PSMS Medan Berjaya di Perserikatan, Melempem di Liga Indonesia

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

PSMS Medan Berjaya di Perserikatan, Melempem di Liga Indonesia

PSMS Medan telah memastikan diri tampil di Liga 1 Indonesia pada musim depan. Kurang lebih lima tahun lamanya klub berjuluk Ayam Kinantan itu absen meramaikan persaingan di kompetisi teratas Indonesia, setelah di ajang Liga Super Indonesia (LSI) musim 2011/2012 PSMS harus merasakan getir jeratan degradasi.

Kembalinya PSMS ke Liga 1 diprediksi membuat kompetisi teratas Indonesia pada musim depan semakin semarak. Maklum, PSMS tercatat sebagai salah satu kesebelasan legendaris di pentas sepakbola nasional, karena sejarah dan prestasi yang pernah ditorehkan, khususnya pada era Perserikatan dulu.

Medio pertengahan 1960 hingga awal 1990-an bisa dibilang sebagai era keemasan PSMS. Pada tahun 1967, untuk kali pertama Ayam Kinantan berhasil menjurai kompetisi nasional setelah mengalahkan Persebaya Surabaya di partai final. Gelar kedua PSMS di Kompetisi Perserikatan diraih pada musim 1969/1970, lagi-lagi Bajul Ijo menjadi kesebelasan yang dikalahkan Ayam Kinantan di laga puncak.

Keberhasilan PSMS meraih gelar juara di musim 1969/1970 membuat mereka berhak tampil di ajang Liga Champions Asia di musim berikutnya. Pencapaian Ayam Kinantan di kompetisi elit antar klub Asia itu terhenti di babak semifinal usai dikalahkan Taj Club dua gol tanpa balas.

Tampil gemilang di kompetisi musim 1967 dan 1969 tak menjamin kegemilangan kiprah PSMS di musim-musim berikutnya. Selama delapan tahun mereka mengalami paceklik gelar. Pada tahun 1975 mereka tercatat menjuarai kompetisi. Namun saat itu PSMS harus berbagi gelar bersama Persija Jakarta.

PSMS dan Persija harus berbagi gelar setelah pertandingan final Kompetisi Perserikatan 1975 dihentikan karena kericuhan antar pemain saat laga baru memasuki menit 40. Melihat situasi yang tak lagi memungkinkan untuk pertandingan berlanjut, Mahdi Talib, wasit yang memimpin laga tersebut memutuskan untuk menghentikan pertandingan saat kedudukan 1-1. Melalui Surat Keputusan No. 95 tahun 1975, PSSI memutuskan Persija dan PSMS sebagai juara bersama di kompetisi musim tersebut.

Pada tahun 1983, puasa gelar yang dialami PSMS berakhir setelah mengandaskan Persib Bandung di partai puncak melalui drama adu penalti dengan skor 3-2 (0-0). Dua tahun kemudian, PSMS kembali juara dengan mengandaskan Persib juga melalui babak adu penalti, 2-1 (2-2). Pertandingan final Perserikatan tahun 1985 diselenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) dan disaksikan 150 ribu penonton. Dalam catatan AFC, jumlah penonton di laga tersebut merupakan yang terbanyak dalam pertandingan sepakbola amatir dunia.

Minim Prestasi di Era Liga Indonesia

Gelar juara Kompetisi Perserikatan musim 1985 tercatat sebagai gelar terakhir yang diraih PSMS di kompetisi teratas sepakbola Indonesia. Musim 1991/1992, PSMS hampir saja mengakhiri puasa gelar mereka, tapi ambisi tersebut harus dikubur dalam-dalam setelah Ayam Kinantan tumbang dari PSM Ujung Pandang (PSM Makassar) di laga final. Kekalahan dari PSM seakan menjadi penanda berakhir era keemasan PSMS di kancah sepakbola nasional.

Setelah meleburnya tim-tim Perserikatan dan Galatama ke dalam satu kompetisi bertajuk Liga Indonesia pada pada tahun 1994, prestasi PSMS semakin terlihat menunjukkan penurunan performa yang signifikan. Dalam tiga musim penyelenggaraan Liga Indonesia, PSMS harus puas mengakhiri kompetisi di papan tengah.

