Xabi Alonso Berpotensi Menjadi Pelatih Hebat di Masa Depan

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Xabi Alonso Berpotensi Menjadi Pelatih Hebat di Masa Depan

Pemain beralih profesi menjadi pelatih adalah hal yang lazim terjadi dalam dunia sepakbola. Ada banyak contohnya, beberapa bahkan menuai kesuksesan seperti apa yang dialami Zinedine Zidane saat kini menjabat sebagai manajer Real Madrid.

Pada pertengahan tahun 2017 ini, ada satu mantan pesepakbola lainnya yang telah mengonfirmasi bahwa setelah memutuskan gantung sepatu menjadi pelatih adalah karier selanjutnya yang akan dilakoni. Mantan pesepakbola itu adalah Xabi Alonso yang memutuskan akhir kariernya sebagai pesepakbola pada musim 2016/2017 lalu bersama Bayern Muenchen.

Melalui sebuah video yang diunggah melalui akun Instagram-nya (melalui fasilitas Instagram story), Alonso mengungkapkan bahwa setelah 17 tahun menjalani karier sebagai pesepakbola, langkah berikutnya yang akan ia ambil adalah masuk dalam bidang manajerial atau kepelatihan.

Namun belum jelas kesebelasan mana yang akan dituju Alonso, dalam akhir postingan-nya, mantan penggawa Real Madrid itu malah menyuruh khalayak untuk menebak kesebelasan mana yang akan menjadi destinasi karier kepelatihannya itu.

"Setelah 17 tahun dalam permainan, saya telah mempertimbangkan langkah selanjutnya dalam karier saya. Saya telah memutuskan untuk masuk ke bidang manajemen (kepelatihan). Cari tahu (kesebelasan mana) segera," katanya.

Bagaimana kapasitas Alonso sebagai pelatih?

Dari keputusan tersebut, tampak ada kesan optimisme tinggi, bahwa ia bisa sukses menjalani karier sebagai seorang manajer. Saat masih aktif bermain, Alonso tergolong sebagai pesepakbola dengan koleksi trofi yang komplit. Ia hampir selalu mampu meraih gelar juara bersama kesebelasan yang dibelanya.

Sepanjang kariernya, tercatat ada lima kesebelasan yang pernah ia bela. Dari jumlah tersebut, tiga di antaranya berhasil dibawanya meraih gelar juara. Bersama Liverpool, Alonso sukses mempersembahkan gelar Liga Champions dan Piala FA, kemudian di Real Madrid satu titel Liga Champions, La Liga, Piala Super Spanyol, dan dua gelar Copa del Rey pernah diraihnya.

Saat memutuskan hijrah ke Bayern Muenchen pada musim 2014/2015 ia langsung membawa Die Rotten juara Bundesliga. Bahkan akhir kariernya pun ditutup dengan gelar juara kompetisi domestik Jerman itu. Selain di level klub, prestasi pun pernah ditorehkan mantan pemain Real Sociedad ini bersama timnas Spanyol. Tercatat, satu gelar Piala Dunia dan Piala Eropa berhasil ditorehkan bersama La Furia Roja.

Baca juga: Holding Midfielder Lebih Kompleks dari Gelandang Bertahan

Melihat data tersebut Alonso merupakan pesepakbola sarat prestasi, lebih dari pada itu pengalaman tampil diberbagai kesebelasan dan juga kompetisi seharusnya membuat pemahaman pria berusia 35 tahun tentang sepakbola menjadi lebih luas. Sebab ia sudah bertemu dengan banyak pelatih dengan karakter berbeda, yang membuat wawasannya soal taktik dan strategi permainan menjadi lebih kaya.

Dari sini, terlihat potensi Alonso sebagai pelatih sebenarnya ada. Belum lagi, pengakuan dari mantan rekan setimnya, Steven Gerrard yang saat ini sudah diberi kepercayaan untuk melatih tim U-18 Liverpool.

Dalam bukunya yang berjudul My Story, mantan kapten Liverpool mengungkapkan bahwa Alonso sebagai pribadi yang memiliki pemahaman mendalam soal sepakbola. Sering kali ia dan Alonso berbincang mengenai sepakbola, apakah itu soal permainan atau hal apapun yang berhubungan dengan permainan 11 lawan 11 itu.

“Seandainya suatu saat saya menjadi Manajer Liverpool, saya tahu siapa sosok yang akan mendampingi saya sebagai Asisten. Xabi Alonso atau Jamie Carragher. Mereka pria yang cerdas dan memiliki pemahaman sepakbola yang sangat baik. Mereka adalah dua sosok yang sangat spesial,” tulis Gerrard dalam bukunya itu.

