Zidane Mundur Karena Real Madrid Harus Berubah

Berita

by Redaksi 18

Redaksi 18

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Zidane Mundur Karena Real Madrid Harus Berubah

Zinedine Zidane memutuskan mundur dari posisinya sebagai manajer Real Madrid. Keputusan itu diumumkan oleh Zidane lewat sebuah konferensi pers yang digelar di kompleks latihan Madrid, Ciudad Real Madrid, pada Kamis (31/5).

Mundurnya Zidane tentu sangat mengejutkan. Mengingat pria berusia 45 tahun tersebut sebenarnya masih memiliki sisa kontrak dua tahun bersama El Real. Ditambah lagi, ia baru saja sukses mengantarkan Real Madrid meraih gelar Liga Champions musim ini setelah mengalahkan Liverpool di babak final. Lebih hebatnya lagi, gelar tersebut merupakan gelar Liga Champions ketiga yang ia raih secara berturut-turut selama membesut Real Madrid sejak Januari 2016.

Selain tiga gelar Liga Champions itu, Zidane juga berhasil mempersembahkan 1 gelar La Liga, 1 gelar Piala Super Spanyol, 2 gelar Piala Super Eropa, dan 2 gelar Piala Dunia Antarklub selama berkarier sebagai manajer Madrid.

Dengan segala catatan mentereng itu, keputusan Zidane untuk angkat kaki dari Santiago Bernabeu tentu terasa sedikit mengherankan. Zidane pun insaf akan hal ini, namun ia juga punya alasan sendiri. Menurut pelatih asal Perancis itu, sudah saatnya perubahan didapatkan Real Madrid setelah hampir tiga tahun dilatih olehnya.

“Ini momen yang pas untuk semuanya. Mungkin akan terlihat sedikit aneh, tapi semuanya harus diselesaikan demi kebaikan setiap orang. Seperti untuk para pemain, pengurus klub, serta diriku sendiri. Madrid harus tetap menang dan oleh karenanya ia butuh perubahan setelah tiga tahun ini. Tim butuh suara baru serta metode bermain yang baru,” ujarnya seperti dikutip dari Telegraph.

Tak lupa Zidane pun mengucapkan terima kasih kepada Presiden Klub Real Madrid, Florentino Perez, yang telah memberinya kesempatan untuk berkarier di Real Madrid—baik sebagai pemain ataupun manajer.

“Aku sangat mencintai klub ini, presiden telah memberiku kesempatan untuk meraih segalanya. Aku akan selalu berterima kasih kepadanya. Hari ini saatnya aku melakukan perubahan untuk diriku sendiri, untuk semua orang, untuk keputusan yang telah aku buat ini.”

Zidane berhasil mempersembahkan total 9 trofi selama membesut Madrid. Raihan itu menjadikan Zidane berada di urutan kedua sebagai manajer Real Madrid yang paling banyak meraih trofi setelah Miguel Munoz--dengan total 14 trofi untuk Madrid.

Akan tetapi, Zidane bisa dikatakan lebih baik dari Munoz. Mengingat Munoz meraih 14 trofi itu dalam kurun waktu 14 tahun melatih Madrid (1960-1974). Sementara Zidane meraih 9 trofi hanya dalam kurun waktu 2 tahun 4 bulan. Jika dirata-ratakan per tahun, maka Munoz rata-rata hanya meraih 1 trofi setiap tahunnya. Sementara Zidane rata-rata meraih 4 trofi setiap tahunnya.

Ini tentunya menarik, mengingat sebelum membesut Real Madrid, Zidane bukan manajer dengan rekam jejak yang mentereng. Ia hanya pernah menjadi asisten Carlo Ancelotti di Madrid selama satu musim. Saat melatih Real Madrid Castilla, Zidane juga gagal membawa tim tersebut promosi dari Divisi Ketiga Liga Spanyol pada musim 2014/15.

Lantas, apa yang membuat Zidane menjadi sangat hebat ketika melatih Madrid? Menurut Francisco Pavon, bekas pemain Madrid yang juga pernah bermain satu tim bersama Zidane, faktor terpenting yang membuat Zidane berhasil meraih kejayaan bersama Madrid adalah kemampuannya dalam merangkul pemain dan memberi suasana tenteram di dalam tim.

“Ketika ia masih aktif bermain, caranya dalam merangkul rekan satu timnya sangatlah baik. Dan aku percaya, di posisinya sebagai manajer sekarang, kelebihan yang dimilikinya itu sangat membantunya dalam meraih kejayaan,” ungkap Pavon.

Pavon juga mengenang masa-masa awal Zidane ketika pertama kali ditunjuk sebagai manajer baru Madrid. Bagaimana Zidane mampu membawa suasana kondusif ke dalam tim di saat Madrid sedang kacau usai ditinggalkan oleh Rafael Benitez.

“Zidane memasuki ruang ganti dengan situasi yang rumit,” kenangnya. “Tetapi ia mampu membawa akal sehat dan ketenangan di sana.”

John Carlin, penulis buku White Angels: Beckham, Real Madrid and the New Footbal (2004), mengamini apa yang dikatakan Pavon. Ia memuji sikap Zidane yang selalu mampu menjaga keseimbangan dan akal sehat di tengah ketergesaan dan kerumitan persaingan dalam sepakbola.

“Ia [Zidane] selalu bisa menyampaikan segala sesuatunya dengan tenang,” papar Carlin. “Ia merupakan kebalikan dari Jose Mourinho misalnya, yang selalu menggebu-gebu setiap saat. Zidane adalah perwujudan dari sebuah keseimbangan yang hebat. Zidane selalu mampu bersikap dingin dalam menghadapi persaingan sepakbola yang semakin rumit dan tergesa-gesa.”

Keputusan Zidane untuk pergi tentu sangat disayangkan oleh setiap orang yang berada di Real Madrid. Salah satu orang yang paling menyayangkannya adalah sang Presiden Klub, Florentino Perez. Bagi Perez, tak ada selamat tinggal untuk Zidane. Ia ingin suatu saat Zidane kembali lagi ke Madrid.

“Aku ingin ia bertahan selamanya, dan aku pun telah meyakinkannya untuk tetap tinggal. Tapi aku tahu ini keputusan akhir yang telah dibuatnya,” sebut Perez. “Satu-satunya kalimat yang ingin aku ucapkan padanya hanyalah ‘Sampai jumpa lagi’, karena aku tahu ia akan kembali lagi ke Madrid.”

Komentar