Ruang Kosong yang Menjadi Sumber Kemenangan Man City Atas Napoli

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Ruang Kosong yang Menjadi Sumber Kemenangan Man City Atas Napoli

Manchester City berhasil menaklukkan Napoli yang bertamu ke Stadion Etihad pada pertandingan grup F Liga Champions 2017/2018 dengan skor 2-1 pada dini hari tadi, Rabu (18/10). Dua gol City dicetak Raheem Sterling ketika laga baru berjalan sembilan menit dan Gabriel Jesus pada menit 13. Sementara Napoli memperkecil kedudukan melalui eksekusi penalti Amadou Diawara pada menit 73.

Kedua kesebelasan tampil dengan skuat yang hampir dengan kekuatan penuh. City tidak bisa diperkuat Benjamin Mendy dan Vincent Kompany karena cedera. Tapi kedalaman skuat City tidak mempermasalahkan absennya dua pemain tersebut. Bahkan absennya Mendy bisa digantikan dengan baik oleh Fabian Delph dalam beberapa laga terakhir.

Sementara Napoli cuma tidak bisa diperkuat Arkadiusz Milik karena cedera. Justru yang mengherankan dari Napoli adalah tidak dimainkannya dua gelandang pentingnya, yaitu Allan Marques dan Jorginho. Pelatih Napoli, Maurizio Sarri, justru memainkan Amadou Diawara dan Piotr Zielinski untuk menemani Marek Hamsik di lini tengah.

Manchester City yang Berhasil Menemukan Ruang Eksploitasi di Sisi Lapangan

Kesalahan terbesar Napoli pada pertandingan ini karena terlalu fokus kepada pemain City yang menguasai bola. Napoli yang sering memulai serangan dari sisi kiri pun tidak jarang dikandaskan City. Walau menurunkan tiga pemain untuk mengawal pemain Napoli yang menguasai bola, City cukup sabar dan tidak tergesa-gesa melakukan tekel.

Mereka cuma menunggu kesempatan untuk mengintersepsi bola atau melakukan tekel ketika operan pemain Napoli sampai di rekannya. Tekel itu juga bisa dilakukan karena jarak antara pemain City cukup rapat. Bola yang berhasil dicuri kemudian diarahkan ke tengah atau ruang besar di sisi kanan pertahanan Napoli karena para pemainnya condong bergerak ke arah bola semula.

Napoli sampai harus menurunkan empat pemain untuk mengepung satu pemain City yang menguasai bola. Pergerakan pertahanan Napoli itu sepertinya untuk mengantisipasi permainan umpan-umpan pendek City. Tapi pada nyatanya, perkiraan itu salah sehingga menjadi menjadi celah bagi kesebelasannya untuk dieksploitasi City.

Termasuk Elseid Hysaj, full-back kanan Napoli, bergerak sedikit ke dalam kotak penalti mendekati Raul Albiol, bek tengah. Apalagi Sane memiliki kecepatan dan giringan bola yang mumpuni sehingga Hysaj pun kerepotan menjaganya. City seolah mengecoh Napoli dengan memaksa bermain lewat sayap setelah berhasil memancing lawan dari tengah.

Dua gol City pun tercipta karena proses tersebut. Terlihat bagaimana Fernandinho berhasil melihat ruang kosong di area Sane dengan memberikan umpan panjang kepadanya. Kemudian Sane melakukan kombinasi dengan Silva sehingga berujung gol Sterling ketika laga baru berjalan sembilan menit.

Begitu pun ketika Fernandinho yang berhasil menarik perhatian para gelandang Napoli dan melepaskan umpan panjang kepada Sterling di sisi kanan dan ia juga melepaskan umpan panjang ke dalam kotak penalti sehingga berujung gol Jesus. Sane juga berhasil melakukan empat giringan bola yang merupakan terbanyak pada laga ini. Satu di antaranya berhasil ketika mengecoh Hysaj.

Napoli yang juga bermain sabar dalam perebutan bola pada laga ini memang dimanfaatkan City untuk beberapa kali melakukan giringan bola. Selain Sane, Bernardo Silva dan David Silva mampu melakukan tiga giringan bola sukses. Apalagi David Silva juga merupakan pemain yang selalu membuka ruang di depan kotak penalti untuk menerima umpan dari Kevin De Bruyne.

SSC Napoli Terlambat Mengubah Startegi

Awalnya Napoli tidak terlalu bermain agresif menyerang dan lebih sabar dalam perebutan bola. Dua full-back yang dimilikinya tidak terlalu aktif menyerang. Hanya Faouzi Ghoulam di sisi kiri yang beberapa kali naik sampai setengah lapangan. Sementara Hysaj lebih fokus bertahan menemani Kalidou Koulibaly dan Raul Albiol.

Dengan Ghoulam yang tidak terlalu naik untuk membantu serangan, Hamsik dan Insigne menjadi tak memiliki rekan yang bisa berlari cepat untuk melakukan overlap ke depan. Kombinasi antara Hamsik dan Insigne pun menjadi lebih mudah dipatahkan City. Hal itu berdampak kepada Dries Mertens yang kekurangan suplai bola di depan dan sering bekerja sendirian.

Mertens lebih memilih melakukan giringan bola sendirian karena tidak ada yang melakukan overlap di sisi kiri karena Ghoulam tidak terlalu agresif menyerang. Sementara Insigne sulit lepas dari kawalan Kyle Walker. Mertens pun lebih mudah kehilangan bola. Apalagi ia dihadang dua bek City sekaligus.

Belum lagi jika Fernandinho turun ke belakang untuk membantu pertahanan. Mertens pun tidak bisa berbuat banyak pada awal laga ini. Sistem seperti itu masih terlihat sampai menit 30-an. Setelah itu, Napoli mulai bermain dengan garis pertahanan tinggi dan perebutan bola disertai pressing yang lebih agresif.

