Roma Bangkit dari Reruntuhan

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Roma Bangkit dari Reruntuhan

Edin Dzeko menorehkan namanya dalam buku sejarah sebagai pemain pertama AS Roma yang mampu mencetak lima gol dalam satu musim Liga Champions UEFA saat mencetak gol tunggal kesebelasannya di Camp Nou, pada pertandingan leg pertama Liga Champions 2017/18, Rabu (4/5) pekan lalu.

Gol Dzeko, yang dicetak pada menit ke-80 itu, memperkecil ketinggalan Roma menjadi 3-1. Satu gol tandang dengan defisit dua gol berarti besar: ini gol penting, Roma hanya perlu menang dua gol tanpa balas saat menjadi tuan rumah di leg kedua; dan menang dua gol tanpa balas di Stadio Olimpico, walau melawan FC Barcelona, rasanya tidak mustahil.

Kemudian Luis Suarez mengakhiri paceklik golnya, tujuh menit setelah Dzeko meninggikan harapan para pendukung Roma. Barcelona 4, Roma 1. Saat itu, gol Dzeko tampak seperti penghibur saja. Termasuk saat kebobolan oleh Dzeko di Camp Nou, sepanjang gelaran Liga Champions musim ini Barcelona hanya kebobolan tiga kali. Tiga gol tanpa balas melawan Barcelona dalam satu pertandingan? Yang benar saja!

Dzeko sendiri tampak seperti tokoh figuran jika dibandingkan para pemain FC Barcelona—kesebelasan tuan rumah begitu dominan sehingga para pemainnya mendapat begitu banyak camera time, dan dalam mood yang menyenangkan pula; para pemain Roma lebih sering tersorot saat dengan raut wajah yang... begitulah.

Tapi ternyata gol Dzeko bukan sekadar penghibur. Dzeko sendiri bukan tokoh figuran. Dan tiga gol tanpa balas melawan Barcelona bukan misi mustahil.

Enam menit pertandingan leg kedua berjalan, Dzeko mencetak gol keenamnya di Liga Champions musim ini. Menerima umpan panjang Daniele De Rossi, Dzeko hanya membutuhkan dua sentuhan untuk menempatkan bola di dalam gawang Barcelona. Tak ada perayaan berlebihan. Sang pencetak gol langsung memungut keberhasilannya sendiri, dan membawanya ke titik tengah agar permainan bisa kembali dimulai sesegera mungkin.

Selepas pertandingan, Dzeko berkata bahwa gol pertama membuat ia mulai percaya bahwa Roma bisa memutar balik keadaan.

“Tentu kami harus percaya bahkan sebelum pertandingan dimulai jika kami mau mengusahakan sesuatu,” ujarnya menambahkan. “Dan tentu kami tahu kami melawan salah satu kesebelasan terkuat. Gol pertama banyak membantu kami dan mendorong kami jauh lebih maju, dengan pendukung yang hebat di belakang kami. Kami melakukannya bersama-sama.”

Para Pencetak Gol Bunuh Diri

Daniele De Rossi dan Kostas Manolas mencetak dua gol pertama Barcelona di leg pertama. Gol bunuh diri keduanya menempatkan Blaugrana di posisi cukup nyaman. Pada leg kedua, keduanya mencetak gol lagi—kali ini ke gawang yang tepat.

De Rossi mencetak gol kedua Roma (58’) dari titik putih. Roma mendapat penalti setelah wasit utama Clement Turpin, atas pengamatan asisten wasit, menyatakan Gerard Pique melanggar Edin Dzeko di dalam kotak penalti Barcelona. Dzeko sendiri yang memberikan bola kepada De Rossi, sambil mengecup pipi sang kapten, dan De Rossi menjalankan tugasnya dengan baik.

Seperti pasca gol pertama, tak ada perayaan berlebihan. De Rossi langsung memungut bola. Pertandingan langsung dimulai kembali.

Gol Manolas sendiri tidak tercipta hingga pertandingan memasuki sepuluh menit terakhir, pada menit ke-82 tepatnya, namun inilah yang membuat klimaks pertandingan menjadi begitu luar biasa.

Tidak seperti dua gol sebelumnya, ada perayaan penuh emosi untuk gol ini. Sewajarnya demikian, sepatutnya demikian; Roma berhasil menjalankan misi mustahil mencetak tiga gol ke gawang Barcelona. Roma, kata komentator pertandingan, has risen from their ruins.

Para Pembalik Defisit Tiga Gol

Tertinggal agregat 1-4, Roma lolos ke putaran berikutnya dengan agregat 4-4. Sepanjang sejarah Liga Champions, dua tim sebelum Roma yang berhasil memutar balik ketinggalan (minimal) tiga gol di leg pertama pada fase gugur. Yang terbaru adalah Barcelona.

Musim lalu Barcelona kalah empat gol tanpa balas dari Paris Saint-Germain pada leg pertama babak 16 besar. Saat bertindak sebagai tuan rumah, Barcelona kebobolan satu gol tambahan. Mereka membutuhkan enam gol untuk lolos… dan mereka mencetak enam gol. Kemenangan 6-1 membawa Blaugrana menyingkirkan PSG.

Tidak setiap musim yang seperti itu terjadi. Kali pertama sebuah tim memutar balik ketinggalan tiga gol terjadi pada perempat final musim 2003/04. Deportivo de La Coruna, yang bertandang ke San Siro, kalah 1-4 pada leg pertama. Deportivo, seperti Roma semalam, bisa lolos dengan kemenangan 3-0 pada leg kedua.

Belum lagi para pemain memasuki ruang ganti untuk turun minum, Deportivo sudah unggul gol tandang dalam agregat 4-4. Masing-masing gol dicetak oleh Walter Pandiani, Juan Carlos Valeron, dan Alberto Luque. Satu gol Milan di babak kedua berarti petaka, namun petaka tak pernah tiba. Malah, Deportivo mencetak satu gol tambahan lewat pemain pengganti, Fran Gonzalez. Deportivo lolos dengan agregat 5-4.

Deportivo, Barcelona, dan kali ini Roma. Ditarik jauh lagi ke belakang khusus di final, ada Liverpool (di Istanbul). Sepakbola, khususnya Liga Champions, mengajarkan kepada kita jika tidak ada yang mustahil.

Komentar