Secara keseluruhan prestasi PSMS di Liga Indonesia terbilang fluktuatif, bahkan pada Liga Indonesia 2002, PSMS terdegradasi ke Divisi satu. Pencapaian tertinggi Ayam Kinantan di pentas Liga Indonesia adalah runner-up pada tahun 2007 silam. Bisa dibilang, pada kompetisi musim 2007, PSMS merasakan kembali era emas mereka yang lama padam.

Komposisi pemain PSMS Medan 2007. Sumber: Istimewa

Pada saat itu, PSMS bisa dibilang memiliki komposisi pemain yang ideal untuk menjuarai kompetisi musim 2007. Bintang-bintang lokal seperti Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Supardi Nasir, Legimin Raharjo, hingga Markus Horison menjadi tumpuan utama Ayam Kinantan di berbagai lini. Kehadiran mereka semakin diperkuat dengan kehadiran pemain-pemain asing berkualitas seperti Gustavo Chena hingga James Koko Lomell yang tampil apik mengonsolidasi kekuatan di lini tengah dan depan.

Laju PSMS di kompetisi tersebut terbilang mulus sejak fase penyisihan, duduk di posisi tiga klasemen akhir wilayah barat PSMS memastikan tampil di babak delapan besar. Tergabung di Gup A bersama Sriwijaya FC, Arema Malang, dan Persiwa Wamena, PSMS tampak cukup kesulitan untuk bisa menembus ke babak semifinal. Dari tiga pertandingan Ayam Kinantan menuai hasil satu menang, satu imbang, dan satu kalah.

Beruntung, total empat poin yang didapat membawa PSMS duduk di posisi dua klasemen Grup A delapan besar. Jumlah poin tersebut sebenarnya sama dengan Arema Malang, namun karena PSMS memiliki keunggulan dalam selisih gol, mereka pun berhak melaju ke babak semifinal mendampingi Sriwijaya FC yang lolos dengan predikat juara grup dengan meraup total lima poin selama babak delapan besar.

Di semifinal PSMS menghadapi lawan tangguh Persipura Jayapura. Laga berlangsung ketat, waktu 120 menit pertandingan berakhir tanpa gol. Tapi PSMS keluar sebagai pemenang dengan kemenangan 5-4 lewat adu penalti.

Melenggang ke babak final, PSMS kembali berhadapan dengan Sriwijaya FC yang melenggang usai menaklukkan Persija Jakarta 1-0 di semifinal. Agak sulit untuk memprediksi siapa yang akan juara, mengingat pada pertemuan keduanya di babak delapan besar laga berakhir dengan skor imbang 2-2. Derby Sumatera di laga final Liga Indonesia musim 2007 itu memang berlangsung ketat, skor imbang 1-1 menjadi skor akhir di waktu normal.

Bermain selama 120 menit di semifinal tampaknya membuat stamina para PSMS terkuras, apalagi saat pertandingan melawan Sriwijaya berlanjut ke babak perpanjangan waktu. PSMS makin tak berkutik. Sriwijaya berhasil menambah dua gol di babak tersebut, yang kemudian memastikan Laskar Wong Kito sebagai juara di Liga Indonesia 2007.

***

Meski gagal meraih gelar juara di kompetisi musim 2007, namun performa PSMS kala itu bisa dibilang memesona. Hanya saja prestasi paling membanggakan Ayam Kinantan selama mentas di Liga Indonesia itu gagal dipertahankan pada musim berikutnya. Malah PSMS harus degradasi di musim 2008.

Salah satu penyebab penurunan performa PSMS yang begitu drastis di musim tersebut adalah krisis keuangan yang melanda, hingga banyak bintang mereka yang memutuskan hengkang. Persik Kediri menjadi kesebelasan yang memanfaatkan betul krisis keuangan PSMS kala itu. Klub berjuluk Macan Putih itu sukses membajak Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Legimin Raharjo, Usep Munandar, dan Markus Horison dari PSMS yang tengah kalut dilanda krisis keuangan.

Komentar