Kritik dan Sindiran Membuat Balotelli Semakin Tajam dan Dewasa

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Kritik dan Sindiran Membuat Balotelli Semakin Tajam dan Dewasa

Mario Balotelli sukses membuktikan kapasitasnya ketika membela OGC Nice selama musim lalu. Penyerang Italia tersebut mampu mengemas 17 gol dari seluruh penampilannya di berbagai ajang yang diikuti Nice. Sejumlah 15 gol yang dicetak di Ligue 1 2016/2017 pun berhasil membawa kesebelasannya itu di peringkat tiga klasemen akhir.

Peringkat itu memberikan hak bagi Nice untuk menantang kualifikasi Liga Champions 2017/2018. Rasa terima kasih Nice kepada Balotelli pun diwujudkan dengan sodoran perpanjangan kontrak baru yang ditandatangani pada Juni lalu. Sebelumnya, ia cuma dikontrak satu tahun setelah direkrut dari Liverpool. Perpanjangan kontrak itu memastikan Balotelli bertahan di Nice walau sempat ada ketertarikan dari Borussia Dortmund, Las Palmas dan Torino selama bursa transfer musim panas lalu.

Atas torehan dan perpanjangan kontrak itu, musim lalu adalah musimnya Balotelli. Namun ia justru disalahkan atas kegagalan Nice melewati fase kualifikasi Liga Champions 2017/2018. Setelah menyingkirkan Ajax Amsterdam, Balotelli harus absen saat pertandingan leg pertama melawan Napoli karena cedera hamstring. Selain Balotelli, Wesley Sneijder juga tidak bisa dimainkan karena baru didatangkan Nice.

Alhasil Nice harus takluk di kandang Napoli dengan skor 2-0. Dua pemain itu baru bisa dimainkan Nice ketika leg kedua di kandang mereka sendiri, Stadion Allianz Riviera. Barulah pada leg kedua itulah Balotelli disalahkan pelatihnya, Lucien Favre, dan pendukung Nice. Pada laga itu Balotelli bermain lambat dan tidak mampu mencetak gol. Bahkan ia tidak mampu menciptakan peluang yang benar-benar membahayakan Napoli.

Aksi Balotelli yang menonjol justru hanya berdebat dengan asisten wasit karena masalah kain yang membalut di tangannya. Pada perdebatan itu justru gawang kesebelasannya kebobolan oleh Jose Callejon pada akhir babak kedua. Permainan Balotelli pun cuma bertahan hingga menit 77 karena ditarik keluar dan mendapatkan cemoohan dari pendukung kesebelasannya sendiri. Semakin panas karena Napoli menggandakan keunggulan sehingga skor 2-0 berakhir untuk kekalahan Nice.

Napoli pun unggul agregat 4-0 dan Nice harus gagal mengikuti Liga Champions dan terlempar ke Liga Europa 2017/2018. Favre pun menyalahkan Balotelli ketika konferensi pers usai pertandingan. Sebetulnya ia tidak ingin terlalu banyak berkomentar tentang penyerang asal Italia tersebut. Tapi jelas-jelas Favre mengaku sangat tidak puas kepada penampilan Balotelli saat itu.

"Mario Balotelli seperti tidak berada di dalam permainan kami," cetus Favre. "Ketika kau punya satu atau dua pemain yang tidak bisa melakukan apapun di lapangan, itu mustahil untuk mengalahkan siapapun, termasuk di Ligue 1. Jujur, seharusnya saya menarik dia keluar secepatnya. Dia tidak bisa berlari. Dia tidak cukup berkontribusi. Kami bermain lebih baik ketika kami memberikan tempat untuk pemain muda itu (Knepe Ganago) pemain yang tidak banyak diketahui."

Ternyata Balotelli menjawab kritik dari Favre dan para pendukung Nice. Ia mengaku sudah melakukan yang terbaik pada pertandingan tersebut. "Pertandingan terakhir (melawan Napoli) saya masih terluka dan saya ingin cepat kembali, tapi saya masih 50%. Saya mempercepat kembali ke lapangan karena saya sangat ingin membantu. Seperti yang kalian semua lihat, saya tidak mampu melakukannya," terangnya seperti dikutip dari ESPN FC.

Balotelli pun tidak dimainkan pada pertandingan berikutnya ketika bertandang ke Amiens SC di ajang Ligue 1. Nice pun harus menelan kekalahan tiga gol tanpa balas. Selanjutnya, Nice harus menghadapi lawan yang lebih berat, yaitu juara bertahan AS Monaco. Favre pun kembali memainkan Balotelli. Tapi keputusannya saat itu tidak salah karena Balotelli sanggup memborong dua gol kemenangan Nice dengan skor 4-0.

Balotelli pun menebus kesalahannya di ajang Eropa ketika bertandang menghadapi SV Zulte-Waregem. Balotelli mencetak satu gol dan satu asis pada laga yang dimenangkan Nice dengan skor 5-1 saat itu. Terakhir, ia menjadi penentu kemenangan Nice atas tuan rumah Rennes atas gol semata wayangnya. Bahkan gol itu dicetak cukup indah melalui tendangan keras langsung setelah mendapatkan umpan terobosan dari Alassane Plea pada menit 79.

Barulah Balotelli mendapatkan pujian yang sempat hilang pada awal musim ini dari Favre maupun pendukung Nice. "Gol Mario? Gol itu sangat indah. Di dalam kasus ini, tidak ada pemain tengah yang muncul ke depan, tapi dia (Balotelli) pergi ke sana sendirian," puji Favre kepada penyerangnya itu seperti dikutip dari le10sport.

Kontribusi Balotelli itu muncul setelah penyesalannya ketika bermain buruk menghadapi Napoli. Tapi setelah pertandingan itu ia memberikan alasan yang cukup jelas bahwa cederanya belum sepenuhnya sembuh. Artinya, Balotelli dipaksakan bermain oleh Favre dan justru disalahkan atas tersingkirnya Nice dari kualifikasi Liga Champions musim ini. Favre baru memuji kembali Balotelli setelah gol semata wayangnya yang indah ke gawang Rennes.

Di sisi lain, Balotelli juga memperlihatkan kedewasaannya. Hal itu terlihat dari pendapatnya tentang pertikaian antara Edinson dengan Neymar ketika saling berebut eksekusi tendangan bebas Paris Saint-Germain (PSG). Insiden itu ditanggapi melalui aplikasi story pada akun instagramnya dengan mengunggah halaman depan koran L`Equipe dengan tulisan, "Neymar, kamu tidak perlu meminta tendangan [penalti] itu". Tersirat ia ingin mengatakan bahwa jika kemampuan seorang pemain layak untuk menendang penalti, maka pemain tersebut akan diinstruksikan menendang penalti, bukan memintanya.

Kritik dan pandangan itu memang terlihat menyindir secara konyol. Namun itulah Balotelli yang memiliki kesan nyeleneh dari setiap kritikannya. Terkadang banyak orang yang menganggap kritikan-kritikannya itu kontroversial. Tapi nyelenehnya sindiran Balotelli lebih bermakna saat ini. Seperti terkait dengan insiden antara Cavani dengan Neymar. Apalagi ia pernah menengahi perebutan penalti antara Daniel Sturridge dengan Jordan Henderson yang menjadi awal kedewasaannya.

Sumber lain: ESPN FC, Mirror, The Guardian

Komentar