Tidak Pernah Ada Kata Terlambat untuk Away Days

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Tidak Pernah Ada Kata Terlambat untuk Away Days

Oleh: Aldo Fenalosa

Karena away days bukan tentang menuntut kemenangan, melainkan tentang kedewasaan dukungan dan silaturahmi pertemanan.

“Sepakbola Indonesia saya yakini jauh lebih besar daripada sepakbola di belahan Asia Tenggara lainnya. Di Thailand, Anda tak akan bisa menemukan pengalaman melihat ribuan orang dalam beberapa kelompok berangkat menuju laga tandang, yang sesungguhnya hanyalah sebuah pertandingan persahabatan,” tulis Antony Sutton dalam bukunya yang berjudul Sepakbola, The Indonesian Way of Life.

Meski terhitung kalah dalam pencapaian trofi, tapi sepakbola Asia Tenggara masih tetap dimenangkan orang-orang Indonesia bila kita menakar dan berbicara tentang dukungan. Animo menonton dan mendukung tim kesayangan di Indonesia masih belum terkalahkan, bahkan oleh suporter klub-klub Thailand yang liganya kini konon jadi kiblat persepakbolaan negara-negara ASEAN.

Baru-baru ini, operator Liga 1 merilis data jumlah penonton sepanjang putaran pertama Liga 1 2017. Dari 153 pertandingan putaran pertama, ada 1.364.410 orang penonton yang mengokupansi setiap stadion untuk mendukung tim kesayangannya. Bila dirata-ratakan, 8.917 orang berada di satu stadion setiap pertandingannya. Jumlah itu tentu tidak hanya berasal dari penonton-penonton tuan rumah. Ada banyak laga yang turut dihadiri para pendukung tim tandang. Istilah sepakbolanya, away days.

Tapi Anda jangan langsung membayangkan away days seperti di liga-liga modern Eropa yang cukup layak dalam mengakomodir suporter tamu. Di Indonesia, proses away days tidak semudah yang dilakukan para ultras belahan benua biru. Selain karena jarak dan mode transportasi negara kita yang masih belum wallet-friendly, away days dari satu stadion ke stadion lain tidak bisa seenaknya karena tensi dan gesekan antar suporter klub masih kental dalam liga Indonesia.

Namun bagaimanapun juga, sejumlah kelompok suporter seperti Aremania, BCS, Bonek, Jakmania, Pasoepati, dan Viking acap melakukan away days untuk mendukung klub mereka. Belakangan, para suporter Persipura, Bali United, hingga Semen Padang juga tak malu-malu lagi menunjukkan keberadaan mereka di stadion tim lawan. Tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai away days.

Uniknya, semangat away days tidak hanya sebatas ada ketika klub lokal bertanding. Away days juga telah menjalar ke timnas Indonesia. Ingatkah Anda ketika ribuan suporter Indonesia bertandang ke Stadion Bukit Jalil Malaysia dalam final Piala AFF 2010? Atau ketika sejumlah media melaporkan “Rizal Memorial Stadium seperti rumah sendiri bagi pemain timnas. Pasalnya, tribun dipenuhi WNI yang datang dari tanah air ataupun sudah tinggal di Filipina” kala Indonesia kontra Singapura pada November 2016 lalu.

Kompromi hingga korespondensi

Indonesia akan berlaga dalam ajang SEA Games 2017. Seperti yang sudah-sudah, para suporter timnas Indonesia tidak rela para pemain timnas berjuang sendirian di stadion. Melalui jejaring sosial media, korespondensi dijajaki oleh mereka yang membanggakan lambang Garuda di Dada. Mereka meninggalkan logo Monas, Bendungan, Singa, Buaya, Hiu, Kerbau, dan sebagainya demi silaturahmi satu nyanyian yang sama di tribun stadion lawan.

Sejak seminggu sebelum pertandingan perdana timnas di ajang SEA Games, sejumlah wacana away days jadi hal yang dibicarakan di media sosial. Harie Pandiono misalnya, pentolan “One Soul One Nation” ini cukup sibuk berkicau di Twitter mengajak para suporter Indonesia mengembangkan kembali bendera Merah Putih raksasa berukuran 65 x 35 meter di Shah Alam nanti, seperti ketika AFF 2016.

