaik untuk berurusan dengan mereka yang ingin menghancurkan FIFA. Mereka ingin menghancurkan kita,” kata Blatter.

Blatter menganggap para penghancur ini tidak ingin menghancurkan sepakbola, melainkan FIFA sebagai institusi. Ia menganggap ini karena sebagai institusi FIFA terlalu kuat dan sulit untuk dihancurkan.

Agenda Blatter terlihat jelas. Ia ingin mendapatkan suara sebanyak-banyaknya dalam pemilihan Presiden FIFA tahun depan. Ini adalah cara jitu untuk mendapatkan dukungan dua benua: Asia dan Afrika.

Ketika berbicara di depan kongres federasi sepakbola Afrika, ia pernah mengatakan bahwa ia bisa memenangi 10 pemilihan dan sangat yakin terhadap dukungan mereka. Blatter menjanjikan bonus yang lebih besar bagi anggota federasi Afrika di Piala Dunia.

Sama halnya ketika ia berbicara di kongres AFC. “Saya akan memberikan bonus untuk kalian,” ujarnya, “Federasi akan mendapatkannya. Saya yakin kalian akan senang dengan bonus tersebut.”

FIFA akan menyediakan 2,5 juta poundsterling dari Piala Dunia tahun ini dan janji Blatter untuk bonus yang lebih besar akan mengikuti pola di tahun 2010. Saat itu, Blatter berjanji setiap anggota FIFA akan mendapatkan 150 ribu pounds dari Piala Dunia Afrika Selatan. Sementara itu, konfederasi akan mendapatkan 1,5 juta poundsterling.

Blatter juga mengangkat masalah tentang dua reformasi kontroversial: tata cara pemungutan suara dan batas usia bagi Presiden FIFA dan anggota komite eksekutif. Menurutnya, pembatasan usia untuk admininstrator olahraga adalah bentuk dari diskriminasi. Blatter lantas meminta delegasi Afrika untuk mendukung upayanya tersebut.

Berdasarkan laporan BBC dan The Sunday Times, tercium kemungkinan korupsi dalam proses bidding Piala Dunia. Blatter akan bertemu dengan perwakilan UEFA pada Rabu (9/6) kemarin, tapi ia tidak mendapatkan sambutan hangat dari federasi sepakbola Eropa tersebut.

Wajar rasanya karena hubungan antara Blatter dan Presiden UEFA, Michel Platini, tidak begitu akrab. Mereka seringkali terlibat perseteruan dan pertentangan. Platini dan bekas Presiden AFC Ibn Hamman berencana untuk merebut kekuasaan Blatter sebagai presiden FIFA. Ini yang membuat Blatter terus-terusan menyerang Qatar, karena Platini dan Ibn Hamman dianggap terlibat di dalamnya.

Tahun depan, pemilihan Presiden FIFA akan kembali dilangsungkan. Blatter dan kroco-kroconya di FIFA pasti akan melakukan segala cara agar dirinya kembali terpilih. Ia telah terpilih menjadi Presiden FIFA sejak 1998. Lantas, bagaimana tahun depan? Akankah Blatter kembali bertakhta di kerajaannya yang gemerlap? Atau ia akan menyaksikan FIFA bergelimang uang dari dalam penjara?

Sumber gambar: qatardailystar.com

[fva]

Komentar