Lima Sosok yang Cocok Menggantikan Wenger

Cerita

by Redaksi 18

Redaksi 18

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Lima Sosok yang Cocok Menggantikan Wenger

Manajer Arsenal, Arsene Wenger, mengumumkan bahwa dirinya akan mundur di akhir musim 2017/18. Keputusan Wenger ini cukup mengejutkan, mengingat kontrak Wenger bersama Arsenal baru akan habis pada 2019.

Sejauh ini, sejak melatih Arsenal dari tahun 1996, Wenger sudah menjalani sebanyak 823 pertandingan Liga Primer bersama Arsenal dengan catatan 473 kali menang, 199 kali seri, dan 151 kali kalah. Wenger pun sudah mempersembahkan banyak gelar bagi The Gunners, di antaranya adalah: tiga gelar Liga Primer, tujuh gelar Piala FA, dan tujuh kali juara community Shield.

Tentunya, dengan rentang karir kepelatihan sepanjang itu, beserta segala catatan prestasi yang diraihnya selama membesut Arsenal, akan sulit bagi Arsenal untuk mencari sosok yang tepat untuk mengganti Wenger. Sebelumnya memang ada sejumlah nama pelatih yang sering dikaitkan dengan Arsenal untuk menjadi suksesor Wenger jika suatu saat pelatih asal Prancis tersebut melepas jabatannya.

Dari sekian banyak nama pelatih yang sering dikait-kaitkan itu, kami merangkum lima nama pelatih yang kami nilai paling cocok untuk menjadi suksesor Wenger di Arsenal. Berikut nama-nama pelatih tersebut.

Patrick Vieira

Arsene Wenger sebelumya pernah menyebut nama Patrick Vieira sebagai nama yang suatu saat berpotensi menggantikan dirinya sebagai pelatih Arsenal. “Ya, dia [Vieira] punya potensi itu [melatih Arsenal]. Saya mengikuti karir manajerialnya,” ungkap Wenger seperti dilansir Goal.

Perkenalan Vieira dengan dunia kepelatihan dimulai pada 2011 ketika dirinya menjadi staff pengembang pemain muda di Manchester City. Selang dua tahun, Vieira sudah diangkat jabatannya menjadi pelatih Manchester City U-21. Selama melatih tim muda Manchester City, Vieira total memimpin tim muda itu sebanyak 52 laga, dengan catatan membawa kemenangan sebanyak 26 kali, 7 kali seri, dan hanya 19 kali kalah.

Pada Januari 2016, Vieira diresmikan sebagai pelatih kepala New York City FC di kompetisi MLS. Kepiawaian Vieira sudah terlihat sejak New York FC menjalani pramusim 2016/17. New York FC memenangi lima dari total enam pertandingan pramusim mereka.

Di akhir musim, Vieira berhasil membawa New York FC ke babak playoff pertama mereka di MLS, setelah menjadi runner-up di Wilayah Timur. Walau akhirnya kalah di babak semifinal, banyak pihak menilai bahwa Vieira cukup sukses di musim pertamanya sebagai pelatih di kompetisi MLS.

Walau sejauh ini Vieira belum berhasil menelurkan gelar dari perannya sebagai pelatih, namun Vieira dianggap cocok untuk menjadi suksesor Wenger di Arsenal, karena ia punya nilai lebih dari pengalamannya semasa berkarir sebagai pemain Arsenal. Vieira merupakan kapten Arsenal di era terbaik Arsenal. Sebagai kapten, Vieira berhasil membawa Arsenal merengkuh tiga gelar Liga Primer dan dua gelar Piala FA.

Penunjukkan Patrick Vieira sebagai pelatih Arsenal, bisa seperti penunjukkan Zinadine Zidane sebagai pelatih Real Madrid. Zidane, sebelum melatih Madrid, juga belum pernah mencetak gelar di awal karirnya sebagai pelatih ketika melatih tim muda Real Madrid.

