Apa Sebenarnya Sumber Kekecewaan Yaya Toure?

Editorial

by redaksi

Apa Sebenarnya Sumber Kekecewaan Yaya Toure?

Terkadang kita memang tidak menyadari bagaimana perasaan seseorang. Ya, sebenarnya ini berkiblat pada sebuah kalimat bijak yang berbunyi "manusia adalah tempat salah dan benar". Tapi tentu kita harusnya bisa mengurangi kekesalahan-kesalahan tersebut agar apapun yang kita lakukan tidak merugikan orang-orang di samping kita. Sebagai salah satu contohnya adalah kasus Yaya Toure yang akhir-akhir ini ramai diberita kan.

Setelah diisukan akan hengkang oleh agennya, Yaya Toure akhirnya ikut buka suara mengenai berita tersebut. Lewat akun twitternya, @Toure_yaya42, Pemain timnas Pantai Gading ini mengatakan bahwa apa yang dikatakan sang agen adalah benar adanya dan sudah mewakili dirinya. Ia sendiri akan menjelaskan detilnya setelah Piala Dunia 2014 berakhir.

Sebelumnya, Dimitry Seluk, Agen Yaya, berkata pada media bahwa kliennya kecewa lantaran pihak klub kurang memberikan perhatian ketika sang pemain berulang tahun dan mulai berpikir untuk hengkang pada bursa transfer musim panas nanti.

Jika sedikit menilik ke masa lalu, mantan pemain Barcelona ini memang memiliki pribadi yang sensitif. Kepindahannya dari Barca menuju City pun ada unsur kekecewaan yang di alami sang pemain. Ia sendiri mengatakan bahwa ketika di Barca ia merasa tak dihargai oleh Pep Guardiola, pelatih Barca saat itu. Ketika ia bertanya sesuatu, sang pelatih yang kini melatih Bayern Muenchen malah menjawabnya dengan jawaban yang kurang memuaskan dirinya. Tentu kemudian Pep membela diri atas statement Yaya tersebut.

Selain itu, pesepakbola muslim ini pernah ikut mempertanyakan game FIFA 14 yang hanya memberinya nilai 79 untuk shootingnya pada game tersebut. Padahal kala itu Yaya sudah mencetak 17 gol untuk The Citizen di Premiere League.

Sebenarnya wajar jika melihat perilaku Yaya Toure yang seperti itu. Ini tentu saja ada hubungannya dengan diskriminasi-diskriminasi yang pernah ia dapatkan. Ya, sebagai pemain kulit hitam, Yaya sering mendapat perlakuan rasis.

Seperti ketika menjuarai Piala Liga beberapa waktu lalu. Samir Nasri mengatakan bahwa Yaya akan menjadi gelandang terbaik dunia jika ia bukan berasal dari Afrika. Kemudian Yaya merespon pernyataan rekan setimnya itu dengan sedikit menyindir: “Yang dikatakannya adalah benar dan merupakan hal yang jujur. Karena saya biasanya hanya mendapat pengakuan dari fans. Tapi jika boleh jujur, semua orang Afrika akan mengenal seorang yang bernama ‘Lionel Messi’, mereka mengetahui wajahnya. Tapi ketika anda datang ke Eropa dan menanyakan apakah anda tahu ‘Yaya Toure’? Ya, mereka tahu nama saya, tapi tidak dengan wajah saya. Tak seperti Messi di Afrika.”

Untuk kasus Yaya sendiri, di Indonesia pun sebenarnya tak jauh berbeda. Contohnya ketika para pemain asing di Liga Indonesia yang notabene berasal dari Benua Hitam bermain, mereka pun sering mendapatkan intimidasi verbal atas ‘perbedaan’ mereka.

Kita tentunya perlu mengurangi hal-hal negatif yang seperti ini. Jangan jadikan slogan “Let’s Kick Racism Out of Football” hanya sebagai kalimat semu yang tak berarti apa-apa.

Untuk melakukan sebuah perubahan, harus dimulai dari diri sendiri kan?

[ar]

Komentar