Bambang "Super Sabar" Pamungkas

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Bambang "Super Sabar" Pamungkas

Oleh: Miftah Farid Luthfianto

Persija musim ini tampil sangat luar biasa, setidaknya hingga pekan ke-5 Gojek Liga 1 2018. Juara Piala Presiden, lolos ke fase gugur Piala AFC, dan duduk di peringkat kedua klasemen sementara Liga 1 jadi bukti konkret betapa ciamiknya permainan Persija di awal musim ini.

Produktivitas lini depan Persija menjadi kunci dari setiap kemenangan yang mereka raih. Hal ini tak bisa dilepaskan dari masuknya pemain-pemain baru yang bisa langsung nyetel dengan permainan tim. Marko Simic, Addison Alves, Riko Simanjuntak, dan Jaimerson Xavier menjadi aktor penting kesuksesan Persija musim ini.

Ketika Jakmania dan media-media olahraga di tanah air sibuk mengelu-elukan sang bomber anyar asal Kroasia, Marko Simic, ada sesosok legenda hidup Persija yang semakin “nyaman” menghuni bangku pemain pengganti, yaitu Bambang Pamungkas.

Bambang berbeda nasib dengan rekannya yang sama-sama senior (jika tidak boleh disebut tua), Ismed Sofyan. Hingga saat ini Ismed tetap menjadi andalan di sisi kanan pertahanan Persija, dan seringkali juga ikut naik ke depan membantu Riko di sisi kanan penyerangan Persija. Bahkan ban kapten yang seperti sudah menyatu dengan lengan Bepe pun sudah dipindahkan ke Ismed—hal ini salah satunya dikarenakan Ismed masih rutin mengisi satu pos di starting eleven setiap pertandingan Persija; kehadiran Simic musim ini semakin membuat jatah menit bermain Bepe jauh menurun.

Sebenarnya penurunan menit bermain ini sudah terjadi sejak musim lalu, ketika duet striker utama Persija dihuni oleh Bruno Lopes dan Luis Junior, ditambah dengan masuknya Reinaldo di paruh kedua musim 2017.

Jika kita menengok ke belakang, jauh sebelum Persija secara perlahan selalu membangkucadangkan Bepe, Tim Nasional Indonesia pun sudah melakukannya di tahun 2010 ketika Bepe hanya menjadi pelapis dari Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim di Piala AFF 2010. Banyak yang menilai Bambang sudah habis pada saat itu, padahal jika kita teliti lagi, usia Bepe masih 30 tahun, lebih muda dari Gonzales yang sudah berusia 34 tahun.

Usia 30 tahun memang dapat dikatakan tidak muda lagi, tapi menurut penulis sendiri usia tersebut belum memasuki usia untuk menurunnya karier seorang pesepakbola—bahkan Simic pun saat ini berusia 30 tahun. Di tahun 2010 pun produktivitas Bepe pun belum terlihat pudar di Persija. Namun Alfred Riedl mungkin memiliki pandangan yang berbeda, hingga ban kapten tim nasional pun dipindahkan dari lengan Bambang ke Firman Utina. Di atas semua keraguan yang sudah dialamatkan kepada Bepe, dia akhirnya bermain cukup baik selama menjadi pemain pengganti, termasuk sukses mengeksekusi 2 penalti saat melawan Thailand di fase grup, dan memastikan kegagalan Thailand untuk lolos dari fase grup Piala AFF 2010.

Beralih ke 2012, kembali di ajang yang sama, berbagai konflik sepakbola yang terjadi di tahun itu membuat Tim Nasional tampak pincang—terjadi dualisme baik di liga maupun di timnas sendiri. Dan seorang Bambang Pamungkas pun dicap sebagai seorang pengkhianat, dikarenakan dia memilih untuk bergabung bersama Timnas untuk gelaran Piala AFF, padahal kesebelasan yang dia bela, Persija, bermain di ajang Indonesia Super League (ISL)—liga yang tidak diakui oleh PSSI karena berada di bawah bendera KPSI.

Di Piala AFF 2012, jika kita melihat pemain bernomor punggung 20 di atas lapangan, tampak ada perbedaan di jersey yang dia gunakan. Biasanya Bepe menggunakan nama punggung Bambang, namun pada turnamen ini dia mengenakan Pamungkas, seolah memberi isyarat penampilan terakhirnya untuk Timnas.

Ya, akhirnya Bepe pun memutuskan untuk menjadikan AFF CUP 2012 sebagai ajang resmi terakhirnya bersama Tim Nasional Indonesia. Hingga saat ini, Bepe memegang rekor sebagai pencetak gol terbanyak tim nasional Indonesia dengan 37 gol.

