Matic dan McTominay Membuat Man United Menguasai Lini Tengah

Analisis

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Matic dan McTominay Membuat Man United Menguasai Lini Tengah

Meski sempat tertinggal lewat gol dari Willian, Manchester United berhasil mengalahkan Chelsea dengan skor 2-1 di Old Trafford pada pertandingan semalam (25/02). Dua gol United dicetak oleh Romelu Lukaku dan Jesse Lingard.

Jose Mourinho mengotak-atik lini tengah United. Setelah selalu mencadangkan Paul Pogba, ia memainkan pemain asal Prancis itu di barisan tiga gelandangnya. Andaikan formasi menyelesaikan segalanya, maka formasi 4-3-3 United melawan Chelsea adalah solusinya.

Pada pertandingan tersebut, secara teori, tiga gelandang United diisi oleh Nemanja Matic, Scott McTominay, dan Pogba. Namun pada kenyataannya di atas lapangan jika kita melihat rata-rata posisi mereka ketika menguasai bola, United bermain seperti formasi 4-2-2-2: Matic (kiri) dan McTominay (kanan) berduet sebagai gelandang bertahan, Pogba (kiri) dan Alexis Sanchez (kanan) sebagai gelandang menyerang, dan Antony Martial (kiri) dan Lukaku (kanan) sebagai duet penyerang.

Cara Mourinho Menguasai Lini Tengah Chelsea

Pemain United yang paling banyak menguasai bola adalah Matic dengan 95 sentuhan. Diikuti Pogba dengan 91 sentuhan. Hal ini menandakan ada jembatan yang menghubungkan lini tengah antara gelandang bertahan dengan gelandang serang United.

Meski United hanya menguasai 45% possession, mereka berhasil menguasai lini tengah. Hal ini banyak terbantu oleh peran Matic dan McTominay. Chelsea sendiri lebih banyak menguasai bola di daerah depan (Willian, 91 sentuhan) dan belakang (Andreas Christensen, 82 sentuhan), tapi tidak lini tengahnya.

Di lini tengah, Chelsea banyak bertarung, tentunya dengan mengandalkan N`Golo Kante. Sayangnya, rencana Antonio Conte tak berhasil karena Kante dkk kalah duel dengan Matic, McTominay, dan para bek tengah United yang sesekali menaikkan garis pertahanan. Matic mencatatkan empat intersepsi, Christopher Smalling lima (terbaik), dan Victor Lindelof tiga. Smalling juga bahkan mencatatkan 6 tekel sukses (terbaik).

Pemain muda Man United, McTominay, menjadi sorotan pada laga tersebut. Sama seperti Ander Herrera musim lalu ketika melawan The Blues, McTominay diberi tugas mematikan Hazard yang pada akhirnya masih bisa mencatatkan empat operan kunci (terbaik). Dalam menjalani tugasnya, McTominay banyak terbantu oleh Matic. Meski begitu, ia sempat melakukan kesalahan ketika gagal menjaga pergerakan Willian ketika United kebobolan.

Serangan balik yang menghasilkan gol Willian tersebut juga menyoroti kelemahan koordinasi pertahanan United. Lini pertahanan United terpancing oleh pergerakan Eden Hazard yang melebar ke kanan (kiri pertahanan United). Pergerakannya ini membuka celah di tengah yang dimanfaatkan oleh Willian untuk masuk dari belakang, tanpa di-track-back oleh McTominay.

Posisi Luis Antonio Valencia yang terlalu dalam (padahal ia sudah secara cepat turun mengantisipasi serangan balik) juga malah membuat Willian berada di posisi tidak offside. Akan tetapi selain kejadian itu, McTominay sudah bermain dengan baik.

"Ia adalah pemain yang fantastis," kata Mourinho, mengomentari McTominay setelah pertandingan. "Ia adalah pemain tengah modern yang bisa melakukan segalanya. Satu-satunya yang tak ia lakukan adalah mencetak gol, yang mana sebenarnya ia bisa, tapi tak bisa karena tugas yang aku berikan kepadanya [sebagai gelandang bertahan]."

Selain Matic dan McTominay, rencana Mourinho untuk menguasai lini tengah juga tercermin dari pergantian pemain yang ia lakukan. Ia menganti Martial (pencetak asis pada gol pertama) dengan Lingard. Lingard selanjutnya mencetak gol kemenangan United di menit ke-75.

