Terlalu Bergantungnya Spurs dan Denmark pada Christian Eriksen

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Terlalu Bergantungnya Spurs dan Denmark pada Christian Eriksen

Christian Eriksen berpengaruh besar pada permainan Tottenham Hotspur. Salah satu contohnya, Eriksen adalah pemain kelima paling banyak melepaskan umpan tepat sasaran di Tottenham sejauh Liga Primer Inggris 2017/2018. Ia seperti memiliki mata di pungggungnya dan permainannya mengingatkan kepada Peter Beardsley.

Umpan tepat sasaran Eriksen di Tottenham mencapai 56,8 di setiap pertandingannya. Rataan itu di bawah Jan Vertonghen (72,2), Toby Alderweireld (69,2), Eric Dier (63,9) dan Davinson Sanchez (57,2). Tapi nama-nama tersebut merupakan pemain belakang kecuali Dier yang terkadang menjadi gelandang bertahan. Sementara Eriksen sering bermain melebar ke sayap dalam beberapa kesempatan meski posisinya adalah gelandang serang.

"Saya suka ketika mendapatkan bola. Jika Anda cukup pintar, Anda tidak perlu banyak berlari. Saya akan selalu menjadi orang yang menyelinap, melewati (lawan) dengan bola, menciptakan sesuatu," ujar Eriksen seperti dikutip dari Independent.

Gelandang serang asal Denmark itu juga bukan sekadar pengumpan. Kontribusinya dalam mencetak gol juga membantu kesebelasan besutan Mauricio Pochettino tersebut. Sudah 35 gol dan 39 asis diberikan Eriksen untuk Tottenham sejak bergabung pada musim 2013/2014.

Eriksen juga menjadi ancaman bagi lawan ketika mengeksekusi tendangan bebas. Gelandang serang 25 tahun itu juga bisa melepaskan umpan akurat maupun mencetak gol melalui eksekusinya itu. Eriksen adalah pemain yang membuat tenang Tottenham ketika Harry Kane cedera.

Maka bukan tanpa alasan bahwa Eriksen terlalu berharga bagi Tottenham karena ialah yang menentukan skema permainan kesebelasannya. Sumber kreativitas dan skema permainan kesebelasan berjuluk The Lily Whites (Si Lili Putih) itu sangat bergantung kepadanya.

Tottenham beruntung memiliki Eriksen karena ia juga salah satu playmaker paling berbakat di Eropa. Sejumlah kesebelasan berkali-kali menyatakan ketertarikannya, tapi Spurs masih mengambil keputusan tepat untuk tidak menjualanya. Masih belum ada yang bisa menggantikan perannya sejauh ini karena gaya permainannya sangat cocok dengan Pochettino.

Kehilangan Eriksen begitu terasa ketika Tottenham dikalahkan West Ham United dalam Piala Liga Carabao 2017/2018. Saat itu ia tidak dimainkan dan Mark Noble, gelandang West Ham, dengan leluasa mengontrol pertandingan. Eriksen baru masuk pada menit 81 dan Tottenham langsung menemukan keseimbangan permainannya melalui beberapa peluang yang didapatkan.

Eriksen sempat melepaskan tembakan jarak jauh yang hampir menjadi gol. Selama sembilan menit itu, ia menjadi konduktor permainan Tottenham. Namun kontribusi pemain bernomor punggung 23 itu tidak bisa menolong kesebelasannya dari kekalahan dengan skor 3-2.

"Dia melangkah dengan mudah, pemuda ini mengambil alih seluruh permainan, mengatur kecepatan dan bentuk permainan. Chrsitian bisa bermain di mana saja dengan bagus," ucap Uffe Pedersen, Kepala Pencari Bakat OB yang menjadi akademi sepakbola Eriksen di Denmark.

Cepat atau lambat, suatu tawaran selangit akan tiba kepada Eriksen. Bahkan tawaran dari AC Milan, AS Roma, Barcelona, Chelsea, Manchester United dan Real Madrid sudah tiba ketika ia masih 16 tahun. Barcelona disebut-sebut masih memantau perkembangan Eriksen sampai saat ini.

