Menipu Lawan adalah Pelanggaran

Berita

by redaksi

Menipu Lawan adalah Pelanggaran

Pertandingan pekan kedua Liga Primer Inggris memang sudah lama berlalu. Tapi ada satu kejadian yang membekas sampai sekarang, yaitu saat Watford menang 2-0 atas Bournemouth. Pada saat itu, Watford sedang menguasai bola saat kedudukan masih 0-0. Gelandang Nathaniel Chalobah sedang ingin menerima operan dari area sayap. Jika ia menerima bola tersebut, posisinya tepat di bagian dalam kotak penalti, tak terkawal, sangat menguntungkan untuk menembak bola dan mencetak gol.

Akan tetapi bukannya menerima bola tersebut, ia malah membiarkan bola tersebut melewatinya. Bahasa kita mungkin me-loss-kan bola. Masalahnya, bola yang dibiarkan lewat tersebut justru berakhir di kaki pemain Bournemouth, Harry Arter.

Ada unsur antara sengaja atau tidak sengaja dari Chalobah. Mantan gelandang Chelsea tersebut sebenarnya sengaja melepaskan bola yang ingin ia terima tersebut karena mendengar ada pemain di belakangnya berkata `leave it` (biarkan) kepadanya. Situasi ini biasanya terjadi jika pemain yang berkata `leave it` tersebut adalah rekannya yang berada di posisi yang lebih menguntungkan.

Tapi, ia juga tidak tahu jika pemain yang berkata `leave it` tersebut ternyata adalah lawannya. Arter berhasil menipu Chalobah. Kejadiannya sesederhana dan sejujurnya sekocak itu. Tapi Chalobah sangat tidak terima dengan kejadian tersebut.

Pertanyaannya, apakah Arter cerdas atau ia justru curang dengan berlaku tidak sportif?

Secara teknis, perbuatan Arter tersebut bertentangan dengan aturan FA. Pada peraturan FA, wasit seharusnya memberikan tendangan bebas tidak langsung untuk Watford karena Arter (pemain Bournemouth) sudah mendistraksi atau ngibulin lawan melalui verbalnya saat permainan.

Lengkapnya bunyinya begini: There are different circumstances when a player must be cautioned for unsporting behaviour including if a player [...] verbally distracts an opponent during play or at a restart.

Selain itu, ada pasal yang berbunyi: An indirect free kick is awarded if a player [...] is guilty of dissent, using offensive, insulting or abusive language and/or gestures or other verbal offences.

Mengomentari kejadian tersebut, manajer Bournemouth, Eddie Howe, berkelakar jika ia harus mengubah terminologi kesebelasannya jika ia ingin pemainnya membiarkan bola (loss) untuk rekannya.

Para pakar verbal di Inggris berpendapat jika Bournemouth dan Watford memiliki kode atau terminologi yang sama untuk me-loss-kan bola, yaitu `Sid` (bukan `leave it` seperti yang dilaporkan pada berita-berita sebelumnya, termasuk yang ditulis di bagian awal tulisan ini).

"Hal yang sangat sulit dan sangat langka untuk terjadi," kata Howe, dikutip dari Sky Sports. "Kami punya sebuah kata yang kami pakai untuk membiarkan bola."

Ketika ditanya apakah Bournemouth dan Watford memiliki kode atau terminilogi yang sama untuk hal tersebut, Howe berkata bahwa ia tidak tahu. "Aku tidak tahu [kode] apa yang kesebelasan lain biasa pakai. Aku tidak berpikir jika ada satu kata universal yang kesebelasan-kesebelasan gunakan. Mereka akan menggunakan kata yang berbeda."

Ia kemudian berkata jika The Cherries kemungkinan harus mengubah kode untuk membiarkan bola. "Sepertinya aku harus [mengubahnya] sekarang!", katanya sambil bercanda.

Kejadian ini memberikan pelajaran kepada kita untuk tidak ngibulin lawan ketika bermain sepakbola, karena itu dilarang... meskipun sebenarnya itu adalah hal yang lucu.

(dex)

Komentar