Jangan Heran Jika Kesebelasan Indonesia Tidak Bisa Ikut Kompetisi AFC 2018

Berita

by redaksi

Jangan Heran Jika Kesebelasan Indonesia Tidak Bisa Ikut Kompetisi AFC 2018

Sebagai asosiasi yang tergabung ke dalam konfederasi AFC (sepakbola Asia), kesebelasan-kesebelasan Indonesia berhak mengikuti kompetisi-kompetisi tingkat AFC seperti Liga Champions AFC dan Piala AFC. AFC kemudian sudah menentukan untuk memberikan satu tempat kepada Indonesia untuk mengikuti babak play-off Liga Champions dan dua tempat untuk Piala AFC.

PSSI, sebagai asosiasi sepakbola yang berada di bawah AFC, diberikan tenggat waktu untuk menyetor nama-nama kesebelasan tersebut paling lambat pada 15 November 2017. Akan tetapi PSSI belum bisa menentukan sekarang, karena kompetisi Liga 1 masih akan berlangsung dan akan memainkan pertandingan terakhir pada 12 November 2017.

Maka nantinya, PSSI tidak terburu-buru mendaftarkan kesebelasan meski waktu yang tersedia hanya tiga hari dari akhir kompetisi ke deadline keputusan. Tapi untuk mendaftarkan kesebelasan, setiap kesebelasan wajib memenuhi syarat licensing. Dan proses licensing ini sebenarnya tidak semudah yang terlihat, apalagi banyak kesebelasan di Indonesia yang diperkirakan tidak memenuhi kriteria.

PSSI meminta perpanjangan deadline

PSSI berkata mereka sudah melakukan proses licensing dan akan mengumumkan hasilnya pada 30 Oktober. Dari situlah akan diketahui kesebelasan mana saja yang memiliki lisensi, sehingga bisa mengikuti kompetisi AFC.

Meski demikian, Departemen Lisensi Klub PSSI, Tigor Shalom Boboy, mengatakan bahwa mereka berencana meminta perpanjangan waktu kepada AFC. Alasannya karena jeda tiga hari dari akhir kompetisi (12 November) sampai deadline (15 November) terlalu mepet.

“Pendaftaran terakhir untuk AFC klub adalah 15 November, deadline untuk mengirimkan nama. Kompetisi selesai 12 November, berarti kami punya tiga hari. Sekarang kami sedang berkomunikasi dengan PSSI untuk meminta AFC memperpanjang deadline itu,” ujar Tigor yang juga menjabat sebagai CEO PT Liga Indonesia Baru, dikutip dari detikSport.

“Pada prinsipnya, AFC, siapapun slot juaranya, peringkat dua, atau ketiga, selama kompetisi berjalan tidak menggugurkan keikutsertaan Indonesia. Misalnya akhir Oktober (pengumuman hasil licensing dari PSSI) tidak ada klub Indonesia yang mendapat licensing, maka dengan sangat berat Indonesia tidak ikut Piala AFC tahun depan,” kata Tigor.

Sebelumnya, sempat dirumorkan bahwa Persib Bandung dan Persipura Jayapura akan menjadi wakil Indonesia di Piala AFC, karena mereka adalah juara dan runner-up pada ISL 2014. Tapi itu mungkin akan menjadi tidak relevan kecuali untuk kompetisi AFC 2017 ini (jadwal kompetisi AFC kira-kira Januari sampai November setiap tahunnya).

Verifikasi lisensi dari PSSI sendiri akan memiliki tiga level penilaian yang dijadikan patokan untuk mendapat lisensi AFC. Kesebelasan Liga 1 dipastikan lulus dari penilaian jika berhasil memenuhi level tertinggi, yaitu kriteria “A” dari AFC Club Licensing Regulations (edition 2016), yang berisi 32 kriteria (terlampir di bagian bawah tulisan ini).

“Kalau dia sudah lolos di 33 (seharusnya 32-red) kriteria level A, sudah pasti dia lolos verifikasi. Nanti hasil dari komite lisensi PSSI akan diserahkan pada rapat dengan AFC akhir November untuk diputuskan,” kata Tigor, dikutip dari CNN Indonesia.

Tidak harus peringkat teratas yang mewakili sebuah negara di kompetisi AFC

Jika melihat klasemen saat ini, Bhayangkara FC berada di peringkat pertama dan berpeluang menjadi juara. Namun, mereka belum pasti mewakili Indonesia di Liga Champions Asia dan/atau Piala AFC.

“Kalau misalnya hasil verifikasi nanti Bhayangkara tidak lolos lisensi, akan digantikan dengan klub yang menjadi runner-up. Kalau runner-up tidak bisa nanti berurutan ke bawah,” katanya.

Ucapan tersebut terkesan ngasal, tapi sangat berdasar karena hal itu juga terjadi di negara-negara lainnya. Jadi, wakil Liga Champions atau Piala AFC tidak harus kesebelasan dengan peringkat yang lebih tinggi di negara mereka, melainkan kesebelasan yang lolos verifikasi.

Di Arab Saudi misalnya, Al-Ittihad dan Al-Nassr pada peringkat yang lebih tinggi dikabarkan tidak lolos verifikasi lisensi dari AFC, begitu juga dengan Al-Raad, Al-Shabab, dan Al-Tawoun, yang finis di peringkat 5 sampai 7. Malah, Al-Fateh dan Al-Faisaly, yang finis di peringkat 8 dan 9, yang lolos lisensi dan kemungkinan akan berpartisipasi di kompetisi AFC jika tidak ada banding dari kesebelasan-kesebelasan di atasnya.

