Dendoncker: Pemuda yang Mendepak Nainggolan dari Timnas Belgia

Cerita

by Redaksi 18

Redaksi 18

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Dendoncker: Pemuda yang Mendepak Nainggolan dari Timnas Belgia

Lalu waktu bukan giliranku. Kalimat yang terdapat dalam salah satu baris sajak Amir Hamzah itu agaknya cocok untuk melukiskan perasaan Radja Nainggolan saat ini. Pemain berusia 30 tahun tersebut tidak dipilih Roberto Martinez untuk memperkuat Belgia di Piala Dunia 2018. Setelah tahu dirinya tak terpilih, Radja memutuskan untuk pensiun dari Tim Nasional Belgia.

“Dengan sangat berat hati saya mengumumkan bahwa karier internasional saya sudah berakhir. Saya selalu melakukan yang terbaik untuk membela negara saya. Mulai dari sekarang saya akan menjadi pendukung nomor satu Timnas Belgia,” tulis Radja melalui akun Instagram pribadinya.

Martinez paham betul keputusannya tak mengikutsertakan Radja akan mengejutkan tidak hanya banyak orang, tetapi juga Radja sendiri. Penampilan Radja musim ini bersama AS Roma tidak buruk. Radja berhasil membawa AS Roma hingga ke semifinal Liga Champions dan menduduki peringkat ketiga di klasemen Serie A. Oleh karenanya, sebelum mengambil keputusan, Martinez menemui Radja secara personal.

“Aku tak berkata padanya bahwa ia [Radja] tak terpilih. Sebelumnya aku pergi ke Roma untuk bertukar pikiran dengannya. Aku bebricara padanya dengan menatap matanya lekat-lekat. Itu bukan percakapan yang mudah,” beber Martinez kepada ESPN.

Martinez mengungkapkan bahwa keputusannya tak mengikutsertakan Radja di Piala Dunia tahun ini murni karena didasari alasan taktik. Untuk mengisi pos gelandang bertahan Belgia di Piala Dunia nanti, Martinez lebih memilih pemain muda RSC Anderlecht, Leander Dendoncker. Bagi Dendoncker yang masih berusia 23 tahun, Piala Dunia 2018 akan menjadi turnamen internasional pertamanya.

***

Leander Dendoncker lahir di Passendale—sebuah pedesaan di Belgia yang termasyhur dengan produksi kejunya. Saat usianya menginjak 14 tahun, Dendoncker memutuskan hijrah ke Brussels dan bergabung dengan akademi Anderlecht, demi menggapai mimpinya menjadi seorang pesepakbola.

Kehidupan di ibu kota tentu sangat kontras dengan kehidupan di pedesaan tempatnya berasal. Bagi Dendoncker yang masih remaja, bukan hal mudah untuk bisa beradaptasi dengan suasana baru tersebut.

Beruntung ketika itu Dendoncker dipertemukan dengan David Steegen—petugas media klub Anderlecht. Steegen kerap mengajak Dendoncker menginap di rumahnya. Dukungan selalu diberikan Steegen kepada Dendoncker. Kedua orang tua Steegen, Wanda dan Paul, juga sangat perhatian kepada Dendoncker.

Dukungan dan perhatian yang diberikan keluarga Steegen tentu sangatlah berarti untuk Dendoncker. Ia mulai nyaman tinggal di ibu kota. Kariernya bersama tim muda Anderlecht berkembang pesat.

Pada musim 2012/13, Dendoncker berhasil membawa tim muda Anderlecht menjuarai turnamen Piala Viareggio, setelah di babak final mengalahkan tim muda AC Milan dengan skor 3-0. Dari fase penyisihan grup hingga final, Dendoncker selalu menjadi andalan di lapangan tengah.

Di musim berikutnya, Dendoncker kembali berhasil membawa tim muda Anderlecht melenggang ke babak final turnamen serupa. AC Milan kembali menjadi lawannya. Di pertandingan itu Dendoncker menjadi kapten tim.

Namun kali ini hasilnya berbeda dengan musim lalu. Anderlecht dikalahkan Milan dengan skor 1-3.

Walau gagal kembali mempersembahkan gelar juara, penampilan gemilang Dendoncker telah membuat manajer RSC Anderlecht, Bensik Hasi, tertarik. Musim 2014/15 menjadi debut Dendoncker di tim senior Anderlecht.

Musim pertamanya di tim senior tidak buruk. Dari 30 pertandingan yang dimainkan Anderlecht di Jupiler Pro League musim itu, Dendoncker tampil sebanyak 18 kali dan mencetak 2 gol. Ketika itu ia bahkan sudah dipercaya untuk tampil di turnamen besar seperti Liga Champions dan Liga Europa.

Saat nahkoda kepelatihan Anderlecht beralih dari Bensik Hasi ke Rene Weiler, Dendoncker semakin diandalkan. Musim 2016/17 Dendoncker selalu tampil di seluruh pertandingan Anderlecht di Jupiler Pro League. Menit bermain Dendoncker selalu penuh di setiap pertandingannya. Di akhir musim, ia berhasil membawa Anderlecht menjuarai Jupiler Pro League.

Sebagai gelandang bertahan, Dendoncker memiliki kemampuan yang baik dalam memutus serangan maupun mengalirkan bola. Di ajang Liga Champions bersama Anderlecht musim ini misalnya, rata-rata umpan sukses yang berhasil ia lepaskan di setiap pertandingannya adalah 89,6%. Sementara rata-rata percobaan tekel yang ia lakukan di setiap pertandingannya adalah 3,2. Dari jumlah percobaan tekel tersebut, 1,7 di antaranya berhasil.

Di samping karena kebutuhan taktik, agaknya kemampuan inilah yang telah membuat Roberto Martinez lebih memilih Dendoncker untuk mengisi pos geladang bertahan Belgia di Piala Dunia nanti. Ditambah lagi ketika masih menjabat sebagai manajer Everton, Martinez pernah mengungkapkan ketertarikannya pada Dendoncker.

“Apakah ia [Dendoncker] seorang gelandang atau pemain bertahan? Ia bisa memainkan keduanya. Ia seorang pemain yang hebat. Disiplin, selalu fokus, dan punya kualitas fisik yang baik,” puji Martinez saat itu, dikutip dari HITC.

Komentar