Satu Pemain, Empat Timnas

Backpass

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Satu Pemain, Empat Timnas

Tim nasional sepakbola Uni Soviet pernah berjaya. Gelar juara Piala Eropa 1960 dan dua medali emas Olimpiade 1956 dan 1988 adalah buktinya. Belum lagi keberhasilan mencapai final Piala Eropa 1964, 1972, dan 1988 serta semifinal Piala Dunia 1966. Namun pecahnya Uni Soviet memaksa tim nasional sepakbola mereka pecah pula.

Situasi ini memaksa Akhrik Tsveiba mengenakan tiga seragam berbeda sepanjang kariernya sebagai pemain tim nasional. Saat menjalani debut sebagai pemain timnas Rusia pada 7 Februari 1997, Tsveiba berstatus pemain berpengalaman.

Sebelum Uni Soviet bubar, Tsveiba merupakan pemain tim nasional negara tersebut. Ia mulai dipanggil Soviet pada 1990 ketika berkarir di Dynamo Kyiv. Pemanggilan kepada Tsveiba membuatnya diikutsertakan ke dalam skuat untuk berlaga di Piala Dunia 1990 di Italia.

"Tsveiba adalah bek kokoh yang melakukan debutnya di skuat Uni Soviet pada akhir tahun 1990 dan menjadi pemain reguler sepanjang 1991, menjalani 17 penampilan dan bahkan mencetak satu gol," tulis Stijn seperti dikutip dari The Guardian.

Langkah Soviet sendiri cuma berakhir sampai fase grup Piala Dunia 1990. Mereka, toh, melangkah mulus di kualifikasi Piala Eropa 1992 dan lolos ke Swedia. Namun sebelum kompetisi berlangsung, Uni Soviet bubar sehingga bubar pula tim nasionalnya.

Di Swedia 1992, Uni Soviet ambil bagian sebagai pecahan dengan nama Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS). Disebut demikian karena CIS sendiri adalah tim nasional masa transisi dan berada di bawah naungan Federasi Sepakbola Uni Soviet.

Tsveiba, yang memainkan peran penting dalam lolosnya Uni Soviet ke Piala Eropa 1992, tampil membela CIS bersama pemain-pemain dari Belarusia, Georgia, dan Ukraina. Pada dasarnya, CIS adalah bekas Uni Soviet tanpa negara-negara Baltik (Estonia, Latvia, dan Lithuania). Sepanjang 1992, CIS memainkan sepuluh pertandingan dan dibubarkan setelah Piala Eropa. Dalam sepuluh pertandingan tersebut, Tsveiba tampil tujuh kali. Ia pula yang mencetak gol pertama CIS.

Setelah CIS resmi bubar pasca Piala Eropa 1992, Tsveiba memperkuat Ukraina dalam pertandingan uji tanding dalam tahun yang sama. Tsveiba menerima panggilan tim nasional Ukraina saat ia membela Dynamo Kyiv, klub Ukraina. Suplaian pemain antar negara Eropa itu diizinkan FIFA karena mengingat konflik yang terjadi saat itu.

Sebelum Kyiv, Tsveiba pernah membela Dinamo Sokhumi (Georgia), SKA-Energia (Rusia), dan Dinamo Tbilisi (Georgia). Pasca Kyiv, Tsveiba memperkuat KAMAZ Naberezhnye Chelny pada 1993. Namun Tsveiba pergi mencari tantangan baru ke Asia dan meninggalkan segala konflik dan krisis yang masih terjadi di Rusia meskipun Rusia sudah membentuk federasi negara baru pasca pecahnya Soviet.

Tsveiba membela Gamba Osaka (Jepang) pada 1994 hingga 1997. Ia kemudian pulang ke Rusia untuk membela Alania (sekarang Spartak Vladikavkaz). Pada 1998, ia kembali ke Asia. Kali ini ke Tiongkok, membela Vanguard Huandao (sekarang Chongqing Dangdai Lifan) selama setahun. Setelahnya Tsveiba membela Uralan Elista, Dinamo Moskow, dan FK Ryazan (semuanya klub Rusia).

"Pada akhir musim panas 1992," masih tulis Stijn, "Tsveiba tampil satu kali saja untuk Ukraina. Berikutnya adalah lima tahun tanpa tim nasional, sementara Tsveiba menjalani karier klubnya di Tiongkok dan Jepang. Ia akhirnya pulang pada 1997 dan bermain delapan kali lagi, kali ini untuk Rusia. Di bawah aturan FIFA saat itu, saya yakin Tsveiba boleh bermain untuk Georgia pula. Sayang ia tidak pernah [tampil untuk Georgia]."

Tsveiba sendiri lahir di Georgia. Karena itulah ia memulai kariernya di Sokhumi. Hingga akhirnya benar-benar pensiun pada 2005, tak pernah Tsveiba tampil untuk negara kelahirannya. Setelah pensiun, Tsveiba sempat menjabat pelatih pembinaan di klub Moskow bernama Torpedo-Metallurg. Saat ini ia bekerja sebagai Kepala Pengembangan Bakat di Dinamo Moskow.

Komentar