Perubahan Taktik Inter Berhasil Memancing Kekalahan AS Roma

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Perubahan Taktik Inter Berhasil Memancing Kekalahan AS Roma

Internazionale Milan berhasil meneruskan hasil positif di Serie-A 2017/2018 dengan kemenangan tiga gol. Kali ini korbannya adalah tuan rumah AS Roma saat menjalani pertandingan giornata kedua di Stadion Olimpico, Minggu (27/8). Inter menang dengan skor 3-1 yang mulanya Roma unggul terlebih dahulu melalui gol Edin Dzeko pada menit 15`. Kemudian Inter berhasil membalikan keadaan dengan tiga gol yang dicetak Mauro Icardi pada menit 67` dan 77`, ditambah Matias Vecino yang merobek jala Roma pada menit 87`.

Formasi dan Line Up

Roma mengalami krisis full-back kanan pada laga ini. Tiga pemainnya yaitu Bruno Peres, Rick Karsdorp maupun Abdulahi Nura tidak bisa dimainkan karena mendapatkan cedera. Alhasil, Juan Jesus dipaksakan menjadi full-back kanan pada formasi 4-3-3 yang diterapkan Roma.

Sementara Inter yang datang ke Stadion Olimpico dengan kekuatan penuh, melakukan rotasi dengan mencadangkan Marcelo Brozovic. Posisinya di gelandang serang diisi Borja Valero yang bisa bermain di antara poros ganda pada formasi 4-2-3-1. Posisi yang biasa ditempati Valero digantikan Roberto Gagliardini.

Perubahan Gaya Bertahan AS Roma Menjadi Bumerang

Inter tidak berkutik selama babak pertama walau tampil menyerang sejak peluit pertandingan dimulai. Hal itu karena Roma menerapkan garis pertahanan rendah menghadapi aliran-aliran bola kesebelasan berjuluk I Nerazzurri tersebut. Pertahanan garis rendah Roma begitu kuat karena kesabarannya merebut bola dari lawan. Kesabaran itu bisa dilihat dari jaraknya mereka dengan pemain Inter yang menguasai bola begitu jauh.

Roma lebih memilih untuk mengintersepsi operan-operan Inter dari tengah dengan melakukan penjagaan kepada penerima bola. Percobaan perebutan bola baru dilakukan kepada pemain Inter yang menerima aliran-aliran dari tengah. Roma pun mengubah gaya bertahannya pada babak kedua. Sejak saat itulah mereka mulai melancarkan pressing ketat kepada Inter. Tapi perubahan itu justru menjadi bumerang bagi Roma karena pressing ketat justru menciptakan celah di lini belakang karena terpancing untuk merebut bola.

Celah itu pun langsung dimanfaatkan Icardi menjadi gol karena mendapatkan ruang menendang bola setelah Fazio terpancing untuk merebut bola. Di sisi lain, pilihan Roma menerapkan pressing ketat sejak Borja Valero diinstruksikan kembali ke posisinya sebagai gelandang poros ganda. Perubahan posisi Valero itu pun karena Luciano Spalletti, Pelatih Inter, mengganti Roberto Gagliardini oleh Joao Mario.

Masuknya Mario diproyeksikan untuk menjadi gelandang serang sehingga Valero harus turun lebih ke belakang. Perubahan posisi Valero berhasil memancing gaya pertahanan Roma yang sabar menjadi lebih agresif mendekati lawan dengan pressing ketatnya. Tekanan yang diberikan kepada Valero karena Roma tidak ingin ia leluasa mengatur tempo permainan atau melepaskan umpan ke kotak penalti dan sisi lapangan karena keleluasaan dari kesebaran gaya bertahan itu sendiri. Alhasil, gaya bertahan Roma itu justru menjadi kebobolan gol penyama kedudukan.


Sisi Kanan Pertahanan AS Roma Dieksploitasi Internazionale Milan

Sabarnya gaya bertahan Roma sendiri karena Di Francesco tidak ingin memaksakan filosofi permainan menyerangnya melalui sayap. Ia sadar bahwa Jesus saat itu tidak bermain di posisi kebiasaannya sehingga pemainnya itu diintruksikan agar bermain bertahan. Apalagi Jesus harus menghadapi Ivan Perisic yang sering membahayakan bagi full-back kanan lawan-lawannya. Percobaan serangan pun sempat dilakukan Jesus, tapi ia justru salah pengertian dengan Gregoire Defrel sehingga bola kerja samanya tidak berjalan dengan baik. Untuk mengakali ketimpangan di sisi kanan itu, Radja Nainggolan terkadang bergerak lebih lebar ke kanan ketika membangun serangan.

