Insiden Bola Pantai Liverpool

Backpass

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Insiden Bola Pantai Liverpool

Bicara tentang gol aneh yang masih terlihat unik sampai sekarang, maka kita tidak bisa berpaling dari sesuatu yang terjadi pada 17 Oktober 2009. Pada sebuah pertandingan Liga Primer Inggris di Stadium of Light, Sunderland mencetak satu-satunya gol di laga tersebut ke gawang Liverpool pada menit kelima.

Darren Bent mengklaim gol tersebut adalah miliknya. Tapi jika kita perhatikan secara seksama, sebuah bola pantai berwarna merah dengan logo Liverpool adalah penyebab gol yang bersarang ke gawang Pepe Reina tersebut.

Gol tersebut sampai sekarang dikenal dengan sebutan “insiden bola pantai Liverpool”.

Seperti yang terlihat pada gambar di atas, bagaimana mungkin ada sebuah bola pantai berwarna merah nyentrik berada di depan gawang tanpa ada yang cukup peduli untuk menyingkirkannya?

Seorang bocah yang saat itu berusia 16 tahun, Callum Campbell, adalah orang yang dianggap bertanggung jawab atas keberadaan bola pantai tersebut. Ironisnya, Campbell adalah pendukung Liverpool.

“Itu adalah [ulah] aku,” katanya setelah pertandingan. “Aku yang melakukannya. Aku yang tertangkap kamera. Aku sangat, sangat minta maaf. Ini adalah mimpi burukku yang sangat, sangat buruk.”

“Ketika aku sampai ke rumah, aku ke kebun dan muntah. Aku sakit secara fisik, dan itu sebelum adanya ancaman-ancaman pembunuhan yang muncul di internet di hari selanjutnya.”

Jutaan orang melihat bola yang ditendang Bent memantul atau terdefleksi oleh bola pantai merah tersebut, sehingga mengecoh Reina. Video itu juga sudah diabadikan di YouTube dan menjadi salah satu kejadian yang sangat kocak, kecuali untuk para pendukung Liverpool saat itu.

Tidak heran, ancaman-ancaman pembunuhan kepada Campbell muncul dengan berlebihannya pasca kekalahan Liverpool tersebut.

Kronologi insiden yang membuat Callum Campbell sampai mendapat ancaman pembunuhan

Kejadiannya adalah ketika sebelum sepak mula, bola pantai tersebut dimainkan dan dilempar-lempar oleh penonton hingga sampai kepada Campbell. Ia kemudian memukul bola tersebut ke dalam lapangan, sebelum pertandingan dimulai.

Sampai sepak mula dilakukan dan Sunderland menyerang di menit kelima, entah bagaimana bisa kemudian bola pantai itu sampai di depan gawang Reina.

“Aku menontonnya berulang kali, dan aku masih tidak bisa memahami bagaimana itu bisa terjadi,” kata Campbell, dikutip dari Mirror. “Tapi ibuku berkata jika itu bukan salahku, dan itu yang aku harus percaya. Wasit seharusnya tidak membolehkan gol itu terjadi. Aku hanya berharap pendukung yang sesungguhnya mengerti dan memaafkanku.”

“[Apa yang ada di] televisi seolah menunjukkan jika aku meluncurkan bola pantai itu ke dalam lapangan dan kemudian langsung [menyebabkan] benturan dengan bola pertandingan,” katanya. “Tapi sebenarnya adalah, [saat aku memukul bola ke dalam lapangan] pertandingan belum dimulai. Kedua tim baru keluar [lorong pemain]. Dan bola pantai itu bahkan bukan milikku. Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya.”

Kronologi kejadian seorang bocah memukul bola pantai merah ke dalam lapangan. Terjadi sebelum sepak mula, menit yang ditunjukkan (24) adalah menit saat replay dilakukan

“Para penonton memantul-mantulkannya di atas kepala mereka, kemudian ketika giliranku, aku hanya membuat pukulan keras dan memukulnya ke arah lapangan. Setelah itu angin membawanya ke [dekat] jaring.”

“Aku heran itu tetap di sana. Hanya dibutuhkan beberapa detik bagi seseorang untuk menyingkirkannya, atau menginjaknya sehingga menjadi kempis, tapi tidak ada yang merasa terganggu. Dan kemudian itu mulai menggelinding. Benar-benar momen yang salah.”

“Tapi aku mengakuinya, aku seharusnya tidak melemparnya ke arah lapangan.”

