Juventus Kalah di Lini Tengah

Analisis

by redaksi

Juventus Kalah di Lini Tengah

Juventus mengawali laga leg pertama babak 16 besar Liga Champions 2017/2018 menghadapi Tottenham Hotspur dengan meyakinkan. Belum 10 menit berjalan, dua gol sudah dicetak. Namun penampilan Juventus pada laga yang digelar Rabu (14/2) dini hari WIB tersebut menurun seiring berjalannya waktu hingga akhirnya harus puas dengan skor 2-2.

Skor 2-2 jelas merugikan Juve. Dua gol yang dicetak Spurs tersebut akan menjadi modal penting skuat asuhan The Lily Whites dalam menghadapi leg kedua di kandang Spurs. Praktis Juventus harus bisa menang di leg kedua nanti atau menahan imbang 3-3, atau setidaknya kembali bermain 2-2 untuk bermain hingga perpanjangan waktu dan adu penalti.

Skor 2-2 pun menjadi merugikan karena sebenarnya Juve punya kesempatan untuk mencetak banyak gol pada laga ini. Namun berkat penampilan yang menurun sejak pertengahan babak pertama, kesempatan untuk menang mulai tak terlihat, di mana Spurs seolah tinggal menunggu waktu untuk mencetak gol. Semua itu terjadi karena Juve mempersulit diri sendiri.

Juve tampil menyengat dengan pressing dan serangan cepat ke jantung pertahanan Spurs. Hal itu mengingatkan situasi di mana Spurs langsung tertinggal lebih dulu saat menghadapi Liverpool. Liverpool ketika itu menekan Spurs habis-habis dengan pressing pada pemain belakang Spurs yang hendak membangun serangan (build up attack).

Juve pun melakukan hal yang sama. Tekanan diberikan pada lini pertahanan Spurs yang memainkan kuartet Ben Davies-Jan Vertonghen-Davinson Sanchez-Serge Aurier di awal-awal laga. Serangan-serangan yang lebih direct mengandalkan kedua sisi pun membuat skuat asuhan Mauricio Pochettino tersebut kewalahan.

Kepanikan kerap terjadi di lini belakang Spurs, bahkan pada babak pertama menghasilkan gol cepat melalui skema tendangan bebas Miralem Pjanic-Higuain dan terjadinya dua penalti (hanya satu yang gol). Pada penalti pertama Davies melanggar Federico Bernardeschi karena tak siap mengamankan bola, sapuannya justru mengenai kaki Bernardeschi. Penalti kedua cukup terlihat Aurier kerepotan menghadapi kecepatan Douglas Costa hingga akhirnya tekel yang ia lancarkan di kotak penalti berujung pelanggaran. Kedua full-back Spurs menjadi penyebab penalti untuk Juventus, keduanya pun menjalani laga ini dengan penuh kewaspadaan karena mendapatkan kartu kuning.

Juventus memang hanya mengendalikan pertandingan pada 10 menit pertama saja, di mana mereka menguasai 66% penguasaan bola. Tapi setelah unggul 2-0, tampaknya pelatih mereka, Massimilliano Allegri, menginstruksikan untuk mengendurkan tekanan. Setelah unggul dua gol tekanan hanya diberikan setelah para pemain Spurs mendekati kotak penalti Juve.

Situasi itu dibarengi dengan adanya perubahan gaya bermain di lini depan Spurs. Harry Kane yang tak terlihat di awal-awal laga mulai bisa melepaskan penjagaan dari Medhi Benatia dan Giorgio Chiellini. Dari 18 sentuhan bola pada babak pertama, Kane melakukan 12 sentuhan jauh dari kotak penalti Juventus. Bahkan Kane sering terlihat bermain agak melebar, dibarengi dengan Dele Alli yang lebih mendekati kotak penalti.

Perubahan itu membuat lini serang Spurs menjadi lebih cair. Tidak hanya Alli-Kane, Erik Lamela dan Christian Eriksen pun mulai dibebaskan bergerak, tidak hanya menempati posisinya masing-masing. Alhasil, seperti pada gol pertama Spurs yang diciptakan Kane, lini pertahanan Juventus cukup kebingungan melakukan penjagaan pemain; Chiellini naik menjaga Eriksen, Alex Sandro mengisi pos Chiellini, sementara Benatia kebingungan harus menjaga Alli atau Kane. Alli lantas memberikan umpan daerah yang menciptakan situasi satu lawan satu antara Kane dengan kiper Juventus, Gianluigi Buffon.

Ketika serangan pada lini pertahanan Juve mulai bertubi-tubi, sebenarnya Juve mendapatkan dua peluang emas. Pertama melalui serangan balik, kedua melalui penalti jelang babak pertama berakhir. Tapi dua peluang yang dieksekusi Higuain tersebut tersia-siakan. Tendangan kaki kiri Higuain menyamping padahal dalam situasi cukup menguntungkan, sementara tendangan penaltinya membentur mistar gawang.

Juventus Kalah di Lini Tengah

Salah satu faktor lain yang membuat Juventus gagal mempertahankan keunggulan mereka adalah mereka kalah di lini tengah. Lini tengah Juventus, yang diisi Miralem Pjanic, Sami Khedira dan Douglas Costa, gagal menutup jalur serangan Spurs yang mengandalkan Mousa Dembele dan Christian Eriksen.

Kredit khusus memang layak diberikan pada Dembele dan Eriksen. Dembele yang bermain sebagai salah satu double pivot Spurs bersama Eric Dier, membuat penguasaan bola Spurs bisa menciptakan peluang-peluang berbahaya. Gelandang asal Belgia ini menjadi pemain dengan operan terbanyak, yakni 100 kali. Tingkat akurasinya pun mencapai 95%. Dua kali Dembele menciptakan umpan kunci. Tapi berkat delapan dribel berhasilnya (terbanyak pada laga ini, Spurs mencatatkan 21 dribel), ia berhasil memecah pertahanan Juve di lini tengah.

Sementara itu Eriksen menjadi pemain dengan operan terbanyak kedua pada laga ini (83 operan). Akurasinya pun mencapai 90%. Dua umpan kunci ia ciptakan. Gol tendangan bebas yang diciptakannya pun seolah menjadi penyempurna penampilan impresifnya pada laga yang digelar di Allianz Stadium tersebut.

Allegri sendiri menyadari bahwa lini tengahnya terlalu mudah untuk dieksploitasi Spurs. Ia pun sempat berusaha memperbaikinya dengan memasukkan dua pemain berposisi gelandang tengah, yakni Rodrigo Bentancur dan Stefano Sturaro, menggantikan Sami Khedira dan Mario Mandzukic pada menit 66 dan 76.

Di lain pihak, Pochettino tampak cukup puas dengan permainan anak asuhnya, plus skor 2-2. Pergantian pemain baru ia lakukan di 10 menit terakhir jelang laga berakhir. Salah satu pergantian bahkan dilakukan pada injury time untuk mengulur waktu.

Komentar