Di lain negara, yaitu Jepang, mereka menerapkan aturan licensing ini lebih "galak", yaitu untuk para peserta liga dari J1, J2, J3, sampai JFL (non-liga), sampai-sampai pada 2015, peringkat pertama sampai ketiga JFL tidak bisa promosi ke J3 karena tidak memenuhi kriteria, sehingga peringkat keempat (saat itu Kagoshima United) yang berhak promosi.

Jepang menunjukkan kepada kita jika mapan itu lebih didahulukan daripada jago. Sementara di Indonesia mungkin verifikasi kemapanan kesebelasan itu ada, tapi tidak transparan, tidak sesuai kenyataan, dan penuh dengan negosiasi dan mentalitas instan.

Dari kasus Arab Saudi dan Jepang di atas, ditambah sikap skeptis kita terhadap Indonesia, kita tentunya bertanya-tanya: apakah ada kesebelasan Indonesia yang memenuhi kriteria AFC?

Mempertanyakan kemapanan kesebelasan-kesebelasan di Indonesia

Manajer Madura United, Haruna Soemitro, dengan yakin menyatakan jika tidak ada kesebelasan di Liga 1 yang lolos lisensi klub profesional sesuai standar AFC. “Pengumuman lisensi klub profesional akan diumumkan akhir bulan ini, namun saya yakin tidak ada klub yang lolos untuk tahun ini. Tentu saja ini akan menjadi tamparan,” kata Haruna, dikutip dari Goal.

“Saya juga perlu meluruskan terkait beberapa klub baru seperti Madura United, Bhayangkara FC, hingga Bali United yang dianggap bermasalah lisensi [badan hukum] di Indonesia. Saya yakinkan kami tidak mengalami masalah lisensi. Tidak keluarnya lisensi klub profesional dari AFC alasannya semua sama, yaitu laporan keuangan, transfer pemain yang tidak transparan, dan lain sebagainya.”

Menurut Haruna, harus ada advokasi dan pendampingan agar kesebelasan bisa lolos, terutama dari PSSI. “Seperti liga sebelumnya, PSSI dan PT Liga harus berperan aktif kepada klub, membantu klub membenahi apa yang kurang. Kalau sekarang seperti dibiarkan sendiri. Jadi saya pikir untuk ke depan perlu ada pendampingan,” katanya.

PSSI sendiri dikabarkan sudah memanggil enam kesebelasan teratas di klasemen saat ini, yaitu Bhayangkara FC, Madura United, Bali United, Persipura Jayapura, PSM Makassar, dan Persija Jakarta, untuk diberikan “pengertian” dan “pendampingan” tentang lisensi yang diminta oleh AFC.

Apa yang dilakukan PSSI sudah baik. Bahkan sebenarnya mereka juga sudah pernah mengadakan workshop soal Club Licensing Regulations kepada seluruh kesebelasan Liga 1 pada Juni 2017.

Akan tetapi, jika ujung-ujungnya seperti ini, bagaimana kita tidak mau curiga mengenai mentalitas formalitas dan deadliner umumnya orang-orang di Indonesia, termasuk untuk PSSI serta pengurus kesebelasan?

Kriteria "A" yang diminta AFC

Untuk mengetahui apa saja 32 kriteria “A” yang diminta oleh AFC, bisa dilihat pada dokumen berikut ini secara mendetail. Tapi secara umum adalah sebagai berikut:

Aspek Olahraga

  1. Program pengembangan pemain muda yang disetujui
  2. Tim muda/kelompok umur
  3. Perawatan kesehatan pemain

Aspek Infrastruktur

  1. Stadion yang disetujui untuk kompetisi klub AFC
  2. Sertifikasi keamanan stadion
  3. Rencana evakuasi stadion yang telah disetujui
  4. Lapangan latihan

Aspek Personel & Administrasi

  1. Sekretariat klub
  2. General manager
  3. Financial officer
  4. Security officer
  5. Media officer
  6. Medical doctor
  7. Fisioterapis
  8. Pelatih kepala tim utama
  9. Asisten pelatih tim utama
  10. Kepala program pengembangan pemain muda
  11. Pelatih-pelatih tim muda atau kelompok umur
  12. Petugas-petugas keamanan dan keselamatan
  13. Hak, kewajiban, dan tugas yang jelas dari semua elemen di atas
  14. Tugas pengganti jika elemen di atas berhalangan
  15. Tugas untuk memberitahukan perubahan signifikan

Aspek Legal

  1. Pernyataan kepatuhan keikutsertaan di kompetisi klub AFC
  2. Dokumen dan konfirmasi lain dari pemohon lisensi
  3. Kepemilikan dan pengawasan klub
  4. Kontrak tertulis dengan pemain profesional

Aspek Keuangan

  1. Laporan finansial tahunan yang teraudit
  2. Pernyataan finansial untuk periode interim yang ditinjau ulang
  3. Tidak ada tunggakan pembayaran klub dari aktivitas transfer
  4. Tidak ada tunggakan pembayaran kepada pegawai atau otoritas sosial/pajak
  5. Pernyataan tertulis sebelum keputusan lisensi
  6. Rencana keuangan masa depan

Jika melihat ke-32 syarat di atas, dengan situasi sepakbola Indonesia yang belum stabil ini, rasanya cukup wajar jika pada akhirnya Indonesia tak bisa mengirimkan wakil ke kompetisi AFC untuk tahun depan. Kecuali kalau PSSI berhasil membujuk AFC untuk memperpanjang tenggat syarat licensing sehingga kesebelasan Indonesia punya waktu lebih untuk memenuhi syarat tersebut.

Tapi pertanyaannya, apakah AFC akan menolerir hal mendasar yang seharusnya dipenuhi sebelum liga dimulai ini?

(dex)

Komentar