Pendukung Liverpool yang tidak terima dengan kelakuan Callum Campbell langsung menyerangnya di internet. Campbell pun mengurung diri di kamar selama dua hari. Ia menerima cacian dan ancaman seperti “Leave town kid – stay home or you’re dead! (Tinggalkan kota, bocah – tinggal di rumah atau kamu mati!)”,“Get a coffin ready (Siapkan peti mati)”, dan lain sebagainya.

Awalnya Campbell takut, tapi setelah memerhatikan lebih detail, ancaman-ancaman itu kebanyakan datang dari para pendukung Liverpool dari luar Inggris seperti Amerika dan Australia, sehingga membuatnya bisa mengacuhkannya.

“Aku tahu pendukung [Liverpool] yang sesungguhnya tidak akan mengancamku seperti itu,” tutupnya.

Foto Callum Campbell, pelempar bola pantai merah ke dalam lapangan - sumber: Mirror, 2009

Komentar Rafael Benítez dan Darren Bent

Mengomentari gol tersebut, manajer Liverpool saat itu, Rafael Benítez, tidak ambil pusing dengan menyalahkan Campbell maupun bola pantai merah itu. “Hal-hal seperti ini terjadi,” kata manajer asal Spanyol tersebut.

“Itu adalah situasi khusus, tapi kami memang tidak bermain baik,” kata manajer yang saat ini menukangi Newcastle United tersebut. “Gol itu mengubah pertandingan tapi kami tidak bermain baik, membuat banyak kesalahan, dan memberikan lawan bola terlalu sering. Mereka bermain baik pada saat serangan balik.”

“Hal-hal seperti ini bisa terjadi di banyak pertandingan. Itu adalah situasi yang buruk untuk kami karena bola [pantai] berada di tengah dan berpengaruh [kepada gol] tapi lagi-lagi aku akan berkata kalau kami tidak bermain baik. Itu adalah hal yang penting untukku,” tutup Benítez.

Sang pencetak gol, Darren Bent, juga ikut berkomentar. “Kami menang 1-0, dan yang semua orang bicarakan adalah gol bola pantai. Pada saat [gol] itu, aku tidak kepikiran sama sekali,” kata Bent. “Aku mulai berpikir itu agak aneh. Aku tidak benar-benar tahu kalau bola [tendanganku] menghantam bola pantai.”

“Yang aku ingat adalah melihat Pepe Reina melihat ke arah lain dan bola meluncur di atas pundaknya. Tentu saja aku [mengklaim gol itu],” kata penyerang yang saat ini bermain di Derby County tersebut.

“Sangat menarik. Kami tidak bisa melihat apa yang terjadi saat itu. Aku pikir saat itu wasit dan hakim garis sedang berdiskusi apakah itu offside atau tidak. Aku tidak sadar itu menghantam bola pantai sampai setelahnya dan aku tidak tahu peraturan yang mengatakan jika itu seharusnya menghasilkan drop ball, alih-alih gol,” katanya.

Melihat insiden dari laws of the game

Berdasarkan laws of the game, bola pantai merah berlogo Liverpool itu digolongkan kepada benda asing yang masuk ke dalam lapangan, sehingga jika itu mengenai bola pertandingan, maka harus dilakukan drop ball. Akan tetapi, wasit Mike Jones yang sebenarnya secara jelas melihat hal tersebut justru mengesahkan gol itu.

Setelah itu, seorang juru bicara Liga Primer Inggris berbicara jika seharusnya wasit menghentikan pertandingan sedini mungkin ketika ia sadar bola pantai merah tersebut berada di dalam lapangan pertandingan. “Bagaimanapun, kesulitannya akan terjadi jika ia tidak melihatnya sampai itu dihantam oleh bola pertandingan,” ujar pernyataan dari Premier League.

Mantan wasit Liga Primer, Jeff Winter, juga mengamini jika gol seharusnya dianulir. “Berdasarkan tulisan di law[s of the game], itu termasuk interfensi benda asing dan drop ball seharusnya dilakukan karena insiden itu,” katanya.

“Kamu harusnya berpikir bagaimana bisa wasit dan asisten-asistennya tidak melihatnya – bahkan ofisial keempat seharusnya melihatnya, meski ia berada jauh dari tempat kejadian.”

Setelah insiden itu, wasit Mike Jones sempat diturunkan levelnya ke Divisi Championship (satu strip di bawah Liga Primer). Namun, hasil pertandingan tidak bisa diubah, begitu juga kisah kocak yang menyebar di internet tidak bisa ditarik kembali.

Hal di atas membuat 17 Oktober dikenal sebagai “Hari Bola Pantai Liverpool”, bahkan diabadikan di sebuah halaman di Uncyclopedia. Life’s a beach.

Komentar