Banyak gelandang bertahan yang kemudian menjadi manajer sukses

Modal lain yang bisa membuat Alonso meraih kesuksesan sebagai pelatih adalah posisinya sebagai gelandang bertahan, saat masih aktif sebagai pesepakbola. Mungkin ini bukan garansi bagi Alonso pasti bisa sukses sebagai pelatih hanya karena ia memainkan posisi sebagai gelandang bertahan saat masih menjadi pemain.

Namun data yang ada, rata-rata pelatih sukses yang sebelumnya merupakan pesepakbola, saat aktif bermain ia berposisi sebagai seorang gelandang bertahan. Contohnya, kita bisa melihat Carlo Ancelotti, Pep Guardiola, Fabio Capello, Rafael Benitez, Roberto di Matteo, hingga Vicente del Bosque yang notabene semasa menjadi pemain para pelatih sukses itu berposisi sebagai gelandang bertahan.

Bahkan, penemu permainan Catenacio, Nerreo Rocco dan Helenio Hererra pun berposisi sebagai gelandang bertahan. Dari sana terlihat bahwa umumnya seorang gelandang bertahan akan memiliki intelejensi yang baik soal permainan sepakbola.

Hal tersebut bisa sangat diwajari, mengingat seorang gelandang bertahan diharuskan memiliki kemampuan membaca permainan yang bagus, entah itu permainan lawan, atau tim sendiri. Saat tim dalam kondisi diserang lawan, tugas utama dari gelandang bertahan adalah memutus alur serangan lawan dari lini pertama, sebelum bola memasuki area pertahanan sendiri.

Baca juga: Luis Milla, Mantan Gelandang (Bertahan), dan Para Pelatih Hebat

Seorang gelandang bertahan memiliki kemampuan membaca arah permainan lawan dengan baik. Selain itu, saat tim dalam kondisi menyerang, khususnya di sepakbola modern, seorang gelandang bertahan pun dituntut mampu menjadi distributor bola yang andal. Artinya, ia akan menjadi andalan sebagai orang pertama saat tim akan membangun serangan.

Kesimpulannya, seorang gelandang bertahan ulung memiliki kemampuan melihat ruang yang baik. Seorang gelandang bertahan adalah penentu kontrol permainan sebuah kesebelasan. Sebab mereka yang seharusnya paling sering memerhatikan semua sudut di lapangan untuk mengalirkan serangan atau memutus aliran serangan lawan. Kemampuan tersebut, kemudian berpotensi membuat seorang gelandang bertahan memiliki kecerdasan dalam menentukan arah permainan yang bagus.

Ke mana Alonso akan berlabuh?

Pertanyaan selanjutnya, kesebelasan mana yang akan dituju Alonso dalam pengembaraan barunya sebagai pelatih? Ada banyak spekulasi soal itu semua, namun melihat pengalaman Alonso yang terbilang minim, ia bisa memulai dengan menangani tim junior terlebih dahulu, meniru apa yang dilakukan oleh Zidane. Sebelum membesut tim senior Madrid ia tercatat sebagai pelatih Castilla (tim muda Madrid). Hal tersebut juga dilakukan Steven Gerrard yang saat ini menangani tim muda Liverpool.

Setelah mendapat pengalaman melatih di tim junior, Alonso bisa naik strata menjadi asisten pelatih. Dari sana, ia bisa meniru apa yang dilakukan Zidane yang juga melanjutkan karier sebagai asisten pelatih bagi Carlo Ancelotti kala itu. Menjadi seorang asisten akan membuat pengetahuan taktik dan strategi permainannya akan semakin bertambah banyak. Lihat saja Zidane, setelah mendapat banyak ilmu dari Ancelotti ia kemudian menjadi sosok manajer fenomenal di Santiago Bernabeu.

Soal klub, beberapa opsi bisa diambil, seperti menangani Real Sociedad. Mengingat ia adalah mantan pemain Sociedad, sepertinya klub berjuluk Txuri-urdinak itu akan bermurah hati untuk memberi satu tempat bagi Alonso di tim junior atau bahkan senior. Memang tidak akan semudah itu, tapi siapa tahu saja.

Selain itu, kembali ke Liverpool juga akan sangat potensial bagi Alonso. Ia bisa mendampingi Gerrard menangani tim U18 di klub asal Merseyside itu. Saat masih aktif bermain, duet Gerrard dan Alonso di lini tengah Liverpool begitu padu, tentunya bukan hal mustahil bila keduanya kembali berduet sebagai pelatih. Apalagi, dalam bukunya Gerrard juga mengaku sangat senang bila Alonso mau membantunya saat karier kepelatihan bisa dicapainya saat ini.

Ada banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa diambil Alonso dalam meneruskan karier kepelatihannya itu. Menarik melihat kelanjutan cerita karier Alonso ke depan, terpenting tentunya melihat apakah Alonso juga bisa menuai kesuksesan sebagai pelatih, atau malah sebaliknya?

Komentar