Beberapa kali pemain Napoli langsung melakukan upaya tekel, tidak hanya membayang-bayangi penguasaan bola City saja seperti sebelumnya. Hysaj pun mulai sering naik ke lapangan tengah. Sementara Ghoulam bisa membantu serangan sampai ke sepertiga akhir City untuk berkombinasi dengan Lorenzo Insigne maupun Marek Hamsik.

Barulah Napoli bisa melepaskan percobaan tendangan pertamanya di menit 38 setelah sistem itu berjalan. Percobaan tendangan itu pun dilakukan oleh Mertens yang sebelumnya tidak bisa berkutik. Babak kedua, Napoli lebih agresif dalam melakukan serangan maupun pressing.

Agresivitas yang meningkat disertai garis pertahanan tinggi cukup membantu untuk membatasi pergerakan City yang memaksa bermain lebar. Sementara itu City yang enggan kecolongan, tidak ingin bermain buru-buru. Hal itu terlihat dari ketika mereka kehilangan bola di lini depan.

Mereka tidak akan langsung merebut bola dan lebih memilih untuk kembali ke formasi bertahannya dengan pola 5-4-1. Yaitu Fernandinho turun membantu bek dan hanya menyisakan Jesus di depan. Pola bertahan City itu membuat sepertiga akhirnya terlihat padat. Lima pemain di dalam dan empat di luar depan kotak penalti.

Pola bertahan itu juga berhasil meredam kedua sayap Napoli, terutama serangan sisi kirinya yang selalu menjadi kecenderungan menyerang. Kreativitas serangan Napoli pun berkurang ketika Insigne ditarik keluar karena cedera pada menit 57. Ia digantikan Allan Marques, namun posisinya di sayap kiri diisi Zielinski.

Sementara Allan ditempatkan di tengah bersama Diawara dan Hamsik. Sejak Insigne keluar, pola permainan Napoli sedikit mengurangi umpan-umpan pendek. Skuat berjuluk Partenopoei tersebut condong melakukan skill individu masing-masing terutama menggiring bola sendiri.

Ghoulam dan Hamsik pun terlihat lebih sering melakukan hal itu setelah rekan kombinasinya itu cedera. Tapi upaya giringan bola Ghoulam berhasil membuat Napoli memperkecil kedudukan. Ia dijegal Fernandinho di dalam kotak penalti sehingga menjadi gol pada menit 73` melalui eksekusi Diawara.

Kesempurnaan Pengelolaan Bola di Lini Belakang Manchester City

Sejak menit 30, Napoli mulai menerapkan pressing ketat di sepertiga akhir pertahanan City. Perlawanan dari Napoli itu tidak menjadi masalah bagi City karena berani memainkan bola di lini pertahanannya. John Stones dan Fernandinho menjadi sangat vital selama City memainkan bola di lini belakang. Kedua pemain tersebut merupakan yang paling sering melepaskan umpan di kesebelasannya selam pertandingan tersebut. Fernandinho melepaskan 95 umpan pendek maupun panjang. Aktivitasnya itu dilakukan di wilayahnya sendiri maupun lawan. Sementara Stones memberikan 85 umpan tepat sasaran yang mayoritas terjadi di sepertiga akhir pertahanannya.

Bahkan Stones mampu satu kali menciptakan peluang. Tapi penguasaan bola di belakang yang dilakukan Fernandinho dan Stones tidak akan berarti-apa tanpa dibantu Ederson. Kiper asal Brasil itu berperan besar dalam menguasai bola di sepertiga akhir pertahanannya sendiri.

Ederson adalah pilihan lain ketika pertahanan City mendapatkan pressing dari lini depan Napoli. Umpannya mencapai akurasi 89% karena cuma empat kali gagal melakukannya. Ketika Ederson dioper, Fernandinho akan turun ke antara dua bek City yang melebar untuk memberikan banyak pilihan bagi rekannya.

Total, Ederson mampu melepaskan 42 umpan tepat sasaran. Hanya dua kali ia gagal melakukannya. Berbeda dengan Pepe Reina, kiper Napoli, yang cuma melakukan 24 kali operan tepat sasaran. Keunggulan Ederson itu membuktikan kontribusinya bisa membantu City efektif dalam melakukan build-up serangan dari belakang.

Tapi aksi yang paling menakjubkan Ederson pada pertandingan ini adalah saat menahan eksekusi penalti Mertens pada menit 38. Ederson juga melakukan satu intersepsi dan dua kali sapuan bersih melalui kakinya. Kontribusinya itu menunjukkan bahwa Ederson merupakan kiper yang sempurna dengan memiliki refleks luar biasa dan bisa mempertahankan penguasaan bola.

Kesimpulan

Tidak dimainkannya Allan dan Jorginho sejak awal pertandingan merupakan awal dari kekalahan Napoli. Maurizio Sarri pun cukup terlambat merespons taktik untuk memberikan perlawanan kepada City. Sementara City memiliki berbagai alternatif untuk mengecoh Napoli, terutama untuk menemukan celah di sisi lapangan dan depan kotak penalti lawan.

Lini depan Napoli pun lebih mudah ditaklukkan sejak Insigne cedera. Buktinya, Napoli hanya melepaskan satu percobaan tendangan setelah ia ditarik keluar. Tapi lini tengah Hamsik dkk lebih stabil sejak Allan dimainkan. Ia berhasil melakukan dua tekel bersih dan rekan-rekannya tidak ada yang melakukan hal itu lebih banyak dari Allan. Jika Allan dimainkan sejak awal, mungkin Napoli bisa lebih kokoh dari segi pertahanan.

Komentar