Tapi Tottenham berulang kali menyatakan bahwa Eriksen tidak dijual. Pemain timnas Denmark ini sendiri memiliki kontrak sampai 2020 di Tottenham yang diperpanjang pada musim panas lalu. Tapi Tottenham wajib waspada karena Eriksen pernah mengatakan sesuatu tentang Barcelona.

"Barcelona adalah klub yang hebat. Saya tidak berpikir siapapun yang mengatakan tidak untuk Barcelona," kata pemain yang dibeli dari Ajax Amsterdam itu, seperti dikutip dari Express.

Tenaga Christian Eriksen Juga Dibutuhkan Negaranya

Selasa pada 14 November adalah malam yang spesial bagi Eriksen. Ia mencetak hat-trick sehingga Denmark mengalahkan Republik Irlandia dengan skor 5-1 dan memastikan negaranya lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia. Selain memastikan Denmark kembali ke level hebat di sepakbola Internasional, tiga golnya itu memastikannya sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia.

"Ronaldo, Messi dan beberapa penyerang bermain sebagai pemain depan. Christian [Eriksen] lebih merupakan pemain yang lebih luas atau di tengah. Dia memiliki kemampuan mencetak gol, asis, menemukan ruang. Jadi, dia adalah no. 10 (gelandang serang) terbaik," puji pelatihnya di Denmark, Age Hareide, kepada Eriksen seperti dikutip dari Sky Sports.

Tiga golnya itu sangat berarti bagi Eriksen secara pribadi serta Denmark. Membawa negaranya itu ke Piala Dunia adalah salah satu hal terbesar yang bisa dilakukan seorang pesepakbola kepada negaranya. Tentu setiap pemain ingin membawa negaranya ke Piala Dunia. Dan Eriksen adalah seseorang yang harus tetap berada di panggung itu sehingga Piala Dunia bisa melihat kebintangannya di lapangan.

"Saya belum pernah mencetak hat-trick. Saya tahu bagaimana ketegangan yang saya rasakan, setiap hari dan setiap malam. Membawa negaramu ke Piala Dunia menjelaskan banyak, untuk karier dan hidup saya. Mentalitas saya telah tumbuh. Saya berpikir lebih seperti penyerang, mencoba mendapatkan gol," ungkap Eriksen seperti dikutip dari Daily Mail

Jelas bahwa Tottenham dan Denmark sangat bergantung kepada Eriksen. Tapi rasanya ketergantungan kepadanya sedikit berlebihan sehingga permainan Eriksen mulai agak menurun di Tottenham belakangan ini. Eriksen disinyalir membutuhkan waktu istirahat.

Ketika menjelang menghadapi Leicester City di Stadion King Power, ada indikasi bahwa Eriksen bakal diistirahatkan. Tapi ia tetap dimainkan sejak menit awal meskipun terlihat kelelahan. Tottenham pun dikalahkan Leicester 2-1 dan Eriksen dinilai tampil buruk. Dua peluang emas dari percobaan tembakannya justru tidak menemui sasaran ke gawang Leicester. Kemudian beberapa pendukung Tottenham mengkritik permainan Eriksen dari laga tersebut.

Eriksen belum mencetak gol lagi setelah membawa Denmark lolos ke Piala Dunia 2018. Memaksakan Eriksen untuk terus menerus tampil sempurna menjelaskan bahwa skuat yang dimiliki Pochettino kurang dalam untuk membiarkan Eriksen istirahat. Bamidele Alli pun kerap dimainkan bersama Eriksen sehingga sama-sama kekurangan waktu istirahat.

Pochettino membutuhkan gelandang serang baru untuk melapisi Eriksen maupun Alli. Atau Erik Lamela bisa dimaksimalkan karena ketika ia pun tampil cukup baik setelah menggantikan Eriksen. Meski cuma dimainkan 13 menit di laga melawan Leicester, satu percobaan tembakan Lamela berhasil mengarah ke gawang.

Lamela juga melepaskan dua umpan kunci yang cuma kalah satu jumlah dari yang dilakukan Eriksen selama 77 menit penampilannya, dan menciptakan asis untuk gol Harry Kane. Rasanya Pochettino perlu memberikan waktu kepercayaan kepada Lamela untuk melapis Eriksen maupun Alli sebelum bursa transfer Januari 2018 dibuka.

Sumber: ESPN FC, Football London

Komentar