Radamel Falcao Semakin Bertaring Saat Usianya Berkepala Tiga

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Radamel Falcao Semakin Bertaring Saat Usianya Berkepala Tiga

AS Monaco secara mengejutkan takluk 1-2 saat jumpa Besiktas di kandangnya sendiri, Stade Louis II, Rabu (18/10) dalam lanjutan pertandingan penyisihan Liga Champions Grup G. Hasil yang mengecewakan karena Monaco juga semakin terpuruk di dasar klasemen Grup G dengan satu poin dari tiga pertandingan yang dilakoni.

Meski begitu, di balik rentetan hasil buruk yang dialami juara Ligue 1 musim lalu itu, tetap ada setitik kebanggaan yang bisa mereka pamerkan. Radamel Falcao adalah kebanggaan yang setidaknya bisa sedikit membuat wibawa Monaco tak tenggelam begitu saja akibat serentetan hasil buruk yang dialami Monaco di Liga Champions musim ini.

Pada pertandingan melawan Besiktas, Falcao berhasil mencetak gol pada menit 30, yang kemudian berhasil dibalas Besiktas melalui Cenk Tosun yang mencetak dua gol. Itu adalah gol perdana Falcao di Liga Champions musim ini, meski gol pertamanya itu gagal dirayakan dengan kemenangan, namun penyerang Kolombia itu setidaknya berhasil menorehkan catatan krusial selama kiprahnya di kompetisi Eropa.

Falcao memulai kariernya di Eropa pada tahun 2009, FC Porto menjadi kesebelasan pertamanya di Benua Biru. Sejak saat itu, ia sudah melanglang buana ke sejumlah klub elite Eropa hingga akhirnya berlabuh di AS Monaco. Total sudah 55 pertandingan dimainkan Falcao di seluruh kompetisi Eropa.

Satu gol yang dilepaskannya ke gawang Besiktas membuat torehan golnya selama mentas di kompetisi Eropa menjadi 45 gol. Jumlah tersebut membuatnya layak dianggap sebagai salah satu penyerang subur yang mentas di kancah sepakbola Eropa.

Jika melihat perjalanan karier Falcao di Eropa, nasibnya selayak roda yang berputar. Saat masih menjadi penggawa FC Porto, Falcao begitu cemerlang dengan lesakan 72 golnya dalam 87 pertandingan di semua ajang.

Ketajaman penyerang berjuluk El Tigre itu berlanjut saat memutuskan hijrah ke Atletico Madrid. Sebanyak 97 pertandingan dilakoninya dengan torehan 70 gol. Pada tahun 2013, AS Monaco pun memboyongnya. Berharap agar ketajaman Falcao bertuah, kenyataan yang didapat justru sebaliknya.

Semusim bermain bersama Monaco, Falcao banyak menghabiskan waktu di ruang perawatan karena cedera lutut yang dialaminya. Ketika pulih, ia dipinjamkan ke Manchester United pada musim 2014/2015. Harapan agar ketajamannya kembali di klub berjuluk Setan Merah itu pun hanyalah angan belaka, karena Falcao justru menunjukkan penampilan yang jauh dari harapan. Akibatnya, hanya 26 penampilan yang ia mainkan dengan torehan empat gol di Liga Primer Inggris.

Musim berikutnya, giliran Chelsea yang mencoba untuk mengembalikan performanya. Tapi senasib dengan MU, Chelsea juga gagal untuk membuat Falcao menemukan permainan terbaiknya. Nasibnya tak lebih dari sekadar pemain lapis dua di klub berjuluk The Blues itu. Hanya 10 penampilan yang dibukukannya dengan torehan satu gol.

Gagal bersinar di MU dan Chelsea membuat namanya seiring dilupakan sebagai salah satu penyerang tajam di kompetisi Eropa. Maklum banyak pihak menganggap kariernya sudah habis, lagi pula usianya sudah memasuki 30 tahun ketika keluar dari Chelsea di tahun 2016.

