Prestasi Persibas Banyumas Tak Seemas Namanya

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Prestasi Persibas Banyumas Tak Seemas Namanya

Naskah Pesta Bola Indonesia Oleh: Alfian Eka Saputra

Kabupaten Banyumas, sebuah daerah kecil di kaki Gunung Slamet (gunung tertinggi di Jawa Tengah), diapit oleh 5 kabupaten (Cilacap, Brebes, Purbalingga, Kebumen, Banjarnegara), dan terbelah oleh Sungai Serayu. Nama Banyumas sendiri berarti banyu (air) dan mas (emas), yang oleh para pendahulu diadaptasi dari sebuah pohon mas yang hanyut di Sungai Serayu. Di sini saya tidak akan bercerita mengenai sejarah ataupun budaya Banyumasan yang ada di daerah ini, tetapi melihat Banyumas dari sisi sepakbolanya. Seperti apakah keadaan persepakbolaan didaerah yang terkenal dengan tempe mendoannya ini?

Banyumas punya klub sepakbola daerah, Persibas Banyumas. Kesebelasan ini sebelumnya bernama ISB (Ikatan Sepakbola Banyumas pada tahun 1950) yang lahir pada tahun 1986. Berbicara soal prestasi Laskar Bawor (Julukan Persibas), tidak ada yang terlalu dibanggakan, masih kalah mentereng dibanding rival mereka PSCS Cilacap yang sudah lama mencicipi Divisi Utama. Berjuang dari divisi terbawah Liga Indonesia Divisi III, lalu naik Divisi II, setelah bertahan cukup lama di Divisi I akhirnya pada tahun 2015 Persibas dengan susah payah promosi ke Divisi Utama.

Belum lagi merasakan euforia Divisi Utama, PSSI terlanjur disanksi FIFA dan liga pun bubar. Padahal tim sudah terbentuk dengan bermaterikan pemain-pemain yang membawa Persibas promosi ke Divisi Utama 2015.

Untuk mengisi kekosongan kompetisi, Persibas mendapat undangan Turnamen Bupati Cilacap Cup 2015. Hasil positif didapat Persibas yang keluar sebagai juara setelah di final mampu mengalahkan Persibangga Purbalingga dengan skor 2-0. Lumayan, sebagai ajang pemanasan sebelum dimulainya liga resmi.

Lalu pada tahun berikutnya, turnamen bertajuk Indonesia Soccer Championship B digulirkan. Di ajang ini Persibas tidak mampu berbuat banyak dan hanya mampu finis satu tingkat di atas juru kunci grup 3 Persibangga.

Setelah menunggu lama dan karena tidak ada kejelasan kapan dimulainya liga, manajemen memutuskan untuk membubarkan tim.

Setelah Sanksi FIFA dicabut, operator liga pun bergegas memulai musim kompetisi dengan format dan peraturan baru. Ini menjadi musim yang sangat berat untuk klub yang baru promosi tanpa disokong dana yang melimpah, bahkan tak satupun sponsor menempel pada jersey mereka. Namun manajemen tetap optimis Persibas setidaknya bisa paling tidak bertahan di Liga 2, karena memang akan banyak klub yang terdegradasi ke Liga 3 musim selanjutnya.

Nama-nama baru mulai didatangkan PT. Permata Satria Banyumas (badan hukum Persibas). Nasal Mustofa eks pelatih Persip Pekalongan didapuk sebagai juru taktik skuat Joko Kahiman. Pemain muda macam Irkham Zahrul dan Solikhul Islam di sektor penyerang dipercaya mampu menciptakan pundi-pundi gol untuk Persibas. Di bawah komando Andesi, mantan pemain PSCS Cilacap, yang sejatinya merupakan rival mereka didapuk menjadi kapten. Hal ini dirasa mampu memberi motivasi tersendiri kepada rekan-rekannya, terlebih untuk semua pendukung fanatik Persibas.

Fans Persibas patut berbangga dengan tim ini. Walaupun kalah tenar dibanding nama-nama besar seperti PSS Sleman, PSCS Cilacap, Persijap Jepara serta PSGC Ciamis yang tergabung dalam grup 3, Persibas tetap mampu bersaing di grup yang banyak orang bilang grup neraka. Memang Persibas hanya mampu finis di peringkat 4, namun dengan selisih 1 poin dengan Persibat Batang dan PSCS Cilacap di peringkat 2-3, hanya kalah agresivitas gol dari PSGC Ciamis di peringkat 3, Persibas sudah mampu mengacaukan peta persaingan di grup ini.

Sebenarnya Persibas bisa saja duduk di posisi runner-up jika saja tidak terjadi keputusan kontroversial Komdis PSSI yang menyatakan Persibat Batang menang WO 0-3 melawan Persijap Jepara dan masalah akumulasi kartu kuning ketika melawat ke markas Persibat. Hasil sidang yang berbeda didapat Persibas, tidak ada penambahan poin layaknya Bhayangkara FC di Liga 1 yang mendapat poin cuma-cuma, hasil keputusan tersebut tentu saja mempengaruhi klasemen akhir di Grup 3.

Tim yang memakai Stadion Satria sebagai kandangnya musim ini akan bermain di Liga 3 Putaran Nasional, bergabung dengan tim-tim yang terdegradasi dari Liga 2 musim lalu. Setelah diundi, Persibas kembali tergabung di Grup 3 bersama Persijap, PSCS, Persibangga, dan Persip. Namun sangat disayangkan, sampai saat belum kabar persiapan untuk membentuk tim.

Foto: Stadion Satria dengan background Gunung Slamet

Menurut kabar yang beredar, Persibas masih memiliki tunggakan gaji pemain musim lalu yang harus segera dilunasi. Hal itu tentu berpengaruh pada kondisi keuangan tim.

Sebagai jalan keluar tentu manajemen beserta semua stakeholder sepakbola yang ada di Kabupaten Banyumas harus duduk bersama baik itu suporter maupun pemangku kepentingan, mencari solusi masalah keuangan tim. Pemkab juga seharusnya mampu mencarikan investor untuk Persibas musim ini agar tetap terjaga asa kembali ke Liga 2. Harapan semua pendukung Persibas Banyumas tentu tim ini dapat mengukir prestasi bergengsi di musim yang akan datang.

Menempa Persibas layaknya emas membutuhkan proses yang panjang dan melelahkan, selalu dipoles agar muncul kilaunya. Sudah selayaknya nama “Banyumas” adalah memang benar-benar memiliki artian emas, di sini tentunya emas yang dimaksud adalah prestasi. Tapi untuk Persibas, sekarang mungkin bukan saatnya untuk memiliki kilauan tersebut.

Foto: kiriman penulis


Penulis merupakan mahasiswa yang mendukung West Ham United, selain tentunya Persibas. Dapat dihubungi di akun Instagram @alfiannns. Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing, dalam rangka Pesta Bola Indonesia 2018. Isi dan opini tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.

Komentar