Diktator Zaire, Match Fixing dan Free kick Terkonyol di Piala Dunia

Klasik

by redaksi

Diktator Zaire, Match Fixing dan Free kick Terkonyol di Piala Dunia

Sebuah insiden konyol terjadi saat Brazil bertemu dengan Zaire pada Piala Dunia 1974 yang digelar di Jerman Barat. Kala itu dilaga terakhir grup 2, Brazil mesti menang besar melawan Zaire untuk bisa lolos ke babak selanjutnya. Pertandingan ini akan selalu diingat bukan karena sisi taktikal atau performa pemain di lapangan tapi karena tingkah konyol yang dilakukan oleh pemain Zaire, Mwepu Ilunga.

Ketika itu, wasit memberikan hadiah tendangan bebas di luar kotak pinalti, penendang Brazil Rivelino dan Jairzinho terlihat ragu-ragu mengambil tendangan itu. Saat wasit meniup peluit memberi aba-aba tanda tendangan harus dilakukan, kedua pemain ini masih berpikir selama beberapa detik. Namun siapa sangka Mwepu Ilunga yang menjadi bagian dalam tembok pertahanan tiba-tiba saja menyambar dan menendang bola jauh-jauh.

Ilunga menyangka saat wasit meniup peluit, maka bola harus cepat-cepat ditendang oleh pemain Brazil. Apa yang dalam benaknya tentu saja salah, dalam aturan FIFA meskipun wasit sudah meniup peluit, pemain lawan tak boleh mendekat atau mengganggu sebelum bola berhasil ditendang.









Tingkah Mwepu Ilungan ini mencoreng bangsa Afrika secara keseluruhan. Ulahnya memunculkan stereotip bahwa pemain Afrika tak pernah membaca buku aturan sepak bola yang dibuat oleh FIFA.

Selidik-selidik, apa yang dilakukan Ilungan adalah titik puncak rasa frustasi tim Zaire setelah mendapat tekanan sedemikian kejam dari diktator Zaire, Mobutu Sese Soko.

Zaire adalah negara ketiga Afrika yang bermain di Piala Dunia setelah Mesir tahun 1934 dan Maroko tahun 1970.

Skuat Zaire yang berangkat ke Jerman Barat adalah skuat yang benar-benar amatir, mereka dilarang oleh rezim untuk bermain di luar negeri. Dalam babak kualifikasi Mobutu berjanji akan memberikan mobil, rumah dan liburan di luar negeri jika mereka berhasil lolos ke Piala Dunia 1974. Iming-iming ini membuat pemain bersemangat dalam babak kualifikasi, alhasil mereka pun lolos ke Jerman Barat.

Tapi sebagai diktator yang lalim, hal itu tak dipenuhinya. Hanya pemain tertentu yang mendapat mobil dan villa kecil, sedangkan hadiah liburan mewah ke luar negeri tak pernah terwujud. Tim Zaire pun berangkat ke Jerman dengan raut wajah cemberut.

Pada dua laga awal awal, Zaire ditekuk Skotlandia dengan skor 2-0 dan Yugoslavia 9-0. Kabar buruk berhembus bahwa tim terpuruk karena intervensi yang dilakukan pengurus federasi dan menteri-menteri Zaire yang ikut dalam rombongan. Masalah muncul karena saat jeda babak pertama melawan Yugoslavia mereka memaksa masuk ke ruang ganti pemain, kabar minor menyatakan Zaire diminta kalah telak 9-0 agar memuluskan langkah Yugoslavia ke tahap selanjutnya. Di masa itu, Diktaktor Mobute Sese Soko memang dekat dengan pemerintahan Yugoslavia.

Tak berhenti disana, sebelum melawan Brazil, sang diktator meminta tim untuk tidak kalah lebih dari 4 gol demi menjaga peluang Yugoslavia lolos. "Sebelum pertandingan dia mengirim pengawal presiden untuk mengancam kita. Mereka menutup hotel dan mengatakan bahwa jika kita kalah 4 gol dari Brasil maka tidak satupun dari kita akan diizinkan untuk kembali pulang ke rumah," ucap seorang pemain Zaire keada BBC.

Dan benar saja setelah pulang ke Zaire, tim ini ditelantarkan oleh sang diktator. Pemerintah menghentikan pendanaan bagi federasi dan timnas, alhasil Zaire tak pernah bisa memperbaii citra buruk mereka di Piala Dunia. Jika kita mengaitkan Piala Dunia dan Zaire, maka otomatis yang terfikir adalah tendangan bebas terkonyol dalam sejarah Piala Dunia.

Komentar