Konflik-konflik Dalam Karier Keita Balde

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Konflik-konflik Dalam Karier Keita Balde

Presiden SS Lazio, Claudio Lotito, terkejut ketika Keita Balde mencetak hattrick tercepat di Serie-A yang terakhir kali terjadi 1975 silam. Balde tiga kali menjebol gawang Palermo dalam waktu lima menit pada pertandingan Serie-A 2016/2017 di Stadion Olimpico, Minggu (23/8/2016). Tiga gol yang dicetak Balde itu terjadi pada menit 21, 24 dan 26.

Pemain terakhir yang mencetak hattrick secepat itu di Serie-A adalah Pietro Anastasi ketika memperkuat Juventus melawan Lazio. Sementara tiga gol Balde itu memperbanyak jumlah golnya musim lalu. Total, pemain asal Senegal itu mencetak 16 gol dari 31 pertandingan Serie-A 2016/2017. Jumlah golnya pada musim lalu itu merupakan paling banyak selama karirnya di Lazio yang dibela sejak 2013 lalu.

Tentu catatannya itu membuatnya mendapatkan banyak perhatian dari kesebelasan-kesebelasan lain. Bermain di posisi sayap, masih berusia 21 tahun kala itu, ia bisa mencetak 16 gol dalam satu musim di Serie-A. Lazio bisa saja mendapatkan puluhan juta euro dari penjualan Balde.

Tentu potensi itu merupakan kabar baik bagi Lotito yang dikenal sebagai negosiator yang tangguh. Takkan mudah mendapatkan pemain Lazio karena Lotito selalu memikirkan yang terbaik untuk timnya tersebut. Bahkan klub sekelas Manchester City pun harus merogoh kocek cukup dalam untuk mendatangkan Aleksandar Kolarov dengan harga 17,5 juta euro padahal kontraknya akan segera berakhir.

Sementara itu, kontrak Balde sendiri akan berakhir pada 2018 dan tidak terlihat ada niatannya untuk memperpanjang masa baktinya. Maka dari itu Lotito memutuskan untuk menjualnya pada bursa transfer musim panas 2017 dengan mematok harga 30 juta euro. AC Milan, Internazionale Milan dan Juventus dikabarkan meminati Balde.

Keputusan Lazio untuk menjual Balde membuat mereka tidak membawanya pada laga Piala Super Italia 2017 menghadapi Juventus. Kejadian itulah yang membuat Balde semakin yakin untuk meninggalkan kesebelasan berjuluk Biancoceleste tersebut.

"Tidak adanya panggilan untuk Final Piala Super sangat menyakitkan saya. Ini adalah pertandingan penting pertama musim ini yang telah saya siapkan. Keputusan yang dibuat oleh klub tidak mengindahkan sportivitas, menempatkan saya di dalam posisi yang tidak nyaman secara psikologis. Saat ini saya tidak tahu bagaimana menilai konsekuensi itu," tulis Balde di akun Twitternya.

Peminat Balde pun semakin banyak karena AS Monaco, Napoli, Tottenham Hotspur dan West Ham United ikut menginginkannya. Juventus pun sempat memanfaatkan situasi tersebut dengan berbicara kepada Lotito setelah pertandingan Piala Super Italia. Maka Balde santer diberitakan akan gabung Juventus.

Namun kepindahan Balde ke Juve tak kunjung terlaksana. Nyatanya, justru Monaco-lah yang berhasil mengontrak Balde selama lima musim ke depan. Tak seperti negosiasi yang cukup alot antara Juve dan Lazio, Monaco yang mendapatkan 177 juta euro dari penjualan pemain pada musim panas ini, tak ragu menyanggupi permintaan Lazio sebesar 30 juta euro untuk Balde.

Memang sebetulnya keajaiban kecil jika Balde masih berada di Lazio musim depan, mengingat banyaknya konflik antara Balde dengan pelatih-pelatihnya terkait tuntutan transfernya. Sejak melakukan debut pada 2013 lalu, hubungannya dengan pelatih-pelatih Lazio seperti Vladimir Petkovic, Edy Reja dan Stefano Pioli tidak pernah ideal. Nama terakhir membuat situasi lebih rumit karena jarang memainkan Balde pada musim 2014/2015.

Kabarnya, Pioli tidak menyukai permainan Balde yang jarang membantu pertahanan. Pada akhirnya Balde kehilangan kesabarannya saat dibangkucadangkan Pioli ketika Lazio menghadapi Juventus di Piala Super Italia 2015. Usai laga, ia mendesak kepada agennya agar berbicara tentang transfernya kepada Lotito. Agen Balde pun mengungkapkan keinginan kliennya tersebut pada media.

Pada bursa transfer musim panas lalu pun Balde kembali menuntut dijual. Bahkan ia melewatkan latihan pramusim dan mengaku cedera pada pertandingan pertama Serie-A 2016/2017 melawan Atalanta. Padahal, saat itu tim medis Lazio mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan cedera Balde. Tapi Balde mengaku tak mengada-ada. "Saya tidak akan membiarkan orang-orang meragukan kata-kata saya," cetusnya.

Komentarnya itu mengundang peperangan statement dengan Lazio. "Balde mengeluarkan serangkaian pernyataan yang sangat agresif dan ofensif terhadap klub dan eksekutif untuk tujuan memfasilitasi transfer. Kami bermaksud untuk melindungi kredibilitas kami," tulis pernyataan Lazio.

Balde memang dikenal tidak bisa menolerir apapun yang membuat perasaannya terluka. Hal itu juga yang menjadi salah satu cerita mengapa ia bisa mendarat di Lazio sekitar empat tahun lalu. Padahal ia dianggap sebagai salah satu bakat terbaik akademi La Masia di Barcelona. Tapi di sana, ia dihukum karena usil menaruh es ke tempat tidur rekannya. Hasilnya, Balde harus rela dikirim ke Cornella pada usia 15 tahun.

Rupanya Balde mampu mencetak banyak gol di Cornella. Barcelona pun memanggilnya kembali satu tahun kemudian. Tapi Balde justru menolaknya. Ketika bergabung dengan Cornella, ia merasa terusir dari Barcelona. Ia pun memilih untuk tidak kembali dan pergi ke Lazio dengan harga 300 ribu euro.

Pindah ke Lazio ternyata tak membuat Balde begitu kerasan. Padahal tak seperti dengan pelatih-pelatih Lazio sebelumnya, Balde cukup akur dengan Simone Inzaghi. Tak mengherankan karena Inzaghi dan Balde sudah bekerja sama di skuat junior pada empat tahun lalu. Inzaghi mampu meyakinkan Balde untuk lebih bertanggung jawab di lapangan.

Tapi Balde tampaknya tak ingin lagi berbakti untuk Inzaghi ataupun Lazio. Pada dasarnya ia masih mencari tempat yang benar-benar nyaman untuknya. Karenanya, ia dengan mantap hati meninggalkan Lazio dan memulai petualangan barunya di Monaco.

Komentar