Yang Terjadi Pada Liverpool Setelah Salah Cedera...

Analisis

by redaksi

Yang Terjadi Pada Liverpool Setelah Salah Cedera...

Real Madrid sah jadi juara Liga Champions 2017/18. Skor 3-1 jadi skor yang tak mampu dibendung Liverpool. Para pendukung Liverpool (dan pembenci Real Madrid) mungkin mulai berandai-andai Salah tidak cedera setelah "dibanting" Sergio Ramos pada menit ke-29 yang menjadi titik balik permainan dan penentu laga ini.

Ada perbedaan besar memang sebelum dan sesudah Salah cedera. Paling kentara, jumlah tembakan Liverpool. Di 25 menit pertama, Liverpool yang mendominasi permainan mencatatkan 9 tembakan. Madrid hanya 2 kali. Tapi setelah Salah cedera, Liverpool tak mencatatkan tembakan hingga menit ke-55. Real Madrid mencetak gol pertamanya pada menit ke-51. Total tembakan saat itu 9-9.

Tanpa Salah sirkulasi bola pada serangan balik Liverpool memang tidak berjalan dengan baik. Adam Lallana, penggantinya, tidak mampu mengimbangi kecepatan Sadio Mane dan Roberto Firmino saat situasi transisi bertahan ke menyerang.

Manajer Liverpool, Juergen Klopp, memang tak punya opsi lain selain memasukkan Lallana karena di bench tinggal tersisa Alberto Moreno, Emre Can, Dominic Solanke, Nathaniel Clyne, dan Ragnar Klavan. Memasukkan Lallana sudah menjadi opsi terbaik. Akan tetapi Lallana hanya mencatatkan 11 operan pada laga ini. Akurasinya pun hanya 64% saja. Tak ada satu pun umpan kunci.

Lallana ditempatkan di kiri penyerangan. Mane menggantikan peran Salah di kanan penyerangan untuk mengeksploitasi area kiri pertahanan Madrid yang menjadi titik lemah. Salah sempat melepas dua tembakan sebelum cedera. Mane yang pada 25 menit pertama hanya melepaskan satu tembakan saja, menambah enam tembakan di sisa pertandingan. Satu menjadi gol, satu lainnya membentur tiang gawang.

Di sisi lain, cederanya Salah benar-benar menguntungkan Real Madrid. Paling jelas terlihat adalah Marcelo yang mulai leluasa dalam menyerang. Gol salto Gareth Bale berasal dari umpan silang bek kiri asal Brasil tersebut. Ia menjadi pemain ketiga terbanyak mencatatkan operan pada laga ini.

Overlapnya Marcelo sangat penting bagi serangan Real Madrid. Apalagi pada laga ini Real Madrid menyerang melalui kedua sayapnya. Isco dan Cristiano Ronaldo adalah dua pemain yang kerap bertukar posisi di kanan dan kiri pertahanan Liverpool padahal secara default Real Madrid bermain dengan pola dasar 4-3-1-2 dengan Isco berposisi di gelandang no.10.

Kehadiran Marcelo, juga Dani Carvajal di kanan, membuat Real Madrid kerap unggul jumlah pemain di sayap. Karim Benzema juga berkali-kali bergerak melebar menghampiri bola agar Madrid unggul jumlah pemain.

Sebenarnya lini pertahanan Liverpool tetap disiplin dan tak begitu saja mudah ditembus oleh Real Madrid. Kredit khusus pada Dejan Lovren yang ditugasi menjaga Ronaldo. Pun dengan Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson di kedua sayap pertahanan. Virgil Van Dijk mengamankan serangan udara yang datang dengan empat kali unggul.

Petaka Liverpool adalah saat Loris Karius melakukan kesalahan. Dua kesalahan mendasar sebagai kiper malah. Pertama saat mengoper bola padahal di dekatnya masih ada Benzema (yang kemudian menjadi gol pertama). Kedua saat "meremehkan" tendangan Bale dari luar kotak penalti dengan mencoba menangkapnya (yang kemudian menjadi gol kedua).

Walau begitu kekalahan Liverpool ini bukan hanya soal Karius, melainkan kualitas skuat Liverpool secara keseluruhan. Salah cedera tidak ada pengganti sepadan. Berbeda dengan Zinedine Zidane yang ketika Isco kurang memuaskan bisa memasukkan Bale yang ternyata jadi penentu kemenangan dengan dua golnya. Carvajal cedera tak mengurangi kekuatan di kanan pertahanan karena Nacho pun bermain impresif. Belum lagi berbicara Lucas Vazquez dan Marco Asensio yang juga bisa jadi opsi lain.

Maka yang terlihat di 60 menit sisa pertandingan adalah Liverpool yang kikuk, tak menyangka kehilangan Salah. Sejak saat itu Liverpool bukan lagi Liverpool yang telah mencetak 40 gol di Liga Champions musim ini atau Liverpool yang punya trio mengerikan di lini depan. Gol yang dicetak Liverpool pun dari bola mati, bukan skema open play hasil dari counterpressing dan serangan balik.

Pada momen itu, tanpa Salah, permainan Liverpool menunjukkan bahwa mereka layak kalah. Kesalahan Karius jadi pelengkap.

Real Madrid menunjukkan keperkasaannya dengan meraih trofi ke-13 yang diraih tiga kali secara beruntun. Kualitas dan pengalaman para pemainnya berperan besar dalam keberhasilan tersebut. Pemilihan taktik dan pengambilan keputusan Zidane pun membukakan jalan Real Madrid untuk menang.

Kemenangan Real Madrid ini tetap akan diingat sebagai sejarah. Sepakbola pada akhirnya tentang siapa yang menang dan kalah, bukan benar dan salah. Bukan begitu, Ramos?

foto: telegraph.co.uk

Komentar