Soal Menjual Pemain, Prancis Jagonya

Analisis

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Soal Menjual Pemain, Prancis Jagonya

Bursa transfer musim panas 2017 telah usai. Sebagaimana halnya yang terjadi pada bursa transfer musim panas 2016 silam, ada sesuatu yang menggemparkan lagi yang terjadi di bursa transfer musim panas 2017 ini. Namun itu tidak mengubah satu fakta menarik: Prancis adalah negara yang lihai dalam soal menjual pemain berbakat.

Seperti halnya yang terjadi pada 2016 silam, ketika Paul Pogba memecahkan rekor transfer dengan mahar 100 juta euro yang mendaratkannya di Manchester United, pada bursa transfer musim panas 2017 ini beragam hal menarik kembali terjadi. Ada Neymar yang hijrah ke Paris Saint-Germain dengan mahar 222 juta euro.

Tidak lama kemudian, ada Ousmane Dembele yang hijrah ke Barcelona dengan mahar 150 juta euro, lalu Kylian Mbappe yang hijrah ke PSG dengan mahar 180 juta euro (khusus untuk Mbappe, sekarang ia masih dalam status pinjaman sebelum dipermanenkan musim depan). Dengan semakin banyaknya uang yang berputar, terkadang harga ratusan juta euro menjadi sebuah harga yang biasa saja di dalam bursa transfer.

Namun di tengah geliat transfer yang semakin hari harganya semakin meningkat, tetap ada beberapa klub yang mampu meraih keuntungan besar dari hasil penjualan pemain-pemain yang mereka miliki. Klub-klub ini, meski tidak masuk ke dalam deretan klub-klub besar Eropa, tetap mampu bersaing secara finansial dengan klub-klub besar tersebut lewat kebijakan transfer yang mereka miliki. Siapa sajakah klub-klub tersebut?

Klub Portugal, Jerman, Italia, Prancis, dan Spanyol yang jago menjual pemain berbakat

KPMG Football Benchmark, badan yang sebelumnya pernah mengkaji dan meneliti tentang rataan kehadiran penonton di stadion, kembali melakukan penelitian tentang klub-klub Eropa yang memiliki rataan penjualan pemain yang baik. Dari hasil penelitiannya, yang didasarkan para proses penjualan dan pembelian pemain yang terjadi di Eropa pada dua musim ke belakang, muncul dengan hasil yang cukup mengejutkan.

Dari hasil penelitian yang mereka lakukan, tampak bahwa klub yang memiliki rataan penjualan pemain terbanyak itu adalah dua klub yang berasal dari Portugal, yaitu SL Benfica dan FC Porto dengan jumlah masing-masing rata-rata penjualan pemain 65,0 dan 58,2 per dua musim. Di bawahnya, menyusul nama FC Schalke 04, Olympique Marseille, dan AS Monaco.

Total 20 klub dengan rataan penjualan pemain tertinggi. Sumber: KPMG Football Benchmark

Dari total 20 klub di atas, meski nama Benfica dan Porto memuncaki daftar klub dengan rataan penjualan pemain tertinggi, ada fakta menarik lain yang muncul. Bukan Portugal-lah negara yang cukup lihai dalam soal menjual pemain, melainkan Prancis. Dari daftar 20 klub di atas, Prancis mengirimkan enam wakilnya sebagai klub dengan rataan penjualan pemain tertinggi (AS Monaco, Olympique Marseille, Montpellier HSC, Olympique Lyon, AS Saint-Etienne, serta Lille OSC).

Banyaknya klub Prancis dalam daftar 20 klub dengan rataan penjualan pemain tertinggi tersebut, dilansir dari KPMG, merupakan berkah dari melimpahnya talenta-talenta berbakat yang bermain di Ligue 1. Meski klub-klub Ligue 1 kerap sulit jika bersaing dengan klub Eropa lain dalam ajang Liga Champions, tapi mereka kerap memproduksi talenta berbakat yang pada akhirnya akan merumput di liga-liga Eropa lain.

Kenapa tidak ada klub asal Inggris di daftar 20 klub di atas?

Sebuah pertanyaan menarik pun menyeruak setelah data ini muncul: ke manakah klub-klub Liga Primer? Mengapa mereka tidak masuk ke dalam daftar klub dengan rataan penjualan pemain tertinggi?

Hal ini pun dijelaskan secara detail dan gamblang oleh KPMG Football Benchmark di dalam tulisannya. Disebutkan bahwa kenapa tidak ada nama klub Liga Primer dalam daftar 20 klub dengan rataan penjualan pemain tertinggi, tidak lain adalah karena kebijakan serta perputaran uang yang ada di Liga Primer itu sendiri.

Dengan pendapatan yang cukup melimpah dari hak siar, serta pendapatan-pendapatan lain yang didapat oleh klub Liga Primer dan tidak didapatkan klub Eropa yang lain, membuat klub Liga Primer memilih untuk menjadi "pembeli" daripada "penjual" dalam setiap aktivitas bursa transfer. Dengan uang yang cukup berlimpah, tak heran pemain-pemain yang dibeli klub Liga Primer biasanya berharga mahal.

Total rataan penjualan pemain Liga Primer. Sumber: KPMG Football Benchmark

Namun, bukan berarti Liga Primer adalah klub yang tidak memaksimalkan talenta asli Inggris. Beberapa klub besar Inggris seperti Liverpool maupun Tottenham Hotspur masih mengandalkan tenaga-tenaga dari pemain asli Inggris. Sisanya pemain-pemain asli Inggris tersebar di klub-klub medioker Liga Primer, maupun berkompetisi di Divisi Championship.

***

Menyaksikan hasil penelitian dari KPMG Football Benchmark di atas, terlihat bahwa tak semua klub di Eropa menempatkan diri mereka sebagai pembeli pemain. Klub-klub yang termasuk dalam 20 klub dengan rataan penjualan pemain tertinggi tersebut adalah gambaran bahwa untuk tetap bisa bertahan hidup, terkadang sebuah klub memilih jalan untuk menjadi produsen talenta mumpuni, lalu kemudian talenta tersebut hijrah ke klub lain yang lebih besar untuk mendapatkan tantangan maupun perhatian yang lebih besar.

Ini bukanlah jalan yang buruk untuk dijalani, karena di tengah kondisi sepakbola modern sekarang, dana menjadi hal penting untuk kelangsungan hidup sebuah klub. Memilih jalan menjadi produsen dan penjual, selama bisa membuat klub-klub tersebut hidup, adalah jalan yang boleh dianggap tepat. Walau pada akhirnya klub-klub tersebut akan sulit untuk bersaing karena talenta mereka keburu diambil orang.

foto: @SLBenfica

Komentar