Konsistensi Permainan Sevilla Berhasil Gagalkan Kemenangan Liverpool

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Konsistensi Permainan Sevilla Berhasil Gagalkan Kemenangan Liverpool

Liverpool gagal memperbaiki rekor pertemuannya dengan Sevilla. Padahal mereka sudah menutup babak pertama dengan skor 3-0 pada pertandingan Grup E Liga Champions 2017/2018 di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan, Rabu (22/11).Tiga gol itu dicetak Roberto Firmino ketika pertandingan baru berjalan dua menit.

Kemudian dilanjutkan Sadio Mane pada menit 22` dan Firmino kembali mencetak gol pada menit 30`. Tapi pada akhirnya Sevilla berhasil menggagalkan kemenangan Liverpool melalui gol yang dicetak Wissam Ben Yedder pada menit 51` dan 60`. Ditambah gol yang dicetak Guido Pizarro pada menit 90+3`. Tiga gol yang dicetak Sevilla itu akhirnya membuat pertandingan selesai dengan skor 3-3.

Formasi dan Susunan Pemain

Kedua kesebelasan sama-sama menggunakan formasi 4-3-3. Tuan rumah Sevilla tidak bisa memainkan Daniel Carrico dan Nico Pareja karena cedera. Absennya dua bek tengah itu membuat pelatihnya, Eduardo Berizzo, menduetkan Clement Lenglet dan Johannes Geis di jantung pertahanan.

Di sisi lain, Liverpool tidak bisa memainkan Adam Bogdan, Adam Lallana, Joel Matip dan Nathaniel Clyne karena cedera dan belum fit. Kendati demikian, Liverpool sudah bisa kembali memainkan Sadio Mane untuk menemani Mohamed Salah dan Roberto Firmino di lini depan.

Kesempatan yang Ditemukan Liverpool dalam Proses Tendangan Sudut

Liverpool melancarkan pressing sejak pertandingan dimulai. Tekanan itu membuat Sevilla cukup kesulitan untuk mulai membangun serangan. Kesulitan Sevilla di awal pertandingan memberikan Liverpool kesempatan mendapatkan peluang untuk mencetak gol. Sampai pada akhirnya Firmino mencetak gol dari proses tendangan sudut yang dieksekusi Philippe Coutinho.

Gol melalui tendangan sudut juga menjadi proses yang dicetak Mane saat 20 menit kemudian. Prosesnya mirip dengan gol pertama yang dicetak Firmino. Pada intinya dua gol Liverpool melalui tendangan sudut itu karena menemukan ruang lain di depan tiang jauh sebelah kanan Sevilla.

Ruang itu awalnya ditemukan Firmino yang semula berada di tengah kotak penalti. Kemudian ia bergerak sedikit memutar sampai mendapatkan area bebas di depan tiang jauh sehingga berhasil menceploskan bola tanpa kawalan. Sementara Coutinho sendiri mengarahkan umpan silang ke arah tengah.

Di mana ada Giorginio Wijnaldum yang berpostur tinggi untuk memenangkan duel udara. Sebetulnya arah sundulan Wijnaldum meleset sehingga bola mengarah ke depan tiang jauh sebelah kanan Sevilla. Tapi melesetnya percobaan Wijnaldum itu bisa disempurnakan oleh ruang yang ditemukan Firmino setelah sedikit bergerak memutar ke area tersebut.

Ia bergerak tanpa kawalan karena pemain Sevilla lebih menumpuk di tengah dan terlalu fokus kepada arah bola. Kelengahan itu pun kembali dimanfaatkan ketika tendangan sudut kedua untuk Liverpool dari sisi kanan itu. Tapi kali ini giliran Mane yang berada di tengah dan bergerak memutar ke depan tiang jauh sebelah kanan Sevilla.

Sementara Firmino yang menjadi tower di tengah kotak penalti. Coutinho pun tetap mengarahkan bola ke arah tengah dan Firmino yang memenangkan duel udara sengaja mengarahkan bola ke arah tiang jauh sebelah kanan. Tidak seperti Wijnaldum yang sebelumnya tidak ada unsur kesengajaan.

Bola yang diarahkan Firmino pun menjadi gol kedua bagi Liverpool. Hal yang perlu dicatat pada proses ini adalah lemahnya duel udara para pemain Sevilla. Gol pertama tidak akan terjadi jika Nolito dan Sergio Escudero kalah duel udara dengan Wijnaldum. Padahal tinggi badan dua pemain Sevila itu hampir sama dengan Wijnaldum yaitu sekitar 175 cm.

Soal tinggi badan bisa diwajari ketika Pablo Sarabia kalah duel udara dengan Firmino pada proses gol kedua. Sarabria yang memiliki tinggi 174 cm harus kalah dengan pemain asal Brasil itu dengan tinggi 181 cm.

Cara Liverpool untuk Menstabilkan Permainannya

Liverpool melancarkan tekanan yang berbeda-beda pada laga ini. Mereka mengendorkan pressing setelah unggul 1-0 dengan merebut bola lebih sabar. Susunan formasi 4-5-1 ketika bertahan lebih diutamakan setelah kehilangan bola. Hal itu bisa terlihat karena para pemain Liverpool lebih memilih mundur ketika kehilangan bola di wilayah Sevilla dan membentuk formasi 4-5-1.

