Rencana Jitu Osorio untuk Meksiko

Cerita

by Redaksi 18

Redaksi 18

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Rencana Jitu Osorio untuk Meksiko

Beberapa saat setelah Hirving Lozano mengecoh Mesut Ozil dan menyarangkan bola ke gawang Manuel Neuer, sebuah gempa kecil terjadi di Mexico City. Bukan disebabkan oleh pergeseran lempeng bumi atau meningkatnya aktivitas vulkanik, melainkan akibat dari lompatan dan gemuruh para pendukung Tim Nasional Meksiko yang menyaksikan laga besar itu di ibu kota.

“Sebuah gempa kecil telah terjadi di Mexico City. Kemungkinan besar terjadi akibat lompatan massal saat Meksiko mencetak gol ke gawang Jerman,” tulis jurnalis New York Times yang bekerja di Meksiko, Kirk Semple, melalui akun Twitter pribadinya.

Sementara itu di Luzhniki Stadium, Lozano merayakan keberhasilannya di tengah gemuruh pendukung Meksiko yang berada di tribun penonton. Rekan satu timnya yang duduk di bangku cadangan tak luput dari euforia itu. Mereka berlari menuju garis tepi lapangan, tempat perayaan berlangsung. Yang tersisa di bangku cadangan hanya seorang pemain dan pelatih Meksiko, Juan Carlos Osorio.

Tak seperti yang lain, Osorio tampak bisa mengendalikan dirinya. Ia hanya mengepalkan kedua telapak tangannya untuk menyambut gol tersebut. Ketika salah seorang pemainnya mengajak untuk berselebrasi dengan memeluknya, Osorio bergeming.

“Ketika kami mencetak gol, saya hanya berdiam diri. Langsung berpikir untuk rencana ke depan, tentang bagaimana caranya agar tidak langsung kebobolan di lima menit berikutnya,” ungkap pria kelahiran Kolombia kepada Telegraph.

Reaksi yang ditunjukkan Osorio menggambarkan karakternya sebagai pelatih. Osorio bukan seorang perasa. Ia dikenal sebagai juru taktik dengan karakter yang tenang, dingin, tak mudah terbawa suasana.

Meksiko beruntung punya pelatih dengan karakter demikian. Karena karakter itulah yang telah membawa Meksiko meraih kemenangan besar atas Jerman di pertandingan perdana mereka pada Piala Dunia 2018.

***

Tarik mundur 729 hari sebelum Meksiko meraih kemenangan atas Jerman. Malam itu, di bawah tatapan 70.547 pasang mata yang hadir di Levi’s Stadium, California, Meksiko dipermalukan oleh Cile dengan skor telak 7-0 pada babak perempatfinal Copa America Centenario 2016.

Dwigol dicetak Edson Puch Cortez. Empat gol oleh Eduardo Vargas. Satu gol dijaringkan Alexis Sanchez. Semuanya membuat penjaga gawang Guillermo Ochoa menjadi orang yang paling sibuk memungut bola di lapangan sepanjang pertandingan.

“Tak ada yang lebih menyakitkan selain kebobolan tujuh gol di turnamen seperti ini,” sebut Javier Hernandez usai pertandingan. “Kami mencoba membela negara kami dengan cara yang bermartabat. Namun hasil ini membuat kami sangat malu.”

Layaknya sajian makanan, orang yang menentukan nikmat atau tidaknya cita rasa makanan tersebut tentulah juru masaknya. Maka, dalam pengibaratan tersebut, Meksiko telah menjadi makanan dengan cita rasa yang sangat buruk di malam itu. Dan sang kepala pelatih, Osorio, adalah juru masak yang harus bertanggung jawab atas semuanya.

Banyak pendukung Meksiko yang langsung menuntut agar Osorio didepak dari kursi pelatih malam itu juga. Sang terdakwa tak mengelak. Osorio mengakui kesalahan yang telah dilakukannya di mana saat itu ia menerapkan strategi penguasaan bola yang ternyata gagal total. Dalam tekanan besar itu, Osorio memohon ampunan kepada seluruh warga Meksiko.

