Cerita Sepakbola dari Negeri Dunia Keempat

Film

by redaksi

Cerita Sepakbola dari Negeri Dunia Keempat

Samoa memberi contoh bagaimana nasib baik pada akhirnya akan berpihak pada mereka yang tak berhenti mencoba dan bekerja keras.

Dalam sepakbola, meraih kemenangan adalah hal mutlak yang harus diraih. Tak boleh ada kata menyerah. Bila gagal, coba lagi dan bila gagal lagi, coba terus. Sebagaimana hidup, sepakbola selalu menyediakan ruang kesuksesan bagi mereka yang terus berusaha dan bekerja keras.

Tidak mudah memang, bagi sebuah pulau kecil yang tidak memiliki budaya sepakbola untuk membangun kesuksesan. Dan Amerika Samoa adalah salah satunya. Di pulau yang luasnya hanya sekitar 199 km2 tersebut, sepakbola tak terlalu populer. Jangan heran jika timnas Samoa sangat acak-acakan mutu dan prestasinya.

Untuk meraih satu kemenangan saja sudah begitu sulit bagi negara yang berpenduduk hampir 55.519 jiwa (berdasar sensus 2010). Bahkan mereka tidak pernah menang selama 17 tahun dan hanya sanggup mencetak dua gol dan kemasukan sebanyak 229 kali. 2 berbanding 229. Bayangkan, Bung!

Kalah, kemasukan banyak gol, menjadi juru kunci dan berada di papan bawah peringkat FIFA menjadi hal yang selaku lekat dengan tim sepakbola Amerika Samoa. Itu sudah sangat biasa, kelewat lumrah dan lazim.

Pada akhirnya, mereka bisa juga mencicipi kemenangan. Dan kemenangan perdana yang bersejarah inilah yang diabadikan oleh sineas Mike Brett dan Steve Jamison melalui film Next Goal Wins.

Kiper Pesakitan, Pemain Transgender dan Pelatih Jenius

Film ini dibuka dengan cuplikan sebagian gol-gol Australia saat mereka menggulung Amerika Samoa dengan skor 31-0 di tahun 2001. Sebuah pembuka yang perih namun sanggup memperlihatkan bagaimana menyedihkannya sepakbola di Amerika Samoa.

Selanjutnya, film ini pun menyajikan keseriusan Amerika Samoa dalam membangun sepakbola, mulai dari mendatangkan para ahli dalam bidang sepakbola, memanggil pemain naturalisasi hingga meminta bantuan Amerika Serikat untuk mengirim pelatih yang berkualitas untuk menangani tim mereka.

Dengan konsep mewawancarai langsung dan menjadikan para pelaku sebagai para aktornya, Mike Brett dan Steve Jamison coba memberikan hal-hal yang belum diketahui banyak orang. Secara detail, film ini mengisahkan perjalanan sepakbola Amerika Samoa yang penuh haru.

Tiga aktor memiliki peranan penting dalam film berdurasi hampir satu setengah jam ini, mereka adalah Nicky Salapu, Jaiyah Saelua dan juga Thomas Rongen.

Nicky Salapu adalah seorang kiper pesakitan nan ambisius. Disebut pesakitan karena ia adalah pemain yang gawangnya dibobol 31 gol oleh Australia pada tahun 2001. Pertandingan dalam ajang babak kualifikasi Piala Dunia 2002 itu pun sempat menggemparkan banyak pihak, karena pertandingan tersebut tercatat sebagai kekalahan terbesar sebuah tim sepanjang sejarah dalam pertandingan Internasional.

Nicky pun terlihat sebagai pribadi yang cukup ambisius, hal ini terlihat dalam sebuah bagian ketika ia diwawancarai tentang kekalahan memalukan tersebut. Katanya, "Sebelum saya mati, yang saya inginkan hanyalah pertandingan ulang melawan Australia. Meskipun tidak mungkin, tapi saya sangat memimpikannya."

Pernyataan yang penuh persistensi itu memperlihatkan tekad kuat kesebelasan Amerika Samoa untuk memperbaiki nasibnya, setidaknya sedikit memperbaiki. Ambisi ini pula yang membuat Nicky sempat memutuskan pensiun dari tim Amerika Samoa, karena ia merasa lelah dengan kekalahan dan kegagalan yang terus menerus di alami oleh Amerika Samoa.

