David Silva, Kentang, dan Jeruk

Cerita

by redaksi

David Silva, Kentang, dan Jeruk

Kecepatan serta kemampuan David Silva dalam mengolah bola tidak didapatkan secara instan. Bahkan, ketika pertama kali bermain bola pada usia lima tahun, ia tidak menggunakan bola yang sesungguhnya. Sebagai gantinya, ia memainkan jeruk atau kentang untuk ditendang.

Nenek Silva, Antonia Montesdeoca, menceritakan masa kecil Silva yang menurutnya sangat pemalu ini. David Silva berasal dari Arguineguin, sebuah desa nelayan di pesisir pantai Gran Canaria, Spanyol. Di sinilah Silva dibesarkan, dalam kehidupan yang sederhana, dan tinggal di rumah sempit dengan empat lantai yang menghadap langsung ke Samudra Atlantik.

Ketika ada waktu untul liburan, ia selalu menyempatkan diri berkunjung ke Arguineguin. Desa nelayan ini menjadi tempat bagi Silva untuk berbagi kenangan bersama dengan saudara-saudaranya. Arguineguin juga menjadi tempat melepas kerinduannya akan masakan neneknya.

Kehidupan Silva kecil bersama keluarganya tidak bisa dibilang berkecukupan. Ayahnya adalah seorang polisi dan ibunya seorang pembantu. Pantai menjadi tempatnya berlatih sepakbola. Ia rutin berlatih sembari menunggu ibunya pulang bekerja.

Antonia menceritakan awal mula Silva belajar menendang bola bersama sepupu dan teman baiknya, Ransel.

“Mereka bermain bola di jalanan dengan menggunakan kentang ataupun jeruk,” ujar Antonia, “Saat kami tidak memiliki jeruk ataupun kentang yang layak, aku akan bilang ‘ayo kalian berdua yang ada di luar’ dan menggelindingkan kertas koran yang sudah dibentuk menyerupai bola untuk mereka, sehingga mereka akan bermain dengan itu. Usia David (Silva) saat itu sekitar empat atau lima tahunan.”

Antonia mengungkapkan Silva adalah anak yang penurut dan mengerti bagaimana caranya berperilaku. Ia mencontohkan, ketika ia memerintahkan sesuatu, Silva selalu menurutinya. Antonia membandingkannya dengan Ransel yang dianggapnya senang memberontak.

“Bahkan sekarang, jauh dari lapangan, ia bagaikan seekor burung kecil. Sangat pemalu. Aku melihat pesepakbola lain yang tidak sebagus David tapi terlalu banyak bicara, dan aku harap ia lebih banyak bicara untuk dirinya sendiri,” tutur Antonia.

Di sela-sela perbincangan, ayah Silva, Fernando Jimenez masuk dan menyapa semua orang yang ada di dalam rumah. Begitu pula dengan kakeknya, Fernando, yang duduk di ruang depan yang dikelilingi oleh foto keluarga. Di antara foto-foto tersebut, terdapat gambar Silva yang tengah mengangkat piala dan bersalaman dengan Putra Mahkota Spanyol, Pangeran Felipe. Ini merupakan tempat yang sangat istimewa dalam kehidupan pribadi David Silva.

“Aku belajar untuk bermain sepakbola di pantai, di jalanan, dan di depan pintu rumah bersama sepupu dan teman-teman,” ujarnya, “Setiap orang sangat bersahabat dan tahu orang lain sehingga suasana di sini sangat mendukung.”

“Aku punya kehidupan di lapangan, tapi ketika aku selesai, apa yang aku inginkan adalah kehidupan yang tenang bersama dengan keluarga. Aku tidak ingin orang lain tahu tentang urusanku, tan itulah jalanku, aku menikmatinya.”

Silva sempat ditolak Real Madrid ketika usianya masih 12 tahun karena postur tubuhnya yang kecil. Penolakan ini tidak membuat psikologis Silva turun. Dua tahun kemudian, Valencia mengendus potensinya untuk kemudian merekrutnya.

Keluarganya pun turut pindah ke Valencia. Ayahnya menjadi petugas keamanan di Stadion Mestala sementara ibunya tinggal di rumah bersama dengan adiknya. Silva mencatatkan namanya sebagai pemain yang berpengaruh di Valencia. Empat tahun silam, Valencia setuju untuk melepas Silva ke Manchester City dengan mahar 24 juta euro. Ia menjadi pemain yang sangat vital bagi klub yang telah memenangi dua gelar Liga Inggris, Piala FA, dan satu Piala Liga.

Silva adalah pemain kunci di lini serang timnas Spanyol. Pelatih Spanyol, Vicente del Bosque memberikan beban berat padanya untuk dapat mempertahankan gelar Piala Dunia, yang pernah mereka raih pada 2010.

Sumber gambar: Dailymail.co.uk

[fva]

Komentar