Harry Winks, Hadiah Terbaru Tottenham Hotspur untuk Sepakbola Inggris

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Harry Winks, Hadiah Terbaru Tottenham Hotspur untuk Sepakbola Inggris

Musik yang diputar di Stadion White Hart Lane sebelum pertandingan dimulai selalu sama. Tapi hal itulah yang paling disukai Harry Winks dalam setiap pertandingan Tottenham Hotspur sampai sekarang.

"Saya sangat menyukainya. Saya pikir itu (musik) dari Star Wars. Saya dan ayah saya, biasa berada di antara kerumunan suporter (Tottenham). Saat berada di terowongan (sebagai pemain) sekarang, ketika hendak keluar, rasanya masih sama," celoteh Winks seperti dikutip dari The Guardian.

Begitulah ungkapan perasaan dari seseorang yang telah berhasil mewujudkan impiannya. Dari Winks yang menyukai kesebelasan berjuluk The Lily Whites (Si Lili Putih) itu sejak berusia lima tahun. Ia adalah salah satu dari sekian banyak pemain yang memiliki cerita indah sekaligus menarik di Tottenham.

Ayahnya yang bernama Gary Winks adalah seorang pendukung fanatik Tottenham. Anaknya itu pertama kalinya dibawa ke pertandingan Tottenham di White Hart Lane saat berusia enam atau tujuh tahun. Pada saat itu Tottenham menghadapi Middlesbrough dan ia mendapatkan tiket dari salah seorang yang bekerja di klub tersebut.

"Saya ingat banyak orang di sana. Semua orang bernyanyi. Dan itu `wow`, saya terjebak dengan mereka. Ketika saya sekarang bermain dan mendengarkan orang banyak (di White Hart Lane), itu masih memberikan kesan yang saya alami ketika berada di usia itu," kenang Winks.

Tapi karier sepakbolanya dimulai sejak berusia lima tahun ketika mengikuti pemusatan latihan terbuka yang diadakan Ross Kemp. Pria itu juga bekerja di pusat pengembangan pemain Saint Albans dan kemudian mengundang Winks untuk berlatih di sana. Tidak lama kemudian, Winks dipindahkan ke akademi Tottenham di White Hart Lane.

Padahal akademi Arsenal dan Watford FC juga mengincarnya. "Sekitar satu jam latihan dua kali seminggu di akademi di sebuah lapangan sepakbola White Hart Lane. Saya masih ingat waktu itu membawa tas Kappa dengan semua perlengkapan di waktu saya berusia enam tahun," ujar Winks.

"Anda tahu, pada usia 10 tahun, dia (Winks) tidak bisa dipercaya. Yang membantunya adalah filosofi akademi yang memaksimalkan kemampuan setiap pemain dan salah satu pemain yang tidak Anda harapkan, justru bisa naik ke puncak. Harry Winks itu kecil, rapuh dan bukan atlet yang hebat pada saat itu," ungkap Chris Ramsey, mantan kepala departemen pembinaan pemain Tottenham, mengomentari Winks yang hanya memiliki tinggi 1,78 meter.

Kemudian Scott Parker yang merupakan idola Winks, dijadikan mentornya. Setelah latihan, mereka sering saling berkomunikasi bahkan lewa telepon untuk mendiskusikan kemajuannya. Parker pun menjadi inspirasi permainan Winks, "Harry adalah pendengar yang baik. Dia akan belajar dari siapa pun. Itulah kemampuannya," sambung Ramsey.

Ditunjuknya Mauricio Pochettino menjadi Manajer Tottenham pada Mei 2014, membuat Winks naik ke tingkat berikutnya. Saat itu bersamaan dengan penandatanganan kontrak profesional pertama Winks yang baru dipromosikan ke skuat senior bersama Joshua Onomah dari akademi Tottenham.

"Saat saya masuk, tepat di samping kantornya, dia (Pochettino) masuk, menjabat tangan saya dan berkata, saya tidak tahu apakah dia jujur atau tidak, `saya telah melihat video Anda dan saya memberi tahu John McDermott (manajer akademi Tottenham) untuk segara memanggilmu. Saya terkesima," kata Winks pada pertemuan perdananya dengan Pochettino.

Buah dari kesabaran Harry Winks

Winks memang banyak menghabiskan waktu di seputaran skuat utama sejak menandatangani kontrak profesionalnya itu. Namun siklus bermainnya tidak jelas karena ia terkadang dimasukkan ke daftar pemain dan kadang tidak. Winks cuma diturunkan satu kali yang merupakan debutnya di skuat senior Tottenham.