Film ini juga menampilkan sosok asli pemain transgender yang bermain bagi tim Amerika Samoa, ia adalah Jaiyah Saelua. Lewat sosok Saelua, film ini ingin memberi pesan bahwa sepakbola merupakan permainan yang terbuka bagi siapa saja. Setiap orang berhak memainkan si kulit bundar. Saelua pun sempat mengatakan dalam sebuah wawancara, bahwa ia ingin menginspirasi banyak orang untuk melakukan apa yang mereka cintai, tak perlu terlalu mendengarkan apa kata orang.

Dengan cara yang lembut, film ini juga menyodorkan pelajaran penting membangun toleransi. Sikap para pemain Amerika Samoa yang dapat menerima pemain transgender seperti Jaiyah Saelua bukan hal yang tidak mengharukan. Mereka tidak melihat Jaiyah sebagai pria atau perempuan, melainkan melihatnya sebagai seorang pesepakbola.

Dan aktor yang paling penting dalam film ini adalah Thomas Rongen. Pelatih asal Belanda ini satu-satunya pelatih yang menyatakan diri tertarik untuk melatih tim Amerika Samoa saat ada ‘lowongan’ yang disebar Amerika Serikat.

Dalam beberapa bagian, bukan hanya soal teknik dan taktik yang coba diajarkan Rongen pada anak asuhnya, tapi juga soal kebersamaan tim. Harmonisasi dan kondusifitas tim sangat diperhatikan oleh Rongen. Mulai dari makan malam bersama hingga berenang di laut bersama dilakukan oleh Rongen dengan seluruh pemainnya. Termasuk ketika akan memulai dan setelah pertandingan berakhir, Rongen menyuruh para pemainnya untuk merangkul satu sama lain dan bersama-sama memanjatkan doa.

Unsur Budaya dan Agama yang Cukup Kental

Sejak Februari 2013, World Christian Database menunjukkan bahwa hampir 98% penduduk di wilayah Amerika Samoa memeluk agama Kristen, maka hal yang wajar bila dalam film Next Goal Wins ini, banyak menampilkan bagian-bagian di mana para pemain sedang memanjatkan doa, baik di sebuah gereja ataupun di lapangan sebelum dan sesudah bertanding.

Selain memperlihatkan sisi keagamaan, dalam beberapa bagian film ini pun memperlihatkan kebudayaan Amerika Samoa, salah satunya adalah tarian. Tarian Haka termasuk yang paling sering muncul dalam film ini. Tarian Haka adalah tarian untuk menyerukan peperangan, menyertakan hentakan kaki serta teriakan secara bersama-sama.

Tarian Haka sendiri muncul di beberapa bagian film, salah satunya adalah selepas pertandingan antara Amerika Samoa melawan Tonga. Saat itu para pemain Amerika Samoa melakukan tarian Haka di hadapan pelatih Rongen, sebagai luapan kebahagiaan mereka seusai meraih kemenangan.

Hal ini pun mengindikasikan, bahwa sang pembuat film tidak hanya menceritakan tentang sepakbola semata. Ia menginginkan aspek-aspek lain di luar sepakbola pun dapat diperlihatkan, baik agama maupun budaya di Amerika Samoa. Tujuannya pun sudah jelas, bahwa hal ini dimaksudkan untuk memperkenalkan Amerika Samoa.

Dengan menyisipkan hal-hal di luar sepakbola, film ini seakan ingin memberi pesan: Amerika Samoa bukan hanya kekalahan 31-0 saja, namun ada hal-hal yang jauh lebih menarik tentang pulau yang “menginduk” pada Amerika Serikat ini.

Dari Merangkak Hingga Mulai Berjalan

Sebelumnya, tak ada yang cukup tahu tentang sepak terjang tim Amerika Samoa, hingga media membuat sebuah berita: Australia menghancurkan Amerika Samoa dengan skor 31-0.

Bila melihat cuplikan video di awal film, akan terlihat bahwa skuat Amerika Samoa saat itu tidak sedang benar-benar bermain bola. Mereka seperti segerombolan badut yang menunggu untuk ditertawakan.

Namun di sepanjang alur cerita, film ini memperlihatkan dengan baik sekali, bagaimana perjuangan Amerika Samoa hingga berhasil mencatatkan sebuah kemenangan.

