Ketidakadilan The Sun pada Sterling

Cerita

by redaksi

Ketidakadilan The Sun pada Sterling

Harian The Sun sudah dikenal sebagai media yang suka bikin heboh. Apa yang menimpa Raheem Sterling saat ini pun tampaknya menjadi bagian dari sentimen The Sun pada pemain Manchester City tersebut. The Sun berkali-kali memberitakan hal-hal (yang dianggap) buruk tentang Sterling.

Mereka pernah meributkan soal Sterling dan kekasihnya, Paige Milian, yang berbelanja pakaian dengan total biaya 32 paun saja padahal Sterling berpenghasilan 180 ribu paun per pekan. Saat Sterling berhemat untuk berlibur atau mengendarai mobil yang belum dicuci pun The Sun juga meributkannya. Begitu juga ketika mantan pemain Liverpool itu berpesta hingga pukul tiga pagi bersama Jonjo Shelvey, Alex Oxlade-Chamberlain, dan Danny Welbeck, The Sun menjadikannya sebagai tajuk utama. Masih banyak lagi berita miring tentang Sterling di The Sun.

The Sun jadi yang pertama kali menghebohkan tato baru Sterling. Tato bergambar senjata laras panjang di kaki Sterling itu dipampang di halaman depan harian The Sun dengan judul "RAHEEM MENEMBAK KAKINYA SENDIRI". Yang kemudian memancing perdebatan adalah ketika The Sun menulis "Dua pemuda tewas dalam seminggu tak lama setelah Sterling memamerkan tato barunya.." di sebuah berita kriminal. Pada pemberitaan tato Sterling, The Sun sendiri mewawancarai aktivis anti-senjata, Lucy Cope, yang meminta Sterling tidak dibawa ke Piala Dunia 2018 karena tato tersebut.

"Tato itu menjijikkan. Raheem harusnya malu. Itu tidak bisa diterima. Kami meminta Sterling untuk menghapus tato tersebut atau menambalnya dengan tato lain. Jika ia menolak, ia harus dicoret dari Timnas Inggris," tulis The Sun mengutip apa yang dikatakan Cope.

Piers Morgan, presenter TV yang juga fans fanatik Arsenal (yang ternyata pernah menjadi editor di The Sun), sepakat dengan The Sun dan Cope. Namun komentarnya itu memancing perdebatan. Justru lebih banyak yang tidak sejalan dengan Morgan ataupun Cope. Walau begitu The Sun lebih tertarik menampilkan komentar-komentar yang satu suara dengan Morgan dan Cope, salah satunya petinju legenda Britania, Frank Bruno.

Tak ingin berlarut-larut, Sterling pun akhirnya buka suara. Lewat story akun Instagram-nya, ia menjelaskan bahwa tato tersebut punya makna mendalam baginya. Ini terkait masa lalunya yang buruk. Ayahnya tewas ditembak saat ia masih kecil.

"Ketika masih berusia 2 tahun, ayahku tewas ditembak. Aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan pernah menyentuh senjata api sekalipun. Aku menembak [menggunakan] kaki kananku itu punya arti mendalam. Tato itu pun belum selesai," tulis Sterling.

Dukungan pun diberikan federasi sepakbola Inggris, FA, pada Sterling. FA berharap masalah ini tidak mengganggu konsentrasi Sterling dan juga pemain lainnya. "Kami semua mendukung Sterling dan tahu betul kejujuran dan ketulusan yang ia berikan. Ia dan seluruh skuat hanya fokus untuk persiapan Piala Dunia yang akan datang."

Legenda timnas Inggris, Gary Lineker, bahkan mengecam tindakan The Sun. "Uniknya negara ini, mencoba menghancurkan moral pemainnya sendiri sebelum turnamen besar. Aneh, tidak patriotis, dan menyedihkan," katanya lewat akun Twitter @GaryLineker. "Ia pemain yang luar biasa dengan etos kerja yang brilian. Persekusi ini menjijikkan," lanjutnya. Lineker pun kemudian meladeni twitwor Morgan.

Saat tulisan ini dibuat, belum ada tindak lanjut dari The Sun. Padahal banyak yang meminta The Sun meminta maaf atau menurunkan pemberitaan tentang tato Sterling agar timnas Inggris bisa fokus untuk Piala Dunia. Yang paling utama adalah meminta The Sun agar tidak hanya fokus untuk menjatuhkan tokoh-tokoh tertentu.

Dukungan terhadap Sterling

Selain dari Lineker, dukungan terhadap Sterling terus mengalir. Banyak yang berpendapat bahwa Sterling justru punya kepribadian yang baik. Walau bukan tanpa cela, tapi Sterling punya perilaku baik yang bisa menjadi contoh banyak pemuda.

Sterling kecil memang dikenal pemarah. Tapi setelah ia mengenal sepakbola dan diberikan kesempatan menapaki karier sebagai pesepakbola oleh sang ibu, Sterling mulai mengendalikan emosinya. Perlahan-lahan kedewasaannya tumbuh dan menjadi sosok panutan.

"Tubuhnya sangat kecil tapi punya banyak energi dan terkadang ia mudah marah dan bisa agresif pada anak lain," kata Chris Beschi, teman kecil Sterling, pada BBC. "Tapi sejak hari pertama dia bersekolah dan dia diketahui memiliki talenta di sepakbola, sikapnya mulai berubah. Aku tidak ingin menyebutnya sebagai karakter dongeng - seorang pemuda, dari desa, nakal yang kemudian berubah. Tapi banyak elemen kebenaran dalam hal itu."

"Ada keberlanjutan yang dilakukannya dari bekerja keras, ambisi, kebahagiaan, dan etos kerja yang luar biasa. Raheem punya potensi untuk melakukan hal buruk, tapi ia tidak memilihnya. Aku pernah bilang padanya, `kalau kamu tidak bermain di Timnas Inggris, pasti kamu ada di penjara`. Beberapa tahun kemudian, ketika aku menyalakan TV, aku melihatnya bermain untuk timnas melawan Spanyol dan aku kaget bahkan sampai terjatuh dari kursi," sambungnya.

Pada 2013, Sterling pernah menjalani persidangan karena dituduh melakukan kekerasan pada mantan pacarnya. Akan tetapi Sterling tidak terbukti bersalah. Beberapa bulan kemudian ia dituduh kasus serupa oleh perempuan lain, tapi lagi-lagi tidak bersalah.

Akhir tahun lalu, Sterling mendapatkan tindakan rasis dari hooligan Inggris sebelum pertandingan Manchester City. Tapi ia tak meributkannya bahkan tetap bermain padahal insiden tersebut terjadi empat jam sebelum sepak mula.

Sebagai pemain yang masih berusia 23 tahun, Sterling mungkin pernah berperilaku buruk di luar lapangan. Salah satunya ketika ia kedapatan menghisap shisha, yang menurut The Sun berisi nitrous oxide (gas tertawa). Akan tetapi menilai bahkan menghakimi seseorang hanya dari satu tatonya saja rasanya tidak bisa dibenarkan.

Komentar