Kegemilangan Navas Lengkapi Keberuntungan Real Madrid

Analisis

by redaksi

Kegemilangan Navas Lengkapi Keberuntungan Real Madrid

Usai pertandingan leg kedua semifinal Liga Champions 2017/2018 antara Real Madrid melawan Bayern Muenchen, gelandang Bayern, Thomas Mueller menyoroti satu pemain Madrid yang menyebabkan timnya gagal melangkah ke final. Pemain tersebut bukan Karim Benzema yang mencetak dua gol, melainkan Keylor Navas.

"Kami bermain lebih baik daripada di Munich tapi kami memberi mereka gol lagi," kata Mueller pada Zdf. "Tapi itu adalah pertandingan yang sangat gila dan kami sudah mengerahkan segalanya. Pada akhirnya kami sedikit kurang beruntung. Kiper mereka, [Keylor] Navas, tampil luar biasa. Ini menyakitkan tapi kami tidak perlu malu."

Yang dikatakan Mueller di atas memang mencerminkan apa yang terjadi dini hari tadi (2/5). Adalah benar Munich tampil jauh lebih baik dari leg pertama. Benar juga kesalahan Bayern sendiri yang akhirnya membuat Real mencetak gol kunci. Tapi penampilan Navas tak bisa dikesampingkan begitu saja karena ia menjadi tembok besar bagi Bayern sehingga pintu lolos ke final tertutup.

Cerminan tampil luar biasanya Bayern terlihat dari jumlah tembakan yang mereka ciptakan pada laga ini; 22 tembakan (Real Madrid hanya 9). Sebuah angka yang luar biasa mengingat laga yang berakhir 2-2 tersebut digelar di kandang Real Madrid, Santiago Bernabeu. Musim ini, rata-rata tembakan yang mengancam Real Madrid di Santiago Bernabeu hanya 10,1 per laga. Ini artinya Bayern mencatatkan dua kali lipat tembakan yang biasanya meneror gawang Real Madrid di kandang.

Tapi seperti yang dikatakan Mueller, Navas tampil luar biasa di bawah mistar. Dari 22 tembakan yang menyibukkannya, 10 kali ia melakukan penyelamatan. Jika melihat aksi-aksi Navas pada laga ini, mungkin seharusnya Bayern bisa mencetak lebih banyak gol jika kiper asal Kosta Rika tersebut tidak tampil cemerlang.

Pujian untuk Navas tidak datang dari Mueller seorang. Manajer Bayern, Jupp Heynckes, juga melihat bahwa penampilan Navas-lah yang membuat penampilan impresif anak asuhnya tidak berbuah ke final. Sama seperti Mueller, Heynckes juga melihat bahwa para pemainnya sudah bermain sangat baik pada laga ini.

"Kami tentu kecewa atas hasil ini," kata Heynckes pada laman resmi Bayern. "Tim kami sudah tampil luar biasa. Saya bilang ke mereka bahwa saya belum pernah melihat penampilan Bayern yang hebat seperti ini dalam beberapa tahun terakhir. Kami menciptakan banyak peluang, tapi Navas tampil luar biasa. Ia pemain terbaik Madrid malam ini."

Secara permainan Real Madrid bisa dikatakan kalah segalanya pada laga ini. Tak salah juga jika melihat dari segi permainan, Bayern dianggap lebih layak melenggang ke babak final. Apalagi ada satu insiden dari keputusan wasit yang sebenarnya bisa menguntungkan Bayern jika ia melihat insiden ini lebih jelas.

Akan tetapi Real Madrid tetap menjadi kesebelasan yang selalu bisa memanfaatkan kesempatan-kesempatan emas untuk mengubah keadaan. Pada gol pertama, sama seperti gol Marcelo pada leg pertama, Madrid kembali menyerang lewat sisi kanan pertahanan Bayern. Namun kali ini Marcelo yang menyisir sayap kiri memberikan umpan silang manis ke mulut gawang yang kemudian disantap tandukan Karim Benzema.