Away days ke Malaysia agaknya tidak terlalu sulit. Sebab, Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara yang bersinggungan langsung secara geografis. Akses darat, laut, maupun udara tersedia untuk ditempuh. Dalam beberapa tahun belakangan, akses udara semakin diminati berkat adanya pesawat low cost yang rutin terbang bolak-balik Indonesia dan Malaysia.

Namun, tidak sedikit kompromi yang harus dimatangkan demi away days. Mulai dari pendanaan hidup dan transportasi hingga izin kuliah/kantor karena banyak match yang digelar saat hari kerja. Away days dalam sebuah turnamen seperti SEA Games atau Piala AFF nyatanya memang membutuhkan hitung-hitungan ekstra dibandingkan away days pertandingan liga saat akhir pekan. Variabel pengeluarannya cukup kompleks, terlebih bagi mereka yang ingin mengawal timnas sejak pertandingan pertama di fase grup.

Tiket pesawat pulang-pergi, penginapan satu hari, makan satu hari, tiket pertandingan pertama, ongkos berangkat ke stadion, ongkos pulang dari stadion, penginapan dua hari, makan dua hari, tiket pertandingan kedua, ongkos berangkat ke stadion, ongkos pulang dari stadion, terus berulang hingga timnas berhasil ke final (atau lebih dulu gugur di babak awal). Away days mengajarkan tentang sebuah perjuangan memberi dukungan untuk yang dicinta.

Panduan transportasi ke stadion-stadion SEA Games Malaysia

Berkunjung ke Malaysia merupakan salah satu destinasi favorit orang Indonesia. Dalam data Malaysia Tourism Promotion Board, lebih dari tiga juta orang Indonesia menjadikan Negeri Jiran sebagai tujuan liburan tahun lalu. Dilansir dari The Malay Mail Online, Indonesia masih jadi negara nomor dua terbanyak setelah Singapura yang mengirimkan wisatawan ke Malaysia pada 2017 ini. Statistik ini tentu akan bertambah seiring kunjungan para “wisatawan sepakbola” dari Indonesia yang ingin menyaksikan SEA Games 2017.

Berbicara tentang wisata di Malaysia, terkhusus area Kuala Lumpur, tempat-tempat favorit pelancong umumnya berada di kawasan Bukit Bintang, KLCC, Central Market alias Pasar Seni, China Town Petaling Street, dan Dataran Merdeka. Hotel dan penginapan murah juga bertebaran di kawasan-kawasan tersebut.

Tapi letak semua kawasan keramaian itu sangat jauh dari stadion-stadion pertandingan timnas Indonesia selama SEA Games. Dari Bukit Bintang ke Stadion Shah Alam misalnya, ada jarak sekitar 30 km yang harus dilalui. Sedangkan, jarak terdekat dari Bukit Bintang ke Stadion Selayang sekitar 17 km. Stadion-stadion di jantung kota Kuala Lumpur berkapasitas relatif kecil dan tidak sesuai dengan standar SEA Games. Artinya, Anda tidak bisa mengharapkan efisiensi waktu (juga biaya transportasi) untuk menuju stadion.

Walau tidak seperti Stadion Gelora Bung Karno yang berlokasi di pusat kota, Shah Alam dan Selayang masih tetap bisa dicapai. Di Kuala Lumpur, sarana transportasi publik dua level lebih baik daripada di Jakarta. Di luar layanan third party seperti Uber dan Grab, Anda bisa leluasa memanfaatkan layanan transportasi publik asuhan pemerintah setempat yang berupa bus dan integrasi kereta MRT, LRT, Monorel, maupun KTM.

Bagi para suporter away days, layanan transportasi publik asuhan pemerintah merupakan pilihan ideal karena dapat menghemat biaya lebih signifikan dibanding layanan Uber dan Grab. Bila menggunakan transportasi publik pemerintah, Anda hanya perlu membayar kurang dari 15 ringgit (kurs 1 ringgit per 14 Agustus 2017 adalah Rp3.111). Bagaimana bisa? Berikut uraiannya:

  • Naiki Monorel menuju Stasiun KL Sentral dari Stasiun Bukit Bintang. Anda akan dikenai ongkos sebesar 2,5 ringgit.
  • Setiba di KL Sentral, pindah ke line kereta KTM. Beli tiket di automatic ticket machine yang berwarna merah di luar peron. Pilih relasi Stasiun KL Sentral – Stasiun Batu Tiga. Anda akan dikenai ongkos sebesar 3,4 ringgit. Jika bingung, bertanyalah pada petugas stasiun.
  • Stasiun Batu Tiga adalah stasiun terdekat dari Stadion Shah Alam. Tapi jangan kira begitu turun Anda akan langsung melihat pintu stadion. Anda masih harus menempuh jarak sekitar 3 km menuju pintu utama stadion. Kurang lebih seperti berjalan dari stasiun Palmerah menuju pintu timur GBK. Jika malas berjalan, Anda bisa gunakan Uber/Grab. Dari stasiun Batu Tiga, tarif normalnya sekitar 5-6 ringgit.

Lalu, bagaimana dengan ke Stadion Selayang? Kandang klub Selangor FA (yang ada Andiknya) ini dipakai untuk pertandingan timnas Indonesia melawan Timor-Leste dan Vietnam. Stadion ini berada paling utara kawasan Kuala Lumpur. Bila Anda pernah berkunjung ke kawasan wisata Batu Caves, maka Stadion Selayang ada di satu teritori yang sama dengan situs peribadatan umat Hindu tersebut.

Jika menggunakan Grab/Uber, tarif normal sekali jalan menuju stadion itu sekitar 22-25 ringgit dari Bukit Bintang. Sedangkan, bila menggunakan transportasi bus, Anda hanya akan menghabiskan 3 ringgit saja! Caranya? Simak uraian berikut:

  • Tidak ada transportasi kereta langsung ke daerah Selayang. Anda sebaiknya menggunakan layanan bus bernomor 151 dari area Hab Medan Pasar di Pasar Seni. Untuk mencapai tempat ini, Anda dapat gunakan fasilitas bus gratis bernama GO KL relasi Bukit Bintang – Pasar Seni. Setiba di terminal Pasar Seni, berjalanlah ke arah Central Market sembari membuka GPS atau bertanya pada orang sekitar dimana tepatnya Hab Medan Pasar agar Anda tidak tersasar.
  • Begitu tiba di Hab Medan Pasar, Anda akan mudah melihat deretan bus 151 yang sedang ngetem. Naiki bus di barisan paling depan dan cukup bayar tiket sebesar 3 ringgit pada sopirnya. Perjalanan dari Hab Medan Pasar ke depan halte Stadion Selayang akan menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam tergantung kepadatan jalan dan adrenalin si sopir.

Perlu Anda ketahui, jam operasional kebanyakan transportasi umum bus dan kereta di KL tidak lebih dari pukul 23.30 malam. Untungnya, setiap pertandingan timnas di fase grup ini tidak berakhir terlalu larut malam.

Peran KBRI

Sebenarnya ada satu cara lagi yang bisa digunakan untuk menghemat pengeluaran away days Anda. Mereka yang away days ke Filipina saat Piala AFF 2016 pasti tahu betul cara ini, yakni mendekat ke Kedutaan Besar Republik Indonesia. Di Manila, pihak KBRI Filipina tergolong antusias menyambut kedatangan puluhan hingga seratusan pejuang away days dari Indonesia.

Beberapa jam menjelang pertandingan pertama, para suporter yang datang dari berbagai tempat di Indonesia itu diajak untuk berkumpul di kantor KBRI. Sekejap, kumpul-kumpul sebelum pertandingan itu tampak seperti jambore kecil-kecilan antar suporter klub Indonesia. Ada yang berfoto bersama, ada yang bertukar chants, ada pula yang berbagi cerita singkat tentang perjalanan Jakarta-Manila yang baru dilalui. Semua tampak senang karena bertemu teman-teman baru senasib sepenanggungan demi mendukung Garuda.

Keriangan tidak cukup di sana. Ternyata saat itu pihak KBRI telah