Momen itu terjadi ketika melawan Partizan Belgrade dalam pertandingan Liga Europa 2014/2015 pada 27 November 2014. Tapi pada saat itu ia masih sabar. Barulah pada musim berikutnya, Winks mulai merasa frustrasi karena cuma diturunkan dua kali dan itu pun sebagai pemain pengganti pada pertandingan Liga Europa 2015/2016.

Kemudian muncul kekhawatiran darinya akan menjadi pemain pinjaman kesebelasan lain. Apalagi Pochettino selalu merespon positif ketika ada pemain mudanya yang akan dipinjamkan, seperti yang terjadi dengan Onomah, Thomas Carroll, Cameron Carter-Vickers, dan pemain-pemain muda Tottenham lainnya.

Tapi untuk Winks, entah mengapa Pochettino menolak meminjamkannya ke kesebelasan lain. Padahal OGC Nice sudah melakukan tawaran untuk meminjamnya. Maka dari itulah Winks menganggap bahwa musim panas 2016 cukup dilematis baginya karena ada pikiran untuk dipinjamkan seperti pemain muda yang lain.

Di sisi lain, ia merasa iri melihat pemain-pemain muda kesebelasan lain yang bermain reguler di Liga Primer Inggris maupun kompetisi lain walau berstatus pinjaman. "Saya diberitahu bahwa saya tidak diizinkan untuk dipinjamkan. Itu merupakan hal yang baik, tapi pada saat bersamaan, saya hanya ingin bermain. Jadi apakah saya akan mencoba mendesak manajer untuk dipinjamkan atau saya harus terus bekerja keras dan mempercayainya?," ungkap Winks.

Alasan Pochettino pun mulai menemukan jawaban karena Winks lebih banyak dimainkan daripada musim 2015/2016. Walau ia hanya digunakan sebagai pemain pengganti untuk mempertahankan keunggulan. Hal yang sangat diingkannya baru terjadi ketika melawan West Ham United pada 20 November 2016.

Saat itu ia mendapatkan debut dimainkan sejak menit pertama pada ajang Liga Primer Inggris. Bahkan Winks dimainkan selama 90 menit dan menyumbangkan satu gol pada kemenangan 3-2 tersebut. Ia pun merayakan golnya dengan berlari ke arah Pochettino dan langsung memeluknya, seolah ada ikatan di antara keduanya.

Secara keseluruhan, penampilan Winks pada waktu itu cukup mengesankan. Ia memperlihatkan ketenangannya walau berada di dalam situasi tertekan oleh lawan. Winks seperti memiliki kemampuan untuk menggerakan permainan kesebelasannya. Usai pertandingan itu, ia pun dipanggil Pochettino.

Winks yang sudah memegang handuk pada waktu itu pun menunda mandinya. Di sana Pochettino bersama staf pelatih lainnya sudah menunggu sambil meminum segelas anggur. Kemudian Pochettino memuji Winks dan memeluknya seolah mengerti betapa sulitnya musim lalu baginya.

"Saya hanya berkata `terima kasih banyak atas kesempatan ini karena telah membawa saya ke tim utama`. Perayaan gol itu seperti ucapan terima kasih. karena itulah saya berlari ke arahnya setelah itu," beber Winks.

Baginya, saat itulah catatan perjalanan sepakbolanya dimulai. Sebelumnya, ia selalu sulit menembus skuat utama walau sering dilibatkan dalam setiap tur pra-musim dan berada di dalam kondisi yang prima. Total, Winks membuat 33 penampilan dari seluruh penampilan di berbagai ajang walau mayoritas dari bangku cadangan.

Penampilannya bisa lebih banyak lagi jika ia tidak tertimpa kecelakaan aneh saat melawan Burnley pada 1 April lalu. Ia tersandung kotak minuman sehingga ligamen pergelangan kakinya rusak sehingga harus menjalani operasi. Padahal Winks sedang mencoba mengambil langkah demi langkah untuk masuk ke dalam skuat utama.

"Saya cuma ingin bermain lebih banyak dari musim lalu. Saya memiliki musim terakhir yang baik dan saya benar-benar bahagia dengan diri saya sendiri. Tapi musim ini ingin lebih meningkatkan permainan dan terlibat dalam pertandingan sebanyak mungkin," tegasnya.

