Perjuangan Palestina Menuju Piala Asia 2015

Berita

by redaksi

Perjuangan Palestina Menuju Piala Asia 2015

Palestina adalah negara yang (wilayahnya) kecil, tapi punya pendukung yang tersebar di seluruh dunia. Anda tidak perlu merasa aneh jika melihat wajah-wajah melayu di beberapa kampus, menyematkan bendera Palestina di jaket mereka.

Palestina merupakan simbol perjuangan bagi sebagian orang. Selama puluhan tahun, wilayah Palestina semakin mengecil seiring dengan perluasan Israel. Perluasan yang disertai kekerasan ini, memancing amarah bagi sebagian orang untuk melakukan gerakan perlawanan di berbagai negara.

Jumat (30/5) malam adalah saat yang membahagiakan bagi para fans Palestina. Di ajang AFC Challange Cup, mereka berhasil mengandaskan Filipina di partai pamungkas. Kemenangan ini sekaligus memastikan satu tiket bagi Palestina, untuk dapat berpartisipasi di ajang Piala Asia 2015.

Palestina, bersama 16 negara lainnya, tidak mengikuti pertandingan kualifikasi Piala Asia. Federasi Sepakbola Asia, AFC, telah membuatkan turnamen khusus bagi “Emerging Associations” yang juaranya dapat lolos langsung ke Piala Asia.

AFC Challange Cup merupakan kompetisi yang dikhususkan bagi negara yang masuk dalam kategori “Emerging Associations”, atau negara yang federasi sepakbolanya baru muncul. Ini melihat adanya kecenderungan negara-negara di “Emerging Associations” ini kesulitan bersaing di Asia, sehingga masuk ke Piala Asia, merupakan mimpi belaka.

Keberhasilan Palestina ini tentu disambut gembira oleh para penduduk di sana. Setidaknya, keberhasilan ini bisa menjadi pelipur lara setelah agresi yang tiada henti oleh Israel.

Tim nasional Palestina sebenarnya mengalami banyak masalah untuk sekadar berlatih. Pembatasan berpergian yang ditetapkan Israel atas orang-orang di Tepi Barat dan Jalur Gaza, membuat mereka kesulitan untuk mendapatkan visa keluar dari Israel.

Pada 2006, pelarangan ini bahkan membuat pertandingan Palestina dibatalkan, karena para pemain di Tepi Barat dan Jalur Gaza tidak diberi izin untuk keluar dari daerah tersebut. Ini terulang pada 2007 saat Palestina mengikuti kualifikasi Piala Dunia 2010. Alasannya masih sama, Israel menolak visa mereka.

Miris melihat perjuangan tim sepakbola Palestina yang kerap menemui hambatan. Striker Palestina, Ziyad Al-Kord pernah mengalami rumahnya hancur karena serangan Israel. Sementara itu, Tariq al Quto, terbunuh oleh tentara Israel di rumahnya sendiri. Selain yang terbunuh, ada juga yang dipenjara oleh Israel karena tuduhan terorisme.

Demikian halnya dengan stadion tempat mereka berlatih. Sebelum 2008, mereka berlatih di Stadion Palestine. Hanya saja, stadion berkapasitas 10 ribu penonton ini mengalami kerusakan karena dibom oleh Israel. Mereka pun pindah ke Stadion Faid Al-Husseini karena Stadion Palestine akan segera direnovasi. Agaknya, Israel tidak senang dengan hal ini, dan kembali meluluhlantakkan stadion tersebut pada 2012. Hingga saat ini, Palestina bertanding di Stadion Faid yang berkapasitas 12,500 penonton.

Kemenangan Palestina atas Filipina, tidak lepas dari dukungan penduduk Maladewa yang mendukung Filipina. Selain di stadion, dukungan pun mengalir di media sosial seperti yang ditulis oleh akun @muththo di twitter

“Ini adalah perasaan yang sulit dipercaya untuk bisa menyaksikan momen bersejarah. (Kami) suporter Maladewa memberikan semangat yang besar dalam dukungan kami untuk Anda”.

Seusai pertandingan, para pemain Palestina meluapkan emosinya di lapangan. Tidak lupa, mereka melakukan sujud syukur atas doa yang telah dikabulkan. Di Palestina tidak kalah ramai. Ribuan orang yang menonton lewat layar lebar, tumpah ruah ke jalan. Dengan bendera Palestina di tangan, ini akan menjadi sejarah yang terus diingat bagi warga Palestina.

Keberhasilan ini tidak lepas dari kebijakan AFC yang membentuk AFC Challange Cup sebagai media bagi negara yang federasi sepakbolanya baru terbentuk dan belum berkembang. Ajang AFC Challange Cup juga dapat membuat peta kekuatan sepakbola di Asia menjadi merata.

Di Asia, ada ketimpangan yang jelas antara negara besar semacam Jepang dan Korea Selatan, dengan negara kecil bernama Palestina. Ini tentu membuat kans Palestina masuk ke tingkat yang lebih tinggi (Piala Asia) menjadi sangat kecil, karena Piala Asia hanya berisi 16 tim saja.

Bukan tidak mungkin, langkah yang sama juga akan dilakukan FIFA dengan membentuk sebuah kompetisi, yang di dalamnya berisi negara-negara yang tidak pernah berbicara banyak di kualifikasi Piala Dunia. Dan Indonesia mungkin akan menjadi federasi pertama yang ikut mendaftar turnamen itu!

Sumber gambar: Channelnewsasia.com

[fva]

Komentar