Ganti Kostum Gara-gara Televisi Hitam Putih

Backpass

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Ganti Kostum Gara-gara Televisi Hitam Putih

Dari gambar hitam putih di atas, dapatkah kalian membedakan para pemain kesebelasan satu dengan kesebelasan lainnya? Gambar di atas adalah potret pertandingan kualifikasi Piala Dunia antara Swiss dan Skotlandia. Pertandingan itu digelar pada 19 Mei 1957.

Pertandingan tersebut berakhir dengan kemenangan 2-1 untuk Skotlandia. Yang menarik dari pertandingan itu bukan skor akhirnya, melainkan situasi yang mengharuskan Skotlandia berganti kostum.

Saat itu Skotlandia memakai kostum kandang mereka yang berwarna biru meski bermain tandang. Mereka tak harus mengenakan kostum tandang karena kesebelasan tuan rumah bermain dengan kostum yang warnanya tidak nabrak, yaitu merah. Biru melawan merah adalah warna klasik antara dua kesebelasan di pertandingan sepakbola. Rasanya tidak ada yang salah dengan ini.

Akan tetapi masalah terjadi karena saat itu pertandingan disiarkan langsung ke seantero Eropa lewat televisi. Saat itu televisi masih hitam putih (monokrom). Menurut pengakuan gelandang Skotlandia, Tommy Docherty, warna biru dan merah dianggap terlalu saru sehingga penonton yang menyaksikan lewat televisi kesulitan membedakan pemain Skotlandia dan Swiss.

Sayangnya Skotlandia tak membawa kostum tandang, sehingga mereka harus meminjam kostum tandang Swiss yang berwarna putih.

Bermain dengan kostum Swiss, lengkap dengan logonya di dada, para pemain Skotlandia ternyata malah mampu memenangi pertandingan. Sempat tertinggal 0-1 melalui gol Roger Vonlanthen (13’), Skotlandia kemudian mampu mencetak dua gol dari Jackie Mudie (33’) dan Bobby Collins (71’). Itu gol internasional perdana Collins.

Kemenangan ini memuluskan langkah Skotlandia untuk lolos ke Piala Dunia 1958 di Swedia. Di putaran final mereka langsung tersingkir di fase grup karena menjadi juru kunci di belakang Paraguay, Yugoslavia, dan Perancis.

Industrialisasi Sepakbola

Skotlandia diharuskan berganti kostum karena hal teknis di televisi (hitam putih) adalah bentuk awal industrialisasi sepakbola. Pada masa itu, pertandingan yang disiarkan televisi menuntut masing-masing kesebelasan untuk memakai kostum berwarna terang dan gelap. Saat itu, biru dan merah dianggap sama-sama gelap.

Sebelumnya, Piala Dunia 1954 di Swiss menjadi Piala Dunia pertama yang disiarkan televisi. Pergantian kostum Skotlandia seharusnya bukan hal baru mengingat televisi hitam putih hanya bisa membedakan warna gelap dan terang.

Bahkan desain bola memakai warna hitam dan putih juga diatur karena hal ini. Desain bola 32 panel hitam dan putih di Piala Dunia 1970 (Meksiko) dipercaya mempermudah penonton menyaksikan pertandingan di televisi monokrom. Sebelumnya, bola sepak kebanyakan menggunakan desain mirip bola voli dengan warna putih.

Desain bola Adidas Telstar hitam putih pada 1970 tersebut kemudian menjadi ikonik. Sampai saat ini, jika ada yang menggambarkan bola sepak, hampir pasti desain yang dipakai mirip dengan gambar bola di atas. Semua itu terjadi karena televisi hitam putih.

Bayangkan jika sekarang televisi masih hitam putih. Mungkin warna bola dan kostum tidak akan semeriah sekarang. Mungkin juga kita akan kepusingan merasakan sensasi pertandingan antara Manchester City (biru muda) melawan Chelsea (biru). Kita berutang banyak kepada televisi berwarna.

Padahal hitam dan putih juga sebenarnya merupakan warna, ya? Namun warna sendiri tak memiliki definisi yang saklek. Bahasa Inggris mengenal 11 kategori warna, sementara bahasa Rusia mengenal 12. Sedangkan bahasa Wobé (Pantai Gading) hanya mengenal tiga kategori warna: kpe (gelap), pluu (terang), dan sain (merah). Biru, ungu, dan cokelat yang kita kenal adalah kpe dalam bahasa Wobé.

Komentar