Sumbu Kesulitan Inter Milan

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Sumbu Kesulitan Inter Milan

Luciano Spalletti meninggalkan AS Roma setelah berakhirnya Serie-A 2016/2017. Tapi perginya Spalletti bukan karena gagal mengantarkan Roma juara, melainkan karena adanya masalah di internal kesebelasan tersebut.

Kemudian Spalletti dianggap sosok yang tepat bagi Internazionale Milan untuk dijadikan pelatih selama mengarungi Serie-A 2017/2018. Apalagi Inter tengah membangun mentalitas pemenang mereka yang tidak didapatkan dalam beberapa musim terakhir. Kendati tidak juara musim ini, Spalletti diperkirakan bisa membuat Inter menjadi lawan serius bagi kesebelasan-kesebelasan papan atas Serie-A dalam perebutan tiket Liga Champions 2018/2019.

Inter melejit ke papan atas klasemen sementara pada awal musim. Bahkan Inter yang masih mengandalkan ketajaman Mauro Icardi di lini depan sempat memuncaki klasemen sementara pada pekan 15 dan 16 Serie-A musim ini.

Tapi ketika lanjut ke pekan-pekan berikutnya, posisi Inter di klasemen kian merosot. Saat ini La Beneamata berada di peringkat empat klasemen sementara dengan raihan 45 poin dari 23 pertandingan Serie-A musim ini. Selain merosot di Serie-A, Inter juga harus disingkirkan rival satu kotanya, AC Milan, pada pertandingan perempat final Piala Italia 2017/2018.

Spalletti pun mencoba memperbaiki skuatnya pada bursa transfer Januari 2018. Salah satunya adalah meminjam Lisandro Lopez (Benfica) dan Rafinha (Barcelona) untuk memperdalam skuatnya. Tapi dua pemain itu masih belum memberikan kontribusi maksimal untuk Inter. Lopez belum mendapatkan kesempatan bermain sementara Rafinha sudah dua kali sebagai pemain pengganti.

Rafinha yang didatangkan untuk memberikan penyegaran di lini tengah pun masih tak bisa berbuat banyak. Dua pertandingan di mana ia masuk sebagai pemain pengganti berakhir imbang, yakni melawan SPAL pada debutnya dan Crotone pada laga terakhirnya yang digelar di Stadion Giuseppe Meazza, Sabtu (4/2). Hasil imbang tersebut memperpanjang catatan lima kali imbang beruntun dan tak pernah menang dalam delapan laga terakhir Serie A.

Ada yang tidak beres dengan Inter saat ini. Ketidak beresan itu semakin terlihat ketika menghadapi Crotone terjadi situasi panas, Marcelo Brozovic menendang jaketnya setelah digantikan Yann Karamoh pada menit 77. Bisa dibilang ini sedikit tanda bahwa ruang ganti pemain sedang tidak kondusif.

Spalletti pun mengatakan kekhawatiran kepada kesebelasan berjuluk I Nerazzurri tersebut. Ia mengakui mental para pemainnya tengah turun. Apalagi terakhir Inter bisa menang yaitu saat melawan Chievo pada 3 Desember 2017 di Stadion Giuseppe Meazza.

"Begitu ada yang tidak beres, kami kehilangan percaya diri dan seperti memiliki karakter yang lemah. Tidak ada jalan lain. Kami harus mendekati (pemain) secara logis dan mencoba menambahkan sesuatu yang bisa menentukan tujuan yang jelas untuk kami tuju," ujar Spalletti usai melawan Crotone seperti dikutip dari Football-Italia.

Terlalu Bergantung Kepada Mauro Icardi

Mengalahkan Chievo dengan skor 5-0 pada 3 Desember lalu seolah menjadi akhir bagi Inter. Selain menjadi kemenangan terakhir, Inter belum pernah mencetak lebih dari satu gol setelah pertandingan tersebut. Justru lawannya yang bisa mencetak lebih dari satu gol ke gawang yang dijaga Samir Handanovic itu. Salah satunya ketika kalah dari Udinese dengan skor 3-1 di Stadion Giuseppe Meazza pada 16 Desember 2017.