Tampil gemilang dalam dua pertandingan besar

Sebetulnya pada musim ini pun ia masih menjadi pelapis pemain tengah. Namun hal itu tetap membuat Gareth Southgate, manajer tim nasional Inggris, tertarik memanggilnya. Winks pun dipanggil ketika Inggris menjalani jeda internasional pada awal bulan lalu. Ia dimaksudkan untuk menggantikan posisi Fabian Delph yang mendapatkan cedera.

Padahal Winks mengungkapkan bahwa ia tidak menyangka akan diberikan kesempatan memperkuat skuat Inggris senior. Gelandang 21 tahun itu sendiri berpikir bahwa ia merasa lebih pantas masih memperkuat Inggris U21 pada kurun waktu tersebut. Sebelumnya, gelandang berusia 21 tahun ini selalu bermain reguler di timnas Inggris U17 sampai U21.

"Saya mendapatkan pesan dari manajer U21 (Aidy Boothroyd) untuk datang ke ruang ganti. Dan saya masuk ke sana dan dia mengatakan bahwa saya dipromosikan ke skuat senior. Saya kaget. Saya tidak benar-benar percaya. Lalu dia mengajakku menemui Gareth dan untungnya semua berjalan dengan lancar," paparnya.

Winks pun dimainkan ketika bertandang ke Lithuania sekaligus menjadi debutnya di skuat senior Inggris. Ia ditempatkan di tengah, namun diberikan kebebasan untuk menyerang dan menciptakan peluang. Pertandingan akhirnya dimenangkan dengan skor 1-0 dan Winks dianggap menjadi pemain terbaik laga tersebut.

Usai memperkuat Inggris, Winks tampil lebih percaya diri. Kesempatan untuk bermain di skuat utama pun lebih besar karena cederanya Moussa Dembele. Ia diturunkan pada dua pertandingan besar secara beruntun, yaitu menghadapi Real Madrid pada Liga Champions dan Liverpool pada pertandingan Liga Primer Inggris.

Terakhir kali Tottenham melawan Madrid, terjadi pada 2011 lalu dan saat itu Winks masih menjadi pengibar bendera di Stadion White Hart Lane pada laga tersebut. Harapan besar baginya agar bisa dimainkan melawan Madrid. Apalagi ia akan menghadapi Luka Modric yang selalu diperhatikannya selama calon lawannya itu masih memperkuat Tottenham.

Pemain kelahiran 2 Februari 1996 ini masih berusia 12 tahun ketika Modric bergabung dengan Tottenham pada 2008 silam. Sembilan tahun kemudian, mereka pun saling berhadapan di Stadion Santiago Bernabeu pada pertandingan Liga Champions itu. "Saya tetap mengaguminya (Modric) sampai hari ini. Dia fantastis, pemain kelas dunia. Bermain melawannya akan istimewa," kata Winks seperti dikutip dari Sky Sports.

Tapi permainan Winks merupakan salah satu pemain yang menonjol pada pertandingan yang berakhir dengan 1-1 tersebut. Ia tampil tenang dengan kecerdasan tinggi. Buktinya, Winks menjadi pemain Tottenham yang paling sering melepaskan umpan sukses sebanyak 45 kali.

Ia juga terlibat langsung dalam gol bunuh diri Raphael Varane dan mampu beberapa kali menahan pergerakan Modric. Winks pun masuk ke dalam skuat terbaik Liga Champions pekan tiga Liga Champions 2017/2018 versi ESPN FC. Begitu pun penampilan bagusnya ketika mengalahkan Liverpool dengan skor 4-1.

Winks kembali menjadi pemain paling sering melakukan operan sukses sebanyak 42 kali. Jumlah itu membuktikan bahwa rekan-rekannya mempercayainya untuk mengatur permainan kesebelasannya. Pemain bernomor punggung 29 itu menjalani peran yang lebih dalam pada awal laga tersebut.

Tapi perlahan saling bertukar dengan Bamidele Alli yang sebelumnya bermain lebih maju. Antara Winks dan Alli seperti sudah saling mengerti kapan salah satunya akan melangkah lebih maju. Tapi kebanyakan orang lebih menatap Alli karena mencetak gol. Tapi kinerja Winks di lapangan tidak kalah spektakuler.

Kakinya digunakan untuk menangkal serangan Liverpool sekaligus mengatur alur bola kesebelasannya. Winks berhasil menjadi pemain muda yang semakin apik di setiap pertandingan yang ia lewati. Ia mampu merajut permainan antara pertahanan dengan gelandang serangnya. Kedewasaan dan perkembangan permainan Winks adalah hadiah istimewa untuk Inggris.

Komentar