Berbeda dengan awal pertandingan yang langsung melancarkan pressing setelah kehilangan bola. Hal yang seperti itu baru dilakukan Liverpool kembali setelah unggul dua gol. Beberapa kali tekanan yang dilancarkan mereka berhasil mematahkan percobaan serangan balik yang dibangun Sevilla.

Hal itu membuat Liverpool lebih cepat mendapatkan bola dan berkesempatan masuk ke dalam sepertiga akhir pertahanan Sevilla. Jika pun pressing yang dilancarkan Liverpool menjadi pelanggaran, hal itu dimanfaatkan mereka untuk menata formasi bertahannya. Tekanan yang dilakukan Liverpool berhasil mengacaukan pola serangan Sevilla.

Membangun serangan melalui umpan pendek pun bisa diantisipasi pemain Liverpool. Apalagi kesalahannya adalah jarak antara pemain Sevilla terlalu jauh sehingga bisa diintersepsi pemain Liverpol. Umpan jarak jauh Sevilla pun sering melenceng. Hal paling efektif mereka untuk saat itu adalah mengembalikan bola ke belakang dan kembali menata serangan.

Tentu saja penataan serangan Sevilla seperti itu melibatkan para pemain belakangnya untuk berbagi bola. Maka garis pertahanan tinggi pun perlahan diperagakan Sevilla dengan menginstruksikan Lenglet dan Geis bergerak lebih naik ke tengah lapangan. Tapi hal itu menjadi bumerang bagi Escudero dkk.

Liverpool yang menerapkan pressing ketat dan agresif berhasil mencuri bola dan memanfaatkan kecepatan pemainnya untuk mengelabui garis tinggi pertahanan Sevilla. Hal itu yang dimanfaatkan Liverpool atas gol ketiganya melalui Firmino. Berawal dari Alberto Moreno yang memberikan umpan jauh kepada Mane.

Umpan jauh itu memaksa Geis beradu lari dengan Mane yang memiliki kecepatan tinggi. Mane pun memenangkan adu lari tersebut dan bola diberikan kepada Firmino sehingga menjadi keunggulan Liverpool dengan skor 3-0. Sekaligus membuat sebagian penonton Sevilla memilih keluar dari tribun stadion.

Konsistensi Tekanan Sevilla dan Celah yang Didapatkan di Sisi Lapangan

Segala perubahan terjadi setelah pergantian babak. Bizarro memasukan Lucas Vazquez untuk menggantikan Steven N`Zonzi agar lebih menyerang. Peran gelandang bertahan yang semula diperankan N`Zonzi menjadi tugas Pizarro. Sementara Vazquez membantu Ever Banega lebih menyerang.

Tapi Sevilla tetap menerapkan garis pertahanan tinggi sehingga Pizarro memiliki sedikit keleluasaan untuk membantu serangan. Geis dan Lenglet pun tetap berada di tengah lapangan. Tapi mereka lebih tenang menghadapi serangan balik karena Liverpool cenderung bermain bertahan sejak babak kedua.

Hal yang membuat Sevilla mendominasi pada babak kedua karena mereka benar-benar memanfaatkan celah Liverpool pada babak pertama. Yaitu di sisi lapangan yang sering kosong karena para pemain Liverpool lebih menumpuk pemainnya ke tengah meski menggunakan formasi 4-5-1 ketika bertahan.

Sebetulnya sisi lapangan itu sudah menjadi tujuan serangan Sevilla selama babak pertama. Tapi jarak pemain yang terlalu jauh serta terus mendapatkan pressing dari Liverpool cukup menyulitkan. Sementara pada babak kedua ini, Sevilla lebih leluasa mengeksploitasi sisi lapangan karena Liverpool lebih sabar merebut bola.

Dua full-back Liverpool pun jarang naik dan lebih memilih bertahan. Sampai pada akhirnya muncul gol pertama Sevilla melalui proses bola mati yang dieksekusi Ever Banega di sisi kanan dan menjadi gol dari sundulan Ben Yedder. Sevilla pun tetap melancarkan pressing dan membuat Alberto memberikan penalti yang berhasil dieksekusi Ben Yedder.

Sevilla pun terus mengeksploitasi lawannya dan Liverpool cuma bertahan serta mengandalkan serangan balik. Sampai pada akhirnya kesempatan kesebelasan berjuluk El Grande de Andalucía (Si Hebat dari Andalusia) itu berbuah gol Pizarro pada menit 90+3` melalui tendangan sudut.

Kesimpulan

Perubahan gaya permainan Liverpool secara drastis membuat Sevilla berhasil menguasai pertandingan dan memaksa skor berakhir imbang. Berbeda dengan Sevilla yang tetap bermain agresif memberikan tekanan sehingga Liverpool kesulitan membangun serangan kesebelasannya.

Akurasi operan Jordan Henderson pun cuma 55 persen pada laga ini. Padahal ialah yang biasanya membangun serangan awal Liverpool. Tapi pressing yang dilancarkan Sevilla membuatnya tidak bisa leluasa membangun serangan. Selain itu, kesalahan-kesalahan individual pemain belakang Liverpool menjadi penyebab kegagalan mendapatkan tiga poin.

Komentar