Namun, Real Madrid berani mengangkatnya sebagai pelatih karena ia punya nilai lebih berupa pengalamannya semasa menjadi pemain penting Real Madrid. Hasilnya? Tiga gelar Liga Champions berhasil dipersembahkannya sejauh ini untuk Los Blancos.

Thomas Tuchel

Usai mengakhiri kebersamaannya dengan Borrusia Dortmund pada Mei 2017, sampai saat ini Thomas Tuchel belum menangani klub mana pun. Tersiar kabar ia menolak tawaran Bayer Munchen karena "sudah menjalin kesepakatan dengan sebuah klub besar Eropa", namun tidak disebutkan klub mana. Kabarnya, Tuchel akan menjadi pengganti Unai Emery di Paris Saint-Germain; tapi mengingat belum ada pernyataan resmi, bisa saja klub yang dimaksud adalah Arsenal.

Tuchel tentu bisa menjadi opsi Arsenal untuk mengisi posisi yang nanti ditinggalkan Wenger. Prestasi Tuchel sebagai pelatih sudah terbukti ketika ia melatih tim muda FSV Mainz 05. Pria berusia 44 tahun tersebut ketika itu berhasil membawa tim muda Mainz menjadi kampiun Bundesliga U-19 pada musim 2008/09.

Puncak prestasinya sebagai pelatih sejauh ini, tentu saat dirinya mulai melatih Borrusia Dortmund pada 2015. Ia langsung berhasil membawa Dortmund menjadi tim yang begitu perkasa. Dortmund menguasai peringkat kedua di Bundesliga dan mendominasi di ajang Europa League. Semua itu terjadi, berkat kekayaan strategi yang diterpakan oleh Tuchel.

Saat datang ke Dortmund, Tuchel tetap mempertahankan gaya menyerang cepat tanpa kompromi dan permainan menekan—peninggalan Jurgen Klopp, pelatih Dortmund sebelumnya. Namun ia juga membekali pemain Dortmund dengan penguasaan bola dan strategi positioning yang tepat, sehingga pemain Dortmund bisa membongkar pertahanan lawan kendati jika lawan bermain tertutup.

Selain itu, Tuchel juga merupakan pelatih yang mempunyai kemampuan sangat baik dalam merespon strategi lawan. Ia bisa mengubah formasi bahkan ketika pertandingan sedang berjalan. Tuchel juga merupakan pelatih yang, sama seperti Pep Guardiola, menganggap penguasaan bola sebagai alat, bukan filosofi permainan.

Steve Bould

Peluangnya sangat kecil, namun Steve Bould perlu mendapat penghormatan dengan disertakan dalam daftar ini. Bould adalah asisten manajer yang mendampingi Wenger sejak 2012. Bould bahkan sudah mengenal Arsenal jauh sebelum Wenger, mengingat sebagai pemain, Bould berseraham Arsenal sejak 1988 hingga 1999.

Bukan pilihan yang keliru jika Arsenal memutuskan untuk memberikan tongkat estafet manajer kepala kepadaBould. Sebagai seorang yang sudah menjabat di posisi asisten manajer Arsenal selama enam tahun, tentu Bould sudah tidak perlu lagi melakukan banyak adaptasi dengan para pemain dan gaya permainan Arsenal itu sendiri. Pengalamannya bersama-sama Arsenal selama enam tahun pun, tentu sudah membuat Bould tahu, kekurangan apa saja yang mesti dimilikki dan mesti dibenahi Arsenal.

Selain itu, Arsenal juga bisa belajar dari pengalaman Manchester United ketika usai mereka mendatangkan David Moyes sebagai pelatih baru pada musim 2013/14, untuk menggantikan Sir Alex Ferguson yang sebelumnya sudah melatih United selama 27 tahun.