Setelah kalah 0-31, mereka memanggil para ahli sepakbola, salah satunya adalah seorang Sport Psychologist, Justin Su’a, yang bertugas memberikan motivasi bagi para pemain Amerika Samoa untuk tidak berlarut-larut dalam kekalahan dan kegagalan.

Pun dengan memanggil pelatih sebelum Rongen, yakni Larry O’Mana, yang mulai mengajarkan sedikit taktik kepada para pemain Amerika Samoa saat mereka berlaga dalam kompetisi South Pacific Ocean, sayang mereka masih gagal total saat itu.

Setelah bencana tsunami yang menghancurkan beberapa infrastruktur, termasuk stadion mereka, Veterans Memorial Stadium, sepakbola Amerika Samoa pun mulai bangkit dengan mengandalkan seorang pemain naturalisasi bernama Rawlston Masaniai dan memanggil kembali pemain andalan mereka dahulu, Ramin Ott, yang sebelumnya bertugas menjadi prajurit militer.

Dan pelengkap dari segala usaha mereka untuk mengembangkan sepakbolanya adalah dengan mendatangkan pelatih asa Belanda, Thomas Rongen.

Anggaplah segala bentuk usaha mereka adalah merangkak. Dan kemenangan pertama yang mereka raih dari Tonga adalah berjalan, dan ketika suatu saat nanti sepakbola Amerika Samoa bisa berkembang dan berprestasi, anggaplah mereka sudah bisa berlari.

Samoa sebagai Cermin Sepakbola Dunia Keempat

Film ini berhasil mempertontonkan bahwa kemenangan dalam sepakbola terkadang memiliki arti yang begitu penting bagi pemain, pelatih ataupun sebuah tim. Apalagi di sebuah negara atau pulau yang tidak memiliki kultur sepakbola yang memadai, terkadang kemenangan dihargai seperti sebuah kemerdekaan. Bebas, lepas dan membanggakan.

Tidak hanya di Amerika Samoa, beberapa negara-negara kecil memang sedang berusaha membangun sepakbola mereka. Meskipun tertinggal jauh dan sangat lekat dengan kekalahan yang terus menerus, namun menyerah bukanlah pilihan yang mereka pilih.

Guam, negara di bagian barat Samudera Pasifik, berhasil mengembangkan sepakbolanya dari tahun ke tahun. Sempat dihajar China dan Iran 19 gol tanpa balas di tahun 2000. Secara perlahan sepakbola mereka mulai bangkit. Berawal dari ditunjuknya pelatih asal Inggris, Gary White di tahun 2012, peringkat FIFA Guam pun mulai naik. Merangkak dari 205 ke 186, dan hingga sekarang mereka berada di peringkat 165 FIFA. Tidak terlalu jauh dari peringkat Indonesia.

Belum lagi jika kita menyebut San Marino, Gibraltar, dan beberapa negara yang timnasnya kerap menjadi bulan-bulanan di ajang internasional. Jika negara-negara seperti Indonesia bisa dibilang sebagai negeri dari dunia ketiga sepakbola, negara-negara “kurcaci” ini bisalah dibilang sebagai negeri dari dunia keempat.

Seluruh negara yang tergabung dalam keanggotaan FIFA berlomba-lomba untuk dapat memperbaiki sistem dan struktur sepakbola di negaranya masing-masing. Termasuk negara-negara dalam kategori kecil, Amerika Samoa dan Guam, yang coba memperlihatkan pada dunia bahwa mereka sangat serius membangun sepakbola secara bertahap dan bersungguh-sungguh.

Mereka tahu bahwa tak ada kesuksesan yang datang tiba-tiba tanpa kerja keras dan kesungguhan. Mereka tahu. Sangat tahu. Bagaimana dengan Indonesia?



Keterangan film
Sutradara : Mike Brett dan Steve Jamison
Produser : Kristian Bodie, Mike Brett dan Steve Jamison
Pemeran : Thomas Rongen, Jaiyah Saelua, Nicky Salapu, Rawlston Masaniai, Charlie Uhrle
Tanggal Rilis : 24 Mei 2014
Durasi : 97 menit
Bahasa : Inggris

***

Tulisan ini sebelumnya pernah tayang di kolom About The Game Detik.com. Tulisan oleh: Abrar Firdiansyah

Komentar