Ironi Persik Kediri, Juara Dua Kali Liga Indonesia yang Terperosok ke Liga 3

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ironi Persik Kediri, Juara Dua Kali Liga Indonesia yang Terperosok ke Liga 3

Nasib nahas dialami Persik Kediri, sempat diprediksi bisa promosi ke Liga 1, tim berjuluk Macan Putih itu malah terperosok ke Liga 3, dalam artian Persik terdegradasi dari kompetisi Liga 2. Kekalahan tipis 0-1 yang dialami Persik dari PSIR Rembang dalam pertandingan Play-off Liga 2 2017 menjadi penyebab terdegradasinya Persik ke divisi 3.

Sebab dengan kekalahan tersebut Persik harus menyerahkan posisi puncak Grup F kepada PSIR. Ironis tentunya, seperti sudah disebutkan di atas Persik memang sempat di gadang-gadang menjadi kandidat kuat untuk promosi ke Liga 1.

Performa Persik di pekan-pekan awal Liga 2 bisa dibilang impresif, terutama di putaran pertama babak penyisihan Grup 6 Liga 2. Enam pertandingan dilewati dengan hasil tiga menang, dua imbang, dan satu kalah. Bahkan mereka juga sempat menduduki posisi pertama di Grup 6.

Begitu pun saat mengawali putaran dua, Persik mampu meraih dua kemenangan beruntun namun akhirnya kalah dua kali berturut-turut. Ada penurunan performa yang ditunjukkan tim asuhan Bejo Sugiantoro itu di putaran kedua, yang kemudian membuat kesebelasan lain seperti PS Mojokerto Putra dan Kalteng Putra bisa menggusur posisi Persik dari posisi dua besar.

Impian untuk bisa menembus babak 16 besar pun akhirnya sirna, setelah Persik kalah saing dengan Persewangi dan kalteng Putra. Di tabel klasemen akhir Grup 6 Persik harus puas duduk di posisi tiga, tertinggal satu poin dari Kalteng Putra di peringkat kedua dengan 21 poin.

Hasil tersebut membuat Persik gagal melaju ke 16 besar yang merupakan salah satu step sebelum promosi ke Liga 1. Ketika harapan promosi dipastikan sirna, mereka juga harus menghadapi ancaman degradasi. Beruntung Persik duduk di posisi tiga, hingga kesempatan untuk bertahan di Liga 2 masih bisa diraih melalui jalur play-off.

Di babak play-off, Persik tergabung di grup F bersama PSIR, PS Bangka, dan Yahukimo FC. Secara kualitas Persik jauh lebih diunggulkan untuk bisa melewati babak play-off dengan hasil yang memuaskan. Setidaknya hal tersebut bisa dilakukan Persik dalam dua pertandingan awal, mereka bermain imbang melawan Yahukimo, kemudian meraih kemenangan atas PS Bangka.

Tambahan empat poin, membuat Persik duduk di puncak klasemen sementara. Hingga akhirnya Persik harus bertemu PSIR, yang kemudian menjadi mimpi buruk mereka setelah Pemain Laskar Dampo Awang, Muh Choirunasichin mencetak gol pada menit 82, yang tak mampu dibalas Persik. Padahal bila gol tersebut tak tercipta, Persik dipastikan bertahan di Liga 2.

Sejarah Indah Persik Kediri di Liga Indonesia

Namun apa mau dikata, Persik harus menelan kekalahan yang membuat mereka pun terlempar ke Liga 3. Tentunya, ini menjadi ironi tersendiri bagi Persik yang pernah menjadi salah satu kesebelasan besar di Liga Indonesia yang merupakan kompetisi level utama Indonesia. Macan putih bisa dibilang sebagai kesebelasan sarat prestasi terutama dalam rentang tahun 2003 hingga 2006.