Pada gol kedua, yang dikatakan Madrid lebih beruntung pada laga ini, sebenarnya tidak lepas dari strategi yang diterapkan pelatih Real, Zinedine Zidane. Sekarang bayangkan jika Madrid tidak menerapkan pressing agresif di lini pertahanan Bayern dan lebih memilih bertahan dengan garis pertahanan rendah, itu justru akan membuat Madrid lebih jauh dari gawang Bayern dan peluang seperti ini tidak akan tercipta.

Terlepas dari kesalahan kiper Bayern, Sven Ulreich, yang gagal mengamankan backpass Corentin Tolisso (yang ditekan oleh tiga pemain), terciptanya gol Benzema yang mengubah skor menjadi 2-1 memang merupakan buah dari keberhasilan strategi Madrid, strategi pressing Real Madrid. Lagipula strategi pressing memang bertujuan untuk membuat lawan melakukan kesalahan di area pertahanannya sendiri.

"Kami kalah karena hasil di leg pertama dan hari ini," lanjut Heynckes. "Anda tidak boleh melakukan itu [kesalahan Ulreich] di level seperti ini karena Anda akan dihukum dan jangan heran jika akhirnya Anda tidak menang. Kami pun kurang fokus di lini depan, yang sepertinya merupakan dampak dari intensitas tinggi yang kami ciptakan sendiri."

Sementara itu Bayern sebenarnya kembali menyentak Real Madrid lebih dulu lewat serangan yang seperti pada gol Joshua Kimmich pada leg pertama. Walaupun bukan dari situasi serangan balik, gol pertama Bayern yang juga dicetak oleh Kimmich ini merupakan hasil dari serangan Bayern yang diakhiri di sisi kiri pertahanan Madrid.

Gol kedua Bayern pun tercipta dari sisi kiri pertahanan Madrid. James Rodriguez sang pencetak gol penyama kedudukan Bayern berhasil memanfaatkan kemelut hasil dari umpan silang Nicklas Sule. Ini menunjukkan bahwa sama seperti pada leg pertama, sisi kiri pertahanan Madrid memang menjadi titik lemah Real Madrid.

Sebenarnya Bayern menyerang sisi kiri pertahanan Real Madrid tidak serta merta langsung mengalirkan bola dari sisi kiri. Mereka lebih dulu menyerang melalui sisi kanan pertahanan Real Madrid di mana pada area tersebut terdapat Franck Ribery, David Alaba dan juga James Rodriguez. Dari situ bola lantas dipindahkan ke kanan. Gol Kimmich sebenarnya tercipta melalui proses ini.

Tapi menjelang akhir babak kedua, setelah situasi 2-2, Zidane tampaknya menyadari hal ini dan ia pun melakukan pergantian pemain yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pertahanan. Casemiro dimasukkan menggantikan Mateo Kovacic. Sebelumnya Kovacic adalah pemain yang menempati pos gelandang kanan (bukan sayap kanan) yang menemani Toni Kroos di tengah dalam formasi dasar 4-4-2. Jika melihat gol Kimmich, Ribery saat itu memberikan umpan pada Robert Lewandowski setelah ia tidak mendapatkan gangguan berarti dari Kovacic. Inilah yang mungkin coba dihindari Zidane agar situasi seperti gol pertama tidak kembali terulang.

Pada akhirnya, setiap keberuntungan yang didapat oleh Real Madrid pada laga ini (mungkin juga laga-laga Madrid lainnya) tidak lepas juga dari strategi yang diterapkan Zidane. Jangan lupakan pula keputusan Zidane yang menduetkan Benzema dan Ronaldo, padahal pada leg pertama Benzema dibangku cadangkan (dan Real Madrid bermain dengan formasi dasar 4-1-4-1). Benzema nyatanya pada laga ini menjadi joker dalam kemenangan Real Madrid lewat dua gol yang ia ciptakan dari total dua peluang yang ia dapatkan pada laga ini.

foto: @ChampionsLeague

Komentar