Match Analysis: Manchester United 1-1 Bayern Munich

Analisis

by redaksi

Match Analysis: Manchester United 1-1 Bayern Munich

Di luar ekspektasi banyak orang, pertandingan leg pertama perempat final Liga Champions, antara Manchester United dan Bayern Munich berakhir imbang. Sebelumnya, banyak orang yang memprediksi Bayern akan menang mudah di Old Trafford.

Susunan Pemain

Gambaran taktik kedua tim sebenarnya sudah tergambar dari formasi pemain. United memilih untuk memarkir Kagawa dan memainkan Giggs berdampingan dengan Carrick dan Fellaini.

Jika melihat pertandingan sebelumnya melawan Olympiakos, peran Giggs adalah sebagai gelandang bertahan sekaligus mengatur tempo permainan melalui umpan-umpan panjang. Itu artinya United memang ingin bermain bertahan dengan mengandalkan serangan balik.

 


Line up kedua tim - whoscored


Benar saja. Sepanjang babak pertama, tuan rumah hanya bertahan dan mengandalkan serangan balik melalui umpan panjang. Strategi ini terbilang efektif, karena meski kalah dalam penguasaan bola (22% - 78%) United melakukan shots on target lebih banyak dari Bayern (2-1).

Sementara itu, Pep Guardiola memilih untuk tidak memakai pemain yang berposisi sebagai striker murni. Muller yang dipasang sendiri di depan lebih banyak berada di depan kotak penalti. Justru duet Robben dan Ribbery yang lebih banyak menusuk ke kotak 16.

Pola tersebut tidak mampu menembus pertahanan United yang bermain rapat. Dengan tiga gelandang bertahan dan lini pertahanan yang selalu menjaga kedalaman, hanya sedikit ruang tembak yang dimiliki para gelandang Bayern. Bahkan, dari 7 peluang yang dibuat Bayern pada 45 menit pertama, hanya ada satu yang dilakukan dalam kotak penalti.

Cara Kerja Pertahanan United

David Moyes berhasil membangun pertahanan kokoh dengan memanfaatkan peran gelandang bertahan. Prinsipnya adalah: tidak ada gelandang Bayern yang berhasil masuk kotak penalti, ataupun melakukan tembakan ke gawang.

 


Gambar 1




Gambar 2


Ketika bola berada di sayap, maka setidaknya ada tiga pemain yang akan menghalangi ruang gerak pemain Bayern, yaitu winger, fullback, dan salah satu DM yang bergerak melebar. (gambar 1).

Ketika Bayern mampu lebih dekat ke kotak penalti, cara yang dilakukan juga tetap sama. Hanya saja ketiganya akan melakukan penyesuaian posisi (gambar 2). Hal ini untuk mencegah dua inverted winger sekaligus pusat permainan Bayern, yakni Robben dan Ribbery, masuk ke kotak penalti.

Kokoh di sayap, pola pertahanan ini juga sulit tembus jika mendapat serangan di tengah. Jika bola berpindah ke tengah, maka yang dilakukan gelandang bertahan tersebut adalah sebaliknya. Ketiganya berdiri hampir selalu sejajar dan rapat.

Bahkan, pemain sayap United juga ikut membentuk baris pertahanan dengan berdiri rapat dengan tiga gelandang tersebut. Hal tersebut karena Bayern memang lebih sering memaksa masuk ke kotak penalti melalui tengah. Baik melalui umpan 1-2, terobosan, maupun menggiring bola langsung.

 


Pertahanan United saat menerima serangan dari tengah


Sia-Sianya Umpan Silang Bayern

Saat menyerang, Pep hanya menempatkan tiga pemain di belakang, yakni dua bek Martinez dan Boateng serta Lahm (gelandang bertahan) yang bergerak turun. Selebihnya, semua pemain akan berada pada area lawan, namun dengan Schweinsteiger dan Kroos yang sedikit mundur untuk mengisi ruang yang ditinggalkan Lahm.

Ini dilakukan untuk memaksimalkan kedua fullback, yaitu Rafinha dan Alaba, untuk mengirimkan umpan silang. Terbukti, Alaba menjadi pengirim crossing terbanyak, yaitu 6 kali, sementara Rafinha 5 kali.

Tapi cara ini kurang membuahkan hasil. Dari 29 percobaan umpan silang, hanya 4 yang berhasil menemui sasaran.

 


Grafik umpan silang Bayern (4/29) - statszone


Buruknya konversi umpan silang Die Roten bisa disebabkan dua hal. Pertama adalah karena tidak adanya targetman di depan, karena Muller lebih sering berada di pinggir kotak penalti.

Sementara penyebab kedua adalah karena gelandang yang salah posisi ketika bola ada di sepertiga akhir. Schweinsteiger dan Kroos memang jadi mesin utama penguasaan bola. Tapi, diantara keduanya, tidak ada yang berani masuk ke tengah untuk menyambut bola crossing.

Karena itu, meski terus menguasai bola, sebenarnya hanya Robben dan Ribbery yang punya kesempatan mencetak gol.

Namun, kehati-hatian Pep dengan menempatkan Schweinsteiger dan Kroos di area tengah sebenarnya kurang berguna. Pasalnya MU lebih sering menggunakan umpan panjang yang memotong lini tengah.