David Moyes sebagai pelatih dan orang baru di United, ternyata gagal untuk mempertahankan prestasi United di musim sebelumnya sebagai juara Liga Primer. Prestasi United di musim itu langsung turun drastis dan hanya mampu bertengger di posisi ketujuh pada akhir musim.

Dengan demikian, Arsenal pun harus mempertimbangkan matang-matang jika ingin mendatangkan pelatih baru yang sebelumnya belum pernah sama sekali menjadi bagian dari Arsenal—baik sebagai pemain atau asisten pelatih. Barangkali akan lebih aman jika memberikan mandat pelatih kepala kepala kepada orang yang sebelumnya sudah lama menjadi bagian Arsenal, dan bekerja sama dengan Wenger seperti Bould.

Julian Nagelsmann

Julian Nagelsmann yang memulai karier kepelatihan dengan melatih tim muda Hoffenheim pada 2013, berhasil mempersembahkan gelar Bundesliga U-19 bagi tim muda Hoffenheim, setelah di final mereka mengalahkan Hannover 96 dengan skor telak 5-0. Selanjutnya, pada paruh musim 2015/16, ia diangkat sebagai pelatih Hoffenheim ketika keadaan klub tersebut sedang terpuruk dan terancam degradasi.

Nagelsmann yang diberi mandat untuk menyelamatkan Hoffenheim dari ancaman degradasi, menuntaskan tugasnya dengan sangat baik; di akhir musim Hoffenheim selamat dari degradasi. Bahkan, andai poin hanya dihitung berdasarkan penampilan di putaran kedua saja, Hoffenheim di bawah arahan Nagelsmann bisa menduduki peringkat kelima Bundesliga. Permainan anak-anak asuhnya juga dinilai banyak pihak begitu padu meski tidak dihuni nama-nama besar.

Berkat prestasinya itu, pelatih muda yang masih berusia 30 tahun tersebut diberi kepercayaan untuk menukangi Hoffenheim di musim selanjutnya. Ketangguhannya pun semakin terlihat di musim 2016/17. Berbagai catatan yang perlu diperhatikan di musim ini adalah kesuksesan Nagelsmann membawa Hoffenheim hanya kalah empat kali sepanjang musim. Dan membuat Hoffenheim berhasil duduk di peringkat keempat pada akhir musim.

Nagelsmann termasuk salah satu bakat muda terbaik Eropa saat ini. Dengan segala kompetensi yang dimilikinya tersebut, tentu Nagelsmann sangat berpeluang untuk menjadi suksesor Wenger di Arsenal—kendati kontraknya di Hoffenheim sendiri baru akan berkahir pada 2021.

Luis Enrique

Setelah hengkang dari jabatan pelatih Barcelona pada musim panas 2017, sampai sekarang Luis Enrique belum terikat kontrak dengan klub mana pun.

Dengan demikian, nama Enrique tentu bisa menjadi opsi Arsenal untuk mengangkatnya sebagai pelatih. Catatan prestasinya selama berkarier sebagai pelatih pun cukup baik. Enrique berhasil memberikan begitu banyak gelar semasa melatih Barcelona sejak 2014.

Selama tiga tahun di Barcelona, Enrique sudah memberikan satu gelar Liga Champions, dua gelar La Liga, tiga gelar Copa del Rey, satu Piala Super Spanyol, satu gelar juara Piala Dunia antarklub, dan satu gelar Piala Super Eropa. Bahkan pada musim 2014/15 ia dinobatkan sebagai pelatih klub terbaik dunia.

Masa sulit di Arsenal sudah terlewati dan teratasi berkat Wenger. Keuangan klub sudah sehat dan targetnya sekarang adalah berprestasi sebaik mungkin. Dengan rekam jejak Enrique yang begitu terbukti, dan dengan keadaan Enrique yang sampai saat ini masih menganggur, Arsenal tentu sangat berpeluang untuk mendatangkannya di akhir musim nanti.

Komentar