Rupanya, Jesus tetap kesulitan menghadapi Perisic walau diperintahkan tetap berada di posisi bertahannya. Jesus pun semakin kesulitan ketika Dalbert Henrique masuk menggantikan Yuto Nagatomo pada menit 56`. Hal itu karena Dalbert lebih diizinkan membantu serangan Perisic ketimbang Nagatomo. Maka dari itulah serangan sisi kiri Perisic lebih hidup sejak dimainkannya Dalbert. Sebelumnya, Perisic seolah bekerja sendirian untuk mengeksploitasi pertahanan sisi kanan Roma. Pemain sayap asal Kroasia itu pun cuma mampu melepaskan umpan silang ketika masih berpatner dengan Nagatomo.

Tapi sejak masuknya Dalbert, sisi kiri Inter mampu melepaskan tujuh percobaan umpan silang dan dua di antaranya berhasil menjadi gol kedua Icardi dan Vecino. Padahal sisi kanan pertahanan Roma tidak seperti di sebelah kiri yang sering ditinggalkan Aleksandar Kolarov karena membantu serangan Diego Perotti. Tapi nyatanya Roma justru harus habis-habisan di sisi kanannya karena tidak memiliki full-back murni pada pertandingan tersebut. Melebarnya Nainggolan pun harus terbagi dua karena mulai memberikan tekanan kepada lini tengah Inter atas perubahan gaya bertahan Roma itu sendiri.

Atas: Grafis Operan Internazionale Milan. Bawah: Grafis umpan silang Internazionale Milan.

Setelah Mencetak Gol, Edin Dzeko Tidak Berkutik

Sudah cukup Dzeko dibiarkan Inter mencetak satu gol pada pertandingan ini. Dzeko bisa mencetak gol pun karena Inter memberikan kelonggaran atas permainan menyerang sejak menit pertama. Tapi selanjutnya Inter tidak ingin membiarkan Dzeko terlalu leluasa di kotak penalti. Spalletti pun menginstruksikan dua bek tengahnya agar bermain lebih rapat dan menjaga Dzeko. Sebelumnya, permainan terbuka Inter memaksa kedua beknya berjarak agak lebar sehingga memberikan ruang bagi Dzeko. Tapi Dzeko pun tidak berkutik ketika dua bek tengah Inter terus memberikan kawalan yang ketat.

Penjagaan seperti itulah yang membuat Perotti sering kebingungan untuk melepaskan umpan silang ke dalam kotak penalti. Dampaknya, ia lebih lama menahan bola dengan skill individu-individunya. Tapi Perotti pun tidak bisa menahan bola terlalu lama karena Danilo D`Ambrosio memerankan defensive full-back kanan untuk terus membayanginya. Perotti semakin dibuat kebingungan ketika Dzeko terlambat naik ke kotak penalti karena rekannya itu terkadang bergerak ke bawah untuk memancing bek tengah Inter.

Alhasil, empat percobaan umpan silang Perotti tidak ada yang tepat sasaran. Satu di antaranya pun mampu diblok D`Ambrosio. Di sisi lain, Roma tidak bisa mengandalkan serangan dari sebelah kanan karena Defrel tidak mendapatkan sokongan dari Jesus yang jarang ikut menyerang serta tugas Nainggolan terbagi dua dengan melancarkan tekanan di tengah. Kontribusi serangan Defrel pun cuma dua kali menciptakan peluang. Kinerja sendirinya itu membuatnya bingung untuk mengalirkan bola ke sepertiga akhir karena kebanyakan mengoper ke belakang akibat tidak adanya full-back kanan yang melakukan overlap ke sepertiga akhir lawan.

Kesimpulan

Sebetulnya Roma bisa memenangkan pertandingan ini. Apalagi Roma berhasil membawa Inter ke permainan mereka sendiri. Bahkan Inter pun sempat dikagetkan tiga kali atas tendangan pemain-pemain Roma yang membentur tiang gawang. Tapi respons cepat Di Francesco karena perubahan taktik Inter justru membuat pola permainan Roma kacau balau. Roma yang mengubah taktiknya karena situasi lawannya itu justru menjadi bumerang tersendiri dan berakibat menjadi kekalahan. Padahal Di Francesco tahu akan risiko perubahan taktiknya karena krisis pemain di sektor full-back kanan.

Komentar