Jalan Panjang Parma Kembali ke Serie A

Berita

by Redaksi 18

Redaksi 18

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Jalan Panjang Parma Kembali ke Serie A

AC Parma dipastikan promosi ke Serie A 2018/19. Kepastian itu didapat setelah Parma finis di peringkat kedua klasemen akhir Serie B 2017/18. Parma menduduki peringkat kedua usai memenangi pertandingan terakhir mereka di Serie B, melawan Spezia, 2-0 pada Sabtu (19/5) dini hari WIB. Sementara itu saingan terdekat mereka, Frosinone, yang bertanding melawan Foggia Calcio di hari yang sama, hanya mampu meraih hasil seri.

Promosinya Parma ke Serie A merupakan buah dari perjuangan panjang mereka sejak terdegradasi ke Serie D pada 2015. Kebangkrutan adalah hal yang menjadi sebab mereka terdegradasi ketika itu.

Krisis internal Parma sendiri bermula pada musim 2004/05. Parmalat, perusahaan susu multi-nasional asal Italia yang menguasai 98% saham klub, ketika itu dipaksa bangkrut karena terlibat skandal penipuan bernilai jutaan dolar.

Bencana bagi Parmalat berarti bencana juga bagi AC Parma. Dampak dari krisis yang terjadi langsung terasa di lapangan hijau. Parma terseok-seok mengarungi musim di Serie A. Di penghujung musim, Parma hanya mampu finis di peringkat ke-17 klasemen dan harus menjalani laga play-off melawan Bologna untuk memastikan bertahan di Serie A musim selanjutnya.

Parma memenangi laga play-off tersebut dengan agregat 2-1. Mereka bertahan di Serie A. Sayangnya Parma bertahan tidak lama. Pada musim 2007/08, mereka terdegradasi ke Serie B setelah hanya mampu menduduki posisi ke-19 klasemen di akhir musim.

Krisis yang masih membelenggu Parma ketika itu coba diselesaikan dengan mendatangkan investor baru bernama Tommaso Ghirardi pada 2007. Namun keadaan justru semakin memburuk. Alih-alih memperbaiki keadaan finansial klub, utang Parma malah semakin menggelembung.

Pada 2014, Parma kemudian dijual ke grup pengusaha Rusia bernama Siprus Dastaro Holdings pimpinan Rezart Taci. Namun, Taci dan kawan-kawan tak mampu memperbaiki keadaan klub.

Februari 2015, kepemilikan Parma kembali beralih. Kali ini ke tangan Giampietro Manenti. Berharap Manenti mampu mengatasi utang klub, yang terjadi malah sebaliknya: Manenti tersandung kasus penggelapan uang di tubuh klub.

Oleh Federasi Sepakbola Italia, Manenti dihukum tidak boleh terlibat dalam pelbagai kegiatan sepakbola selama lima tahun. Sementara Parma yang bangkrut harus terdegradasi hingga ke Serie D.

Terdegradasinya Parma hingga ke Serie D tentu sangat memprihatinkan, mengingat pada dekade awal 1990an, Parma merupakan salah satu tim besar Italia yang rajin merengkuh trofi.

Parma berhasil menjuarai Coppa Italia musim 1991/92. Menjuarai Piala UEFA, Piala Super Eropa, dan Piala Winners pada periode 1992 hingga 1995. Di Serie A, mereka pernah menjadi runner-up di musim 1996/97—hanya berselisih 2 poin dari sang juara, Juventus.

Ditambah lagi, ketika itu Parma diperkuat oleh sejumlah nama beken pesepakbola pada masanya. Dari mulai Gianluigi Buffon, Hernan Crespo, Fabio Cannavaro, Dino Baggio, Fernando Couto, Enrico Chiesa, Lilian Thuram, Juan Sebastian Veron, Gianfranco Zola, hingga Hristo Stoichkov pernah menjadi bagian Parma.

Sedangkan pada musim 2015/16 di Serie D, Parma tampil dengan skuat seadanya. Namun berkat semangat yang besar mereka mampu menjuarai kompetisi di musim tersebut, dan naik ke Serie C di musim berikutnya.

Di Serie C Parma menduduki peringkat kedua Wilayah A dan berhak untuk menjalani play-off melawan Alessandria untuk lolos ke Serie B musim 2017/18. Parma berhasil memenangi pertandingan play-off tersebut dengan skor 2-0.

Parma kemudian tampil di Serie B musim 2017/18 dan finis di peringkat kedua. Musim depan, mereka tampil di Serie A.

Komentar