Sepanjang musim ini, United berhasil mencetak 10 gol dari pemain pengganti mereka. Angka itu adalah yang terbanyak dari seluruh kesebelasan di Liga Primer Inggris. Itu juga artinya, Mourinho jitu dalam melakukan pergantian pemain.

Man United Masih Kebingungan Ketika Menyerang

Namun, apakah "skema 4-3-3 jelmaan 4-2-2-2" ini berjalan mulus bagi United? Secara umum tidak juga. Meski hasil pertandingan mencerminkan sebaliknya, United masih selalu terlihat kebingungan ketika bola mencapai sekitar area kotak penalti Chelsea.

United juga terlihat tak seimbang dengan kecenderungan menyerang dari sisi kiri. Salah satu pemain tengah yang banyak terlibat adalah Pogba dengan 82 sentuhan dari total 91, ia lakukan di sisi kiri. Bermain di "posisi idealnya" tak otomatis membuat Pogba bisa memberikan dampak.

Mourinho pasti sadar, memainkan para pemainnya di posisi terbaik tak lantas membuat United bermain baik. Pogba bermain sebagai gelandang pengatur serangan, Alexis di belakang penyerang, serta Matic dan McTominay bertarung di lini tengah. Harus ada sistem penyerangan yang jelas bagi para pemain Setan Merah. Itu belum terlihat pada pertandingan melawan Chelsea.

Jika ada satu momen yang membuat permainan United lebih hidup, momen tersebut ironisnya adalah gol Willian. Kebobolan membuat United mengubah sedikit tempo permainan mereka. Ketika tertinggal seperti ini, United justru bisa tampil lebih "menghibur" (relatif). Tak butuh waktu lama, kombinasi segitiga Alexis, Martial, dan Lukaku berhasil menembus pertahanan Chelsea pada menit ke-39.

Gol Lukaku ini adalah gol pertamanya ke kesebelasan top-eight di musim ini.

Jika kita melihat permainan Setan Merah dari menit pertama sampai mereka kebobolan oleh Willian, kita tak akan menyangka pengorganisasian penyerangan United akan menghasilkan gol semacam ini. Pertahanan Chelsea yang padat ternyata bisa ditembus oleh umpan-umpan pendek dari United.

Padahal sebelumnya United lebih banyak melepaskan umpan silang. Sebanyak 10 dari 18 umpan silang United dicatatkan sebelum Willian mencetak gol.

***

Pertemuan Man United dan Chelsea selalu menarik secara taktikal. Sayangnya, hal tersebut tak terlalu terlihat pada pertandingan ini, kemungkinan karena kelelahan setelah bermain di Liga Champions UEFA pada tengah pekan sebelumnya. Pada pertandingan ini juga United dan Chelsea sempat kehilangan fokus.

United kebobolan karena kehilangan fokus saat Chelsea melakukan serangan balik. Kemudian Chelsea kehilangan fokus di babak kedua pada momen gol Lingard di mana tak ada yang menjaga pergerakannya (seharusnya Christensen).

"Kami harusnya lebih klinis, tapi kami malah bermain lebih terbuka, dan lawan menghukum kami," kata Conte setelah laga.

Dari kubu United, Mourinho seperti menemukan energi baru dengan duet Matic dan McTominay. Kita bisa melihat United menguasai lini tengah melalui kombinasi dua pemain ini. Namun, menguasai lini tengah tak otomatis bisa memenangkan pertandingan.

Pada beberapa pertandingan ke belakang, termasuk melawan Chelsea ini, masalah yang masih tersoroti dari permainan United adalah bagaimana mereka bisa membawa bola sampai ke lini depan, tapi kemudian mereka kebingungan ingin melakukan apa dengan bola tersebut. Mereka seperti tak memiliki sistem penyerangan yang jelas dengan peran-peran yang juga jelas untuk setiap pemainnya.

Beruntung pada pertandingan ini, Lukaku, Martial, dan Lingard bisa memberikan solusi dengan kemampuan individual mereka. Lukaku mencetak satu gol dan satu asis, Martial mencatatkan satu asis, sementara Lingard – melalui pergerakan ajaibnya – berhasil mencari ruang untuk menyambut umpan silang Lukaku.

Wakanda Forever!

Komentar