“Aku ingin minta maaf kepada seluruh warga Meksiko. Pertandingan itu sangat memalukan. Kami bermain buruk, dan saya ulangi sekali lagi: saya minta maaf sebesar-besarnya kepada seluruh warga Meksiko,” tuturnya.

Andai Osorio seorang perasa, mungkin saja tuntutan mundur dari para pendukung Meksiko saat itu sudah membuatnya putus asa dan angkat kaki dari kursi kepelatihan El Tri. Namun Osorio bukan orang dengan karakter seperti itu. Alih-alih larut dalam melankolia, Osorio justru bergegas untuk segera merencanakan tentang apa yang selanjutnya harus dilakukan. Kemudian ia memperbaiki metode melatih, salah satunya dengan selalu membuat sebuah formula yang lebih terencana ketika tim hendak bertanding.

Dalam prosesnya, Osorio sering mengotak-atik skuat Meksiko. Sebanyak 48 kali Meksiko bertanding, 48 kali pula Osorio mengubah starting line-up. Apa yang dilakukannya ini lagi-lagi mengundang banjir kritik pada dirinya. Media dan pendukung Meksiko ramai-ramai kembali meragukan kapabilitasnya. Namun kembali, karakternya yang dingin dan tak mudah terbawa suasana membuat Osorio bisa tetap tegar dan yakin pada apa yang sedang diperbuatnya.

Semuanya berbuah saat Meksiko menghadapi tim kuat Jerman di laga pembuka Piala Dunia 2018. Jauh sebelum hari pertandingan, Osorio dengan gigih telah mempelajari segala hal tentang bagaimana cara Jerman bermain. Satu kesimpulan besar kemudian didapatkannya untuk memanfaatkan kelemahan Jerman: lakukan serangan mendadak dalam sebuah transisi yang cepat.

“Kami sudah merancang sebuah rencana [sebelum pertandingan],” sebutnya usai pertandingan. “Gagasannya adalah untuk selalu menempatkan dua pemain cepat di kedua sisi sayap. Di babak pertama, kami melakukan skema pertahanan yang sangat baik di sepertiga tengah lapangan. Lalu setelahnya melalukan serangan balik dengan cepat.”

Tidak hanya memperbaiki tim dari segi taktikal, Osorio juga coba memperbaiki rasa percaya diri para pemain Meksiko setiap hendak memulai pertandingan.

“Kami juga bekerja memperbaiki psikologi pemain. Kami memutar banyak video, film, dan mendorong mental tim dengan kalimat-kalimat penyemangat,” ujarnya kepada Telegraph.

Khusus untuk yang terakhir disebutkan, Osorio memberikan satu kalimat luar biasa untuk mendongkrak kepercayaan diri skuat Meksiko jelang pertandingan melawan Jerman. “Bermainlah dengan rasa cinta untuk sebuah kemenangan, bukan bermain dengan perasaan takut kalah.” Kalimat tersebut diamalkan betul oleh Hirving Lozano, Carlos Vela, Javier Hernandez, Ochoa, dan para pemain Meksiko yang lain ketika bertanding melawan pemain-pemain hebat yang dimiliki Jerman. Tak tampak sedikit pun rasa canggung atau tegang dari para pemain Meksiko di pertandingan tersebut.

Dengan segala usaha panjang yang telah dilakukannya selama ini, kemenangan besar atas Jerman adalah sesuatu yang pantas didapatkan oleh Osorio dan timnya. Sedangkan kekalahan telak dari Cile dua tahun lalu menjadi permulaan atas segala kemajuan yang diraih Meksiko saat ini.

“Sepertinya tak ada seorang pun yang ingat dengan kekalahan 7-0 [dari Cile], tapi kami akan selalu mengingatnya,” ujar penjaga gawang Guillermo Ochoa setelah pertandingan melawan Jerman.

Kemenangan atas Jerman menjadikan Meksiko difavoritkan untuk bisa lolos ke babak berikutnya. Sekarang Osorio pun mungkin sudah menyusun rencana lainnya agar kemenangan atas Jerman menjadi langkah awal timnya untuk bisa kembali menciptakan gempa-gempa kecil lainnya yang bisa membahagiakan rakyat Meksiko.

Komentar