Tahun 2012 tampak menjadi tahun kelam bagi persepakbolaan Indonesia, termasuk juga bagi karier seorang Bambang Pamungkas. Berbagai konflik melanda kesebelasan yang dia bela, Persija, termasuk terlambat membayar gaji para pemain hingga 5 bulan.

Kecintaan Bepe terhadap kesebelasan tersebut dibarengi dengan tanggung jawabnya sebagai kapten kesebelasan, untuk memperjuangkan hak-hak rekan setimnya, yaitu dalam hal ini adalah gaji, yang telah tertunda selama 5 bulan lamanya. Setelah berbagai macam perundingan internal di dalam tubuh Persija, akhirnya gaji para pemain tersebut dilunasi, dan Bambang menjadi pemain terakhir yang gajinya dilunasi.

Penderitaan tidak berhenti sampai di situ. Konflik dualisme yang melanda sepakbola Indonesia akhirnya membuat Bambang memiliki masalah dengan Persija. Keputusannya untuk tetap membela Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2012 ternyata membuka pintu keluar bagi Bambang dari Persija. Hal ini seiring dengan tidak didaftarkannya Bambang di Liga Indonesia musim 2013.

Musim 2013 pun membuat Bepe cuti bermain sepakbola selama satu musim. dia lebih sibuk dengan profesi barunya yaitu menjadi jurnalis sebuah media olahraga. Satu tahun cukup baginya untuk “menghilang” dari sepakbola. Di akhir 2013, secara mengejutkan Bepe menerima pinangan dari Pelita Bandung Raya, membuat Bambang siap mengarungi ISL musim 2014 bersama PBR, yang otomatis membuat dia berhadapan dengan kesebelasan yang membesarkan namanya.

Putaran pertama Indonesia Super League 2014 mempertemukan Pelita Bandung Raya dan Persija Jakarta di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung. Untuk pertama kalinya Bambang berada di baris yang berbeda dengan para pemain Persija di lorong pemain sebelum memasuki lapangan. Ketika cinta dan tanggung jawab kembali diuji dalam suatu kesempatan yang sama, akhirnya seperti yang kita ketahui bersama, Bepe berhasil mencetak 2 gol ke gawang Persija.

Tak ada selebrasi yang dia lakukan setelah mencetak gol, untuk memberikan sebuah penghormatan besar kepada Persija. Yang dia lakukan hanya mengusap wajah, tanda tak percaya dengan apa yang sudah dia lakukan. Tidak cukup hanya 2 gol tersebut, di putaran kedua PBR dan Persija pun kembali bertemu di Stadion Gelora Bung Karno, satu umpan cantik dari Musafri berhasil dituntaskan dengan manis melalui flying header khas seorang Bepe. Total, Bepe mencetak 3 gol ke gawang Persija dari 2 pertandingan PBR melawan Persija.

Kerinduan Jakmania akan sang legenda akhirnya terobati setelah Bepe kembali ke Persija di akhir musim 2014. Bepe pun kembali resmi bermain untuk Persija di ajang Torabika Soccer Championship 2016. Namun sayangnya, dimulai dari TSC tersebut sinar seorang Bambang Pamungkas seolah sudah mulai meredup. Jarang sekali kita melihat pemain bernomor punggung 20 itu bermain 90 menit saat Persija bertanding.

Begitu pun pada musim ini. Hingga pekan ke-5 Liga 1, belum sekali pun Bambang mencetak gol karena menit bermainnya pun sangat sedikit. Tak lupa juga diberi kesempatan bermain penuh pada pertandingan pertama Piala AFC, penampilan Bepe tidak cukup baik.

Di tengah minimnya peluang, Bepe sabar—Super Sabar. Julukan ini saya dapat ketika melihat sebuah kiriman Instagram salah satu pemain Persija, Gunawan Dwi Cahyo. Sebuah foto antara GDC dengan 2 bomber Persija, Simic dan Bambang Pamungkas.

Caption pada unggahan tersebut cocok sekali dengan apa yang mungkin Bepe rasakan saat ini, bahwa dia harus sabar dan sadar, bahwa masa emasnya sebagai pesepakbola sudah usai. Dia harus merelakan posisinya digantikan oleh Simic dan Addison Alves. Namun apa pun yang terjadi, Bepe tetaplah Bepe. Dengan nama besarnya yang sangat dicintai oleh Jakmania, kehadiran Simic bisa saja membuat posisinya tergeser dari penyerang utama, namun tidak dari hati Jakmania. Tetap semangat dan sukses selalu Capt!


Penulis berkicau lewat akun Twitter @delfarid. Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.

Komentar