Namun Monaco tak terpengaruh dengan kondisi yang dialami oleh penyerang yang kabarnya mereka tebus dengan harga 60 juta euro itu dari Atletico Madrid. Pada musim 2016/2017, Loenardo Jardim menjadikan Falcao sebagai penyerang utama Monaco ditandemkan dengan Valere Germain hingga Kylian Mbappe.

Tak disangka, Falcao justru mampu menunjukkan kembali permainan terbaiknya. Total, 43 penampilan berhasil ditorehkannya dengan catatan 30 gol di semua ajang. Pencapaian lain yang berhasil ditorehkan Falcao pada musim tersebut adalah membawa Monaco meraih gelar juara Ligue 1 dan menembus babak Semifinal Liga Champions.

Melalui pencapaian tersebut Falcao membuktikan bahwa meski usianya sudah berkepala tiga dan cenderung tampil inferior di beberapa musim sebelumnya, belum saatnya untuk menganggap El Tigre sudah habis. Penampilan gemilang Falcao di musim lalu berlanjut pada musim 2017/2018 ini.

Meski sudah tidak ada lagi Mbappe yang memilih pindah ke Paris Saint-Germain (PSG), namun Falcao tak kehilangan taringnya di depan gawang. Di Liga Champions ia memang baru mencetak satu gol, namun di ajang Ligue 1 Falcao sudah mencetak 12 gol. Catatan tersebut membuat Falcao nyaman berada di posisi puncak daftar pencetak gol sementara Ligue 1. Torehan tersebut belum mampu disaingi oleh penyerang top lainnya yang berlaga di Ligue 1 seperti Edinson Cavani (8 gol) atau bahkan Neymar yang sejauh ini baru mencetak enam gol.

Ada banyak faktor sebenarnya yang membuat penampilan Falcao semakin tajam saat ini, salah satunya adalah kepercayaan tampil yang lebih banyak. Dibandingkan dengan posisi lainnya di sepakbola, seorang penyerang memang membutuhkan menit bermain yang konsisten agar performanya bisa terlihat. Di Monaco, kesempatan bermain yang dimiliki Falcao terbilang lebih banyak dibanding saat ia berkarier di MU dan Chelsea.

Pada musim lalu, di ajang Ligue 1, Falcao tampil dalam 29 pertandingan dengan 22 laga dimulainya sebagai starter. Sementara saat di MU, ia memang tampil dalam 26 pertandingan di Liga Primer Inggris, namun hanya 14 laga yang dimainkannya sebagai starter. Sementara pada musim ini, di kompetisi domestik Falcao telah mencatatkan delapan pertandingan yang semuanya dimainkan sejak menit pertama. Hanya satu laga saja ia absen, karena harus membela Kolombia di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2018.

Satu hal lain yang tak bisa dilepaskan begitu saja adalah keinginan kuatnya untuk bangkit dari keterpurukan. Tak bisa dimungkiri bahwa gagalnya ia bersinar di Chelsea dan MU disebabkan karena cedera lutut yang terus menggerogotinya. Terus berkutat dengan cedera bukan kondisi yang menyenangkan bagi pesepakbola, namun Falcao berhasil melaluinya, hingga ia pun kini kembali menjadi Harimau ganas di kotak penalti lawan.

"Saya sudah melalui masa sulit, tapi dalam masa-masa sulit tersebut saya berusaha, dan tidak banyak orang mengetahuinya. Saya percaya bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil, dan masa-masa sulit itu membuat saya menjadi pribadi yang lebih kuat," ujar Falcao seperti dilansir ESPNFC, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Radamel Falcao, Pribadi Kuat dan Religius

Baca Juga: Ingatan-Ingatan Falcao: dari yang Pernah Tak Tergantikan sampai Tak Lagi Dibutuhkan

Foto: Twitter AS Monaco

Komentar