Dominasi Lini Tengah Arsenal Mengatasi Gueye yang Berjuang Sendirian

Analisis

by redaksi

Dominasi Lini Tengah Arsenal Mengatasi Gueye yang Berjuang Sendirian

Everton kembali menelan pil pahit. Pada lanjutan Liga Primer Inggris 2017/2018 pekan ke-9 yang digelar Minggu (22/10), Everton takluk dari tamunya, Arsenal. Bahkan skuat berjuluk The Toffees ini kalah cukup telak, yakni dengan skor 5-2. Padahal Everton sempat unggul terlebih dahulu lewat gol Wayne Rooney pada menit ke-12.

Meski unggul lebih dulu, rentannya pertahanan Everton sudah terlihat sejak awal-awal pertandingan. Kebobolan lima gol dalam 90 menit ini merupakan risiko yang diambil manajer Everton, Ronald Koeman, dalam menerapkan strategi. Sebenarnya pelatih asal Belanda tersebut hendak bermain lebih menyerang. Namun apa daya skema menyerangnya tersebut justru melahirkan celah di lini tengah.

Indikasi ini terlihat dalam susunan pemain Everton. Everton menurunkan pola dasar 3-1-4-2. Di depan Idrissa Gueye yang menjadi single pivot, Koeman memasang Gylfi Sigurdsson dan Nikola Vlasic. Dua pemain tersebut merupakan pemain kreatif yang naturalnya bermain sebagai gelandang serang.

Vlasic dan Sigurdsson seringkali terlambat dalam membantu Gueye ketika Everton tak menguasai bola. Alhasil Gueye terlihat berjuang sendirian di depan trio bek tengah Everton. Inilah yang dimanfaatkan oleh Arsenal yang menurunkan pola dasar 3-4-2-1. Di lini tengah, Alexis Sanchez-Mesut Oezil-Aaron Ramsey begitu cair dalam pertukaran posisi yang bisa menembus pertahanan Everton. Pada laga ini, Arsenal untuk pertama kalinya menurunkan Ozil-Sanchez-Lacazette sejak menit pertama.

Pada menit kedua sudah terlihat lini pertahanan Everton yang kacau balau ketika Arsenal menyerang lewat tengah. Michael Keane, bek tengah sebelah kanan, terpancing oleh pergerakan Sanchez sehingga ia jauh meninggalkan kotak penalti. Namun lubang yang ditinggalkannya itu tak di-cover dengan baik oleh Vlasic. Adanya Sead Kolasinac di sisi kiri lapangan pun membuat Jonjoe Kenny (wing-kanan) terkunci di sisi lapangan. Sehingga ketika bola berhasil digulirkan pada Oezil, Ramsey yang tak terkawal oleh Vlasic langsung memanfaatkan ruang yang ditinggalkan Keane. Vlasic terlambat, begitu pun Kenny.

Peluang Arsenal di menit kedua.

Jika dilihat lebih seksama pada momen tersebut, Gueye tampak kebingungan ketika Sanchez menggiring bola. Ada ruang yang harus ditutup oleh Gueye, tapi dengan adanya Keane, ia mempercayakan hal tersebut pada Keane dan ia menjaga jalur operan pada Oezil. Bahkan jika mengoper ke Ozil lewat tengah, idealnya Vlasic akan membantu Gueye untuk memotong bola. Tapi pada akhirnya, peluang untuk Arsenal tetap terjadi, dan Ramsey nyaris mencetak gol.

Perjuangan Gueye di lini tengah kembali terlihat empat menit setelah peluang pertama Arsenal. Arsenal lagi-lagi menyerang lewat Sanchez. Di situ Gueye sendirian, sementara di sekitarnya terdapat tiga pemain Arsenal. Sanchez kemudian dengan kecepatannya unggul satu langkah dan mengirim bola pada Ozil, yang diteruskan pada Alexander Lacazette. Lacazette menyelesaikannya dengan tembakan mengarah ke gawang, namun mampu ditepis oleh Jordan Pickford.

Situasi sebelum terjadinya peluang Lacazette

Pada momen itu juga terlihat dua gelandang Eveton, Sigurdsson dan Vlasic, yang tak berupaya membantu Gueye dalam meng-cover pertahanan. Hal yang cukup wajar mengingat keduanya merupakan gelandang yang biasanya tak diberi tugas untuk membantu pertahanan di klubnya terdahulu. Begitu pun dalam skema yang diterapkan Koeman pada laga ini, yang memang mengharapkan keduanya lebih fokus memanjakan Rooney dan Calvert-Lewin.

Koeman menyadari hal ini dengan mengubah formasi dasar menjadi 4-3-3 usai turun minum. Ia memasukkan seorang gelandang, Tom Davies, untuk menggantikan salah satu bek tengah, Ashley Williams. Upaya ini dilakukan untuk mendorong Sigurdsson ke depan membantu Rooney dan Calvert-Lewin.

Namun perubahan ini menimbulkan masalah lain bagi lini pertahanan Everton. Pergerakan dinamis lini serang Arsenal membuat penjagaan antar pemain tak berjalan maksimal. Yang terjadi kemudian, delapan menit berjalannya babak kedua, umpan silang Sanchez berhasil dimaksimalkan Ozil lewat sundulannya. Jangan lupakan pula pergerakan Ramsey dan Lacazette yang membingungkan Keane dan Phil Jagielka sehingga Ozil tak mendapatkan hambatan berarti ketika menyambut bola.

Petaka bagi Everton semakin terlihat karena mereka terlalu mengandalkan Gueye ketika berupaya menghentikan serangan Arsenal di lini tengah. Dampaknya pada menit ke-68, Gueye melakukan tekel pada Granit Xhaka yang berujung kartu kuning keduanya. Gelandang asal Senegal itu pun diusir wasit, di sinilah Arsenal semakin bisa memanfaatkan kelemahan Everton di lini tengah.

Saat Gueye melakukan tekel berujung kartu merah, sebenarnya Davies punya kesempatan untuk memotong bola ketika Xhaka hendak menerima bola dari Kolasinac. Selain itu, Rooney juga berada di dekat Xhaka. Hanya saja karena tugas perebut bola diserahkan pada Gueye, maka Gueye-lah yang harus melancarkan tekel.

Tanpa adanya Gueye, dinamisme trio lini serang Arsenal ditambah pergerakan menusuk Ramsey semakin memudahkan The Gunners untuk membombardir pertahanan Everton. Alhasil tiga gol tambahan berhasil dicetak Arsenal. Ketiga gol itu diciptakan masing-masing oleh Lacazette, Ramsey, dan Sanchez.

Kredit khusus memang patut diberikan pada manajer Arsenal, Arsene Wenger, yang dengan jitu membombardir lini tengah Everton. Menginstruksikan Ramsey secara khusus untuk menambah daya gedor di kotak penalti pun menjadi efektivitas serangan Arsenal. Karena nyatanya gelandang asal Wales tersebut mencatatkan tujuh tembakan, terbanyak bersama Lacazette. Pada laga ini, Arsenal pun total mencetak 30 tembakan.

Komentar