Inter benar-benar mulai kesulitan menjebol gawang lawan lebih dari satu kali dalam satu laga. Padahal Inter selalu diperkuat Icardi yang sudah mencetak 18 gol dari 22 pertandingan Serie-A musim ini. Meski disuplai oleh gelandang-gelandang berkualitas, penyerang asal Argentina itu inkonsisten dalam delapan pertandingan terakhir. Hanya dua gol yang dicetak Icardi dalam delapan laga tersebut, yaitu ketika dikalahkan Udinese dan ditahan imbang Fiorentina di Stadion Artemio Franchi.

Grafik permainan Mauro Icardi pada 11 pertandingan terakhir. Sumber: Squawka.

Faktor kelelahan bisa dianggap wajar bagi mantan penyerang Sampdoria itu. Serie-A musim ini sudah berjalan 23 pekan dan hanya satu pertandingan yang dilewatkan Icardi. Artinya, ia memainkan 22 pertandingan Inter di sejauh musim ini. Icardi memang tidak tergantikan di lini depan Inter dan selalu subur di setiap musimnya.

Tapi rasanya beban kepadanya selama musim ini terlalu berlebihan. Seperti yang diperkirakan pada awal musim ini bahwa Inter membutuhkan penyerang baru setelah kepergian Gabriel Barbosa. Inter hanya mendatangkan Karamoh dari SM Caen sebagai penggantinya untuk melapisi Icardi.

Namun Karamoh masih berusia 19 tahun dan minim pengalaman untuk membawa suatu kesebelasan ke papan atas meskipun ia merupakan wonderkid dari Prancis. Apalagi jika mengingat Caen tidak bersaing di papan atas klasemen Ligue 1 musim lalu. Artinya memang diperlukan pelapis Icardi yang benar-benar layak dalam artian berpengalaman dan juga tajam.

Inter sendiri lebih mementingkan penyegaran di lini tengah. Padahal sektor gelandang Inter sudah cukup dalam untuk mengarungi musim ini. Di posisi itu ada lima pemain sebelum kedatangan Rafinha. Tapi Spalletti sendiri dikenal sebagai pelatih yang bisa memaksimalkan skema "tanpa penyerang".

Dengan banyaknya gelandang tengah berkualitas, Spalett pun mencoba perubahan skema bermain yang mengutamakan area tengah. Ketika menghadapi Crotone, serangan lebih cenderung dibangun dari tengah. Tapi nyatanya upaya itu masih gagal membuahkan kemenangan bagi Inter. Citadin Eder yang diberi tugas memerankan false 9 masih belum maksimal meskipun mencetak satu-satunya gol Inter pada laga itu.

Grafis operan Internazionale Milan VS SPAL. Sumber: Squawka.

Grafis Operan Internazionale Milan VS Crotone (arah berseberangan dengan SPAL). Sumber: Squawka.

Paling kentara adalah kurang baiknya aliran bola Eder untuk membuka ruang bagi rekan-rekannya. Akurasi operannya pada laga itu cuma sebesar 67%, terutama kegagalannya adalah memberikan umpan terobosan kepada masing-masing sayap. Jika pun menggunakan skema seperti sebelumnya, yaitu dengan formasi dan kecenderungan serangan melalui sayap, Icardi sebagai penyelesaian akhir seperti dilanda kelelahan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

***

Bursa transfer Januari sudah ditutup dan tidak mungkin Inter mendatangkan penyerang baru pelapis Icardi sebelum musim ini berakhir. Oleh karenanya pilihan Spalletti untuk mengistirahatkan Icardi sekaligus memberikan warna baru bagi permainan Inter itu sudah benar, akan tetapi masih perlu diasah dan adaptasi para pemainnya lagi.

Tapi percobaannya itu rasanya terlambat jika melihat perjalanan Inter di sejauh musim ini. Apalagi sudah delapan pertandingan dilewatkan tanpa kemenangan. Karier Spalletti di Inter pun mulai terancam terlebih sekarang Inter sudah terpaut 15 poin dari pemuncak klasemen. Jika tak segera menemukan formula kemenangan, Inter akan semakin merosot keluar zona Liga Champions, bahkan Liga Europa.

Komentar