Meski sejak awal berdiri pada tahun 1950 mereka lebih banyak bermain di divisi bawah sepakbola nasional, Persik kemudian bertransformasi menjadi salah satu kesebelasan menakutkan di era awal 2000-an. Saat itu mereka tampil di divisi 1, performa apik yang ditunjukkan membuat Persik akhirnya promosi ke Liga Indonesia atau divisi utama sepakbola Indonesia tiga tahun kemudian.

Ketika tiket promosi berhasil digenggam pada tahun 2002, Persik memiliki tekad kuat agar mereka tak hanya numpang lewat saja di Liga Indonesia. Maklum kala itu trend-nya memang banyak sekali kesebelasan yang baru promosi hanya bertahan semusim saja.

Disokong dengan modal yang kuat, Persik kemudian melakukan manuver dengan mendatangkan pemain-pemain berkualitas agar bisa bertahan di Liga Indonesia. Saat itu, mereka juga ditangani Jaya Hartono sebagai pelatih, sebelumnya Jaya menjabat sebagai asisten Sinyo Aliando.

Terbukti, upaya yang dilakukan manajemen di awal musim pun tak sia-sia. Persik bukan hanya bertahan di Liga Indonesia, mereka bahkan sukses menggondol gelar juara. Pencapaian luar biasa tentunya, di mana kesebelasan yang baru saja promosi ke liga utama Indonesia langsung menggebrak dengan gelar juara berhasil direngkuh.

Tak ayal hal tersebut kemudian membuat mereka menjadi salah satu kekuatan besar sepakbola Indonesia kalai itu. Sempat ada penurunan prestasi yang dialami Persik di musim berikutnya, dengan menduduki posisi sembilan di klasemen akhir Liga Indonesia 2004.

Namun setelahnya, Persik kembali bangkit dengan menembus babak delapan besar di musim 2005. Persik semakin menggeliat, semusim kemudian pada 2006, Persik yang dilatih Daniel Roekito dan pemain-pemain kenamaan seperti Cristian Gonazales, Ronald Fagundez, Danilo Fernando, hingga Budi Sudarsono kembali meraih gelar juara Liga Indonesia untuk kali kedua.

Juara Liga Indonesia 2 kali, Persik Kediri, resmi terdegradasi ke Liga 3 setelah kalah dari PSIR dalam laga play-off.

A post shared by PanditFootball.com (@panditfootball) on

Setelah itu, Persik semakin bertaji, komposisi pemain yang dihuni oleh rata-rata pemain bintang sepakbola Indonesia membuat mereka pun stabil di Liga Indonesia. Masuk ke era Liga Super Indonesia, Persik semakin menggila dalam urusan menambal sulam skuat. Di era pertama Liga Super, Persik memboyong beberapa pilar PSMS Medan, yang sebelumnya tampil sebagai runner-up Liga Indonesia.

Beberapa pemain seperti Mahyadi Panggabean, Saktiawan Sinaga, Markus Horison, Legimin Raharjo, dan Usep Munandar berhasil diboyong untuk melengkapi skuat bertabur bintang mereka yang sebelumnya. Namun prestasi gagal diraih, lebih parah mereka juga mulai dilanda krisis finansial. Hal yang membuat beberapa pilar dilego ke klub lain di putaran kedua, salah satunya Gonzales yang dipinjamkan ke Persib Bandung kala itu.

Krisis finansial membuat Persik seakan tak lagi berdaya pada musim 2009/2010 mereka kemudian terdegradasi ke divisi utama. Tiga tahun berkutat di kompetsisi level dua Indonesia, Persik akhirnya promosi lagi. Namun karena saat itu masalah krisis finansial belum teratasi mereka kembali turun ke divisi utama.

***

Setelah lama tenggelam, Persik yang sempat menggenggam asa untuk bisa kembali berkompetisi di level tertinggi kompetisi sepakbola Indonesia pun harus mengubur mimpinya itu, setelah mereka dipastikan terdegradasi ke Liga 3. Satu hal yang miris, mengingat mereka juga pernah menjadi kesebelasan besar di Liga Indonesia dengan segudang prestasi yang pernah dicapai.

Foto: Liga-Indonesia.id

Komentar