Ketika Pelatih Tak Berpengalaman Singkirkan Pelatih Top Berpengalaman

Berita

by redaksi

Ketika Pelatih Tak Berpengalaman Singkirkan Pelatih Top Berpengalaman

Saat pembagian grup Liga Champions 2017/2018, grup C menjadi sorotan karena dua hal; pertama, tiga kesebelasan besar akan saling sikut, yakni Chelsea, Atletico Madrid dan AS Roma. Kedua, Qarabag akan menjadi bulan-bulanan. Dua hal ini terjadi ketika grup E telah menyelesaikan pertandingan terakhirnya pada Rabu (6/12). Tapi masih ada sorotan lainnya; Roma juara grup.

Dibanding Chelsea dan Atletico, Roma tidak dijagokan menjadi juara grup. Chelsea adalah kesebelasan juara Liga Primer Inggris musim lalu dan dilatih oleh Antonio Conte yang berpengalaman di Liga Champions bahkan tim nasional. Sedangkan Atleti merupakan finalis Liga Champions sebanyak dua kali selama diasuh Diego Simeone.

Roma, sementara itu, dilatih oleh Eusebio Di Francesco yang tak berpengalaman di Liga Champions. Baru kali ini Di Francesco merasakan atmosfer Liga Champions sebagai pelatih. Sebelumnya, ia hanya melatih kesebelasan medioker, Sassuolo.

Di Francesco mengakui betul perjalanan berat Roma untuk menjadi juara grup. Ia tahu betul bahwa dia bukan siapa-siapa jika dibandingkan Conte atau Simeone.

"Ini kemenangan besar, yang cukup sulit diraih, khususnya karena saya tidak punya pengalaman Liga Champions," kata Di Francesco pada Mediaset Premium. "Semuanya bermula ketika bermain imbang 0-0 melawan Atleti di laga pembuka, ketika kami baru memulai dan mencari momentum; kami justru menderita dan berusaha bertahan untuk bisa meraih poin penting."

Usai imbang 0-0 melawan Atleti, Roma meraih kemenangan pertamanya melawan Qarabag (2-1). Setelahnya mereka imbang 3-3 melawan Chelsea dan menang 3-0 pada pertemuan kedua dengan Chelsea. Kemenangan itu, yang dibarengi hasil imbang antara Atleti melawan Qarabag, yang membuat percaya diri Roma meninggi.

Roma kalah di laga berikutnya saat berjumpa dengan Atleti. Di laga terakhir Roma meraih kemenangan ketiganya di fase grup dengan menaklukkan Qarabag 0-1. Di lain tempat, Atleti imbang 1-1 dengan Chelsea. Hasil tersebut membuat Roma tampil sebagai juara grup dengan 11 poin, poin yang sama dimiliki juga oleh Chelsea (Roma unggul head-to-head).

"Ini sangat memuaskan karena tidak ada satupun yang percaya bahwa kami bisa lolos [ke babak 16 besar], mereka mengira kami akan tersingkir," sambung Di Francesco. "Tapi kami bekerja keras, membuktikan siap kami dan kami menjuarai grup."

Menjadi juara grup sebenarnya belum tentu membuat langkah Roma lebih mudah di fase gugur nanti. Karena pada undian nanti, mereka bisa saja bertemu dengan runner-up grup yang merupakan kesebelasan besar. Dua kesebelasan besar yang menanti Roma adalah Real Madrid dan Bayern Muenchen. Walau begitu, status juara grup membuat Di Francesco lebih percaya diri.

"Ketika Anda menjadi salah satu 16 tim terbaik di Eropa, Anda tidak boleh takut," tutur Di Francesco seperti dikutip situs resmi UEFA. "Jika kami bertemu Bayern atau Real Madrid (di babak 16 besar), kami akan hadapi mereka. Mereka pasti menghadapi kesulitan untuk lolos kalau mereka finis runner-up."

"Jika saya mengatakan sebaliknya, itu akan berlawanan dengan apa yang sudah saya katakan. Sekarang kami adalah salah satu dari 16 klub top di Eropa," sambungnya.

Di Francesco memang patut lebih percaya diri. Kini ia sudah berpengalaman di Liga Champions. Tak hanya itu, pengalaman pertamanya di Liga Champions pun terbilang mengesankan; mengalahkan bahkan menyingkirkan pelatih top yang lebih berpengalaman darinya di Liga Champions.

Komentar