 


Grafik umpan sepertiga akhir United babak pertama - statszone


Memaksimalkan Peran Welbeck di Sepertiga Akhir

Bermain ultra bertahan membuat Moyes hanya menempatkan satu pemain di depan. Tapi, sebagai tuan rumah, United tentu harus mengincar kemenangan, atau minimal mencuri gol.

Sehingga satu pemain di depan pun tak cukup. Moyes kemudian menduetkan Rooney dengan Welbeck sebagai tukang gedor United. Fungsinya adalah untuk memecah lini belakang Bayern, terutama jika Lahm terlambat turun atau terpancing naik membantu menyerang. Moyes berharap adanya situasi 2 vs 3 bahkan 2 vs 2 saat serangan balik.

Ini dilakukan dengan memposisikan Welbeck agak lebih melebar dan bukan di tengah. Selain memecah lini belakang, ini dilakukan untuk membuat bola menjauh dari lini tengah Bayern yang banyak diisi pemain. Apalagi kedua fullback Bayern juga sering terlambat turun

Cara ini terbukti efektif. Setidaknya ada 2 peluang emas tercipta di babak pertama berkat taktik ini.

Menambah Tenaga di Lini Tengah

Pertanyaan besar harusnya diberikan kepada Moyes karena memainkan pemain berusia 40 tahun pada pertandingan seperti ini. Maklum, gelandang dan sayap Bayern begitu cepat sehingga dibutuhkan tenaga ekstra untuk tetap dapat mengimbangi permainan.

Pada babak pertama juga terlihat bagaimana Giggs yang banyak memilih bermain aman dengan tidak membawa bola terlalu lama, atau mengirimkan umpan-umpan beresiko. Pergerakannya dalam bertahan juga lebih banyak menunggu pemain ketimbang bertarung langsung.

Maka respon Moyes dengan memasukan Kagawa di babak kedua terbilang tepat. Pergerakan pemain timnas Jepang tersebut jelas lebih lincah dari Ryan Giggs. Lini tengah United pun jadi lebih bertenaga.

Saat bertahan, Kagawa pun dapat menempel ketat gelandang Bayern satu per satu. Tambahan tenaga tersebut juga membuat United lebih berani melakukan pressing di daerah Bayern, hal yang sama sekali tidak dilakukan pada babak pertama.

Terlepas dari gol United yang tercipta melalui tendangan penjuru, masuknya Kagawa membuat Setan Merah lebih berani keluar dan memberikan perlawanan.

 


Pressing United di area Bayern pada babak kedua


Substitusi Tepat tanpa Pergantian Pola Bermain

Seperti Moyes yang mengubah permainan dengan substitusi, Pep pun melakukan hal yang sama yaitu dengan memasukkan Mandzukic. Sebenarrnya, pergantian ini tidak merubah posisi para pemain Bayern. Hanya saja, kini ada satu orang striker yang bersiap di dalam kotak penalti United.

Sayangnya Bayern masih menggunakan pola yang sama dengan babak pertama, yakni crossing mendatar yang diarahkan dekat gawang De Gea. Tak heran ini pun relatif mudah dipatahkan.

Padahal, dengan kemampuan duel Mandzukic, Bayern bisa saja memainkan cara yang berbeda. Misalnya saja memaksimalkan peran Mandzukic sebagai pemantul atau targetman.  Contoh jelas adalah terciptanya gol balasan Bayen. Bola crossing dari sayap kanan mampu dipantulkan oleh Mandzukic, yang kemudian disambar oleh Schweinsteiger.

Tapi, pola yang jelas menghasilkan gol ini tidak kembali lagi dilakukan. Justru cara-cara babak pertama yang terbukti gagal kembali lagi dilakukan. Bayern terlalu banyak menguasai bola dan tidak berani mengambil resiko dengan melakukan percobaan langsung ke gawang.

Kesimpulan

Pep datang ke Old Trafford dengan gaya permainan Bayern yang mengandalkan penguasaan bola, sementara Moyes memasang formasi ultra bertahan.

Kedua pelatih merespon permainan pada babak pertama dengan pergantian pemain. Ada dua pemain yang merubah pola permainan dan hasil pertandingan, yakni Shinji Kagawa dan Mario Mandzukic. Kagawa masuk tepat setelah jeda turun minum menggantikan Giggs, sedangkan Mandzukic baru masuk menggantikan Muller pada menit 63.

Moyes sendiri lebih bisa memaksimalkan kedua pergantian pemain ini. Pasalnya, ia tak hanya menambah tenaga ke lini tengah MU dengan memasukkan Kagawa, tapi juga mengubah permainan MU dengan melakukan pressing yang sama sekali tak terlihat di babak pertama.

Ini berbeda dengan Pep. Ia memasukkan Mandzukic, tapi tak mengganti pola bermainnya yang mengandalkan umpan silang mendatar. Kehati-hatiannya pada babak pertama dengan tidak berani mendorong Schweinsteiger dan Kroos lebih ke depan pun tidak diubah pada babak kedua. Padahal, variasi serangan adalah salah satu resep dalam membongkar tim dengan sistem pertahanan berlapis.

Meski mengantongi gol tandang, Pep Guardiola sendiri memiliki PR besar berupa lobang di lini tengah pada pertandingan leg kedua nanti. Selain karena kehilangan Schweinsteiger akibat kartu merah, Javi Martinez juga akan absen karena akumulasi kartu kuning.

(amp)

Komentar