Tak Masalah Puasa 18 Jam Jelang Final UCL

Sains

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Tak Masalah Puasa 18 Jam Jelang Final UCL

Bagi kita sebagai penonton di Indonesia, final Liga Champions musim ini akan jatuh pada Minggu (27/05) dini hari. Final ini juga bertepatan dengan Ramadan, yang artinya bisa dinikmati sambil menyantap sahur.

Namun bagi para penonton dan pemain yang hadir di NSC Olimpiyskiy Stadium, Kiev, Ukraina, final nanti masih dalam suasana buka puasa. Pertandingan tersebut akan dilangsungkan pada Sabtu (26/05) malam waktu setempat.

Beberapa pemain seperti Mohamed Salah, Sadio Mané, Emre Can, Karim Benzema, dan Achraf Hakimi adalah mereka yang beragama Islam. Tidak ada yang bisa memastikan apakah mereka akan berpuasa atau tidak. Namun jika mereka memutuskan berpuasa, mereka akan menghadapi tantangan berat.

Tidak seperti di Indonesia di mana kita biasa berpuasa 13 sampai 14 jam, di Kiev nanti waktu berpuasa akan sangat panjang, yaitu 18 jam lebih. Subuh di sana jatuh pada pukul 02.30 dini hari. Sementara buka puasa pada 20.50.

Pertandingan final sendiri akan berlangsung pukul 21.45 waktu setempat, atau 01.45 dini hari WIB di hari berikutnya. Artinya hanya ada jeda kurang dari satu jam dari waktu berbuka ke waktu sepak mula. Setidaknya salat magrib tidak nabrak waktu sepak mula.

Kemudian ketika pertandingan selesai (asumsi memakan waktu dua jam), waktu Isya sudah masuk 35 menit sebelumnya (23.10), dan itu hanya kurang dari tiga jam sebelum subuh berikutnya. Bisa dibayangkan seberat apa berpuasa di Kiev saat final nanti.

Mohamed Salah Akan Berpuasa

Melihat beban berat berpuasa di Kiev, apalagi sang pemain harus menyiapkan mental dan fisiknya sebaik-baiknya, sangat wajar jika mereka kemudian tak berpuasa, apalagi jika ada pandangan bahwa apa yang mereka lakukan (bekerja, bermain sepakbola) adalah ibadah, serta status mereka sebagai musafir di Kiev.

Namun salah satu pemain yang paling disoroti di final nanti, Mohamed Salah Ghaly, menyatakan akan tetap berpuasa.

“Aku pasti akan berpuasa. Aku akan berpuasa selama 30 hari [Ramadan],” kata pemain asal Mesir tersebut, dikutip dari Yeni Safak. “Semua kesuksesan ini sudah ditakdirkan untukku oleh Allah.”

Baca juga: Polemik Fatwa Halal Penundaan Puasa karena Sepakbola di Mesir

Bukan hanya Salah, Tim Nasional Mesir yang akan berlaga di Piala Dunia 2018 juga sudah menyiapkan hal ini dengan sebaik-baiknya. “Asosiasi Sepakbola Mesir sudah mempekerjakan spesialis untuk membantuku dan para pemain selama bulan puasa Ramadan,” kata pelatih Mesir, Héctor Raúl Cúper, dikutip dari Mirror.

“Kami akan mengatur dan memonitor makan dan tidur mereka, sambil berharap jika ini tak akan berefek buruk kepada mereka,” lanjutnya. “Itu tak akan mudah tapi itu soal agama dan aku tak bisa mencegah mereka dari berpuasa Ramadan.”

Salah satu rekan Salah, Alberto Moreno, ikut berkomentar. “Aku sudah bilang aku akan makan untuknya sebagai bahan bercanda, tapi itu tak akan mudah,” kata bek kiri Liverpool tersebut, dikutip dari Marca.

“Ia sudah biasa dengan Ramadan dan kadang itu berdampak kepadanya. Semoga di tanggal 26 nanti ia bisa memainkan pertandingan terbaik dalam hidupnya dan kami bisa menjuarai Liga Champions,” tutup Moreno.

Dampak Puasa Terhadap Performa

Permasalahan puasa Ramadan dan sepakbola sudah sering dibahas oleh para ahli sains olahraga. John B. Leiper, seorang ahli sains olahraga dari Univesitas Loughborough, Inggris, melakukan penelitian terhadap 79 pemain sepakbola Tunisia.

Sebanyak 48 dari 79 pemain tersebut menjalani ibadah puasa sedangkan 31 lainnya tidak. Seluruh pemain kemudian menjalani latihan selama 60-80 menit.

Baca juga: Dampak Berpuasa untuk Kegiatan Olahraga Menurut Sains

Dari hasil penelitiannya, didapat bahwa kelompok yang menjalani ibadah puasa memiliki rata-rata detak jantung lebih kencang, yaitu 144 detak/menit bagi yang berpuasa berbanding 139 detak/menit bagi yang tidak. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh para pemain yang berpuasa bekerja lebih keras ketimbang tubuh para pemain yang tidak berpuasa.

Namun hasil tersebut tidak bisa menyimpulkan bahwa berpuasa mengganggu kinerja para pemain. Pasalnya dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa seluruh pemain dari kedua kelompok sama-sama mampu melalui latihan intensitas dengan hasil yang serupa. Artinya performa seluruh pemain yang berpartisipasi tidak menurun meski sebagian di antara mereka sedang menjalani puasa.

Sebuah konferensi yang diadakan oleh Aspetar Orthopaedic Centre pada November 2011 juga sempat membahas hal ini.

Dalam konferensi ini, Dr. Yacine Zerguini, seorang ahli orthopedi asal Aljazair, mengatakan bahwa persoalan puasa dan sepakbola masih belum bisa dijelaskan secara rinci. Itu terjadi karena semuanya tergantung kondisi fisik dari masing-masing pemain.

Pemain yang memiliki kondisi fisik yang baik tentu akan tetap mampu bermain sebagaimana biasanya meski tidak mengonsumsi makanan dan minuman. Selain kondisi fisik, Dr. Yacine juga meyakini bahwa kondisi mental juga sangat memengaruhi kondisi tubuh sang pemain.

Pemain yang meyakini bahwa puasa tidak memengaruhi kondisi tubuhnya akan lebih mampu mempertahankan performanya ketimbang pemain yang tidak terlalu yakin. Sejauh ini, Salah sangat yakin untuk berpuasa, maka itu seharusnya tak akan menjadi masalah.

Jika puasa tak menjadi masalah, yang menjadi masalah adalah karena siapapun yang kalah akan mengalami puasa gelar di tahun 2018 ini.

Komentar