Gegenpressing Jadi Kunci Liverpool Hentikan Laju Man City

Analisis

by redaksi

Gegenpressing Jadi Kunci Liverpool Hentikan Laju Man City

Manchester City menelan kekalahan pertama mereka di Liga Primer Inggris musim 2017/2018 ini. Adalah Liverpool yang catatan tak terkalahkan City musim ini terhenti di 22 pertandingan saja. Pada pekan ke-23 yang digelar pada Minggu (15/1), Liverpool mengandaskan City dengan skor 4-3.

Skor imbang 1-1 menjadi skor saat turun minum. Namun pada babak kedua, Liverpool tampil lebih beringas. Roberto Firmino, Sadio Mane dan Mohamed Salah melengkapi gol Alex Oxlade-Chamberlain yang tercipta di babak pertama. City sempat bereaksi, tapi hanya mampu mencetak dua gol melalui Bernardo Silva dan Ilkay Guendogan.

Keberhasilan Liverpool mencetak empat gol ke gawang City menjadi sorotan pada laga ini. Tiga gol di babak kedua yang mereka ciptakan tak lepas dari gegenpressing yang selama ini menjadi ciri khas skuat asuhan Juergen Klopp tersebut.

Sejak awal pertandingan Liverpool tak gentar menghadapi City yang berusaha menguasai jalannya pertandingan. Liverpool terus menaikkan garis pertahanan mereka untuk menyempurnakan gegenpressing. Padahal secara teori, memainkan skema ini menghadapi City berarti memberikan celah di antara garis pertahanan terakhir yang naik hampir ke setengah lapangan dengan penjaga gawang.

City berusaha betul memanfaatkan situasi-situasi di atas. Bola lebih sering dikembalikan pada penjaga gawang mereka, Ederson Moraes, untuk memancing para pemain Liverpool meninggalkan area pertahanan mereka. Namun hanya pada babak pertama berhasil, babak kedua skema ini terpatahkan dengan baik oleh Liverpool.

Teori tinggallah teori. Pada praktiknya, Liverpool justru lebih nyaman menghadapi City yang banyak bermain di area pertahanannya sendiri untuk mengawali serangan. Hal itu memudahkan mereka mendekati gawang ketika gegenpressing berhasil merebut penguasaan bola anak asuh Pep Guardiola tersebut.

Pada musim ini, Liverpool merupakan kesebelasan dengan tingkat keberhasilan tertinggi dalam merebut bola di area tengah lapangan dengan 628 kali (catatan sebelum laga melawan City). Jumlah tersebut mengungguli Southampton di urutan kedua (586 kali) dan Man City di urutan ketiga (580 kali). Di sepertiga akhir pertahanan lawan Liverpool mencatatkan 96 kali keberhasilan merebut bola, terbanyak kedua setelah City yang mengoleksi 121 kali.

Pada laga Liverpool-City, City tak diberikan kesempatan untuk menekan dan mematahkan serangan Liverpool di tengah lapangan ataupun di sepertiga pertahanan Liverpool. Bola lebih sering berada di lini pertahanan City karena City begitu berusaha membangun serangan dari belakang.

Itulah yang terjadi pada gol Firmino, Mane dan Salah. Sebelum ketiga gol itu terjadi, Liverpool berhasil menguasai bola setelah menggagalkan build-up City di area pertahanan City sendiri. Bahkan pada gol Salah, pressing Liverpool berhasil membuat Ederson keluar dari sarangnya dan melakukan kesalahan sapuan, yang dimanfaatkan dengan baik oleh Salah.

Pada laga ini, Liverpool melakukan 52 tekel dengan 32 di antaranya berhasil (City 42 tekel, 24 berhasil). Sementara itu jumlah intersep Liverpool mencapai 20 kali ketika City hanya 9 kali saja memotong serangan Liverpool. Emre Can menjadi "pahlawan tanpa tanda jasa" dengan mencatatkan enam tekel berhasil dari delapan upaya tekel dan dua intersep (setelah Can diganti Liverpool kebobolan dua gol). Belum lagi Andrew Robertson yang berhasil mematikan Raheem Sterling, dengan mencatatkan 7 tekel berhasil (dari 9 percobaan) dan 7 sapuan.

Selama ini, kesebelasan-kesebelasan yang menghadapi City cenderung memainkan garis pertahanan rendah dengan mengandalkan serangan balik yang berawal dari area pertahanan sendiri. Bahkan beberapa kesebelasan lebih mengincar hasil imbang dengan berusaha menempatkan setiap pemainnya di sekitaran kotak penalti untuk meminimalisasi celah yang ada.

Ternyata dengan gegenpressing lini pertahanan City yang memainkan duet Nicolas Otamendi-John Stones di jantung pertahanan serta cederanya Fabian Delph di babak awal membuat mereka canggung menghadapi tekanan Firmino, Mane atau Salah sehingga aliran serangan tersendat dan terputus di tengah. Karena tekanan ini City sempat tak mencatatkan tembakan sekalipun pada periode menit 50 hingga 80.

Perubahan City baru terlihat ketika Sterling ditarik keluar digantikan oleh Bernardo Silva. Gelandang asal Portugal tersebut masuk pada menit ke-72. Selama bermain, Sterling memang mendapatkan tekanan tambahan dari pendukung Liverpool. Setiap ia menguasai bola, ia selalu mendapatkan teriakan `boo` dari pendukung Liverpool yang memenuhi stadion Anfield.

Lini pertahanan Liverpool sendiri kecolongan dengan satu kecenderungan yang sebenarnya cukup menonjol, yaitu lemahnya sisi kanan. Joe Gomez, yang bermain pada pos bek kanan, menjadi sumber terciptanya ketiga gol City. Selain Sane yang berhasil mengecohnya, dua gol City lain tercipta melalui umpan silang dari area bermain Gomez di sisi kanan.

Secara tidak langsung hal tersebut kembali menunjukkan bahwa Liverpool masih punya bahaya laten di lini pertahanan, khususnya di menit-menit akhir. Walau begitu Liverpool masih punya Virgil van Dijk, bek yang baru dibeli dari Southampton, yang tidak bermain pada laga ini karena cedera. Walau demikian, gegenpressing Liverpool terbukti belum habis dan justru membuat City kesulitan hampir di sepanjang laga.

Atas kemenangan ini Liverpool merangsek ke posisi tiga klasemen sementara dengan 47 poin, menyusul Chelsea dan menyamai poin Manchester United di posisi kedua. Walau begitu United belum menjalani pertandingan ke-23 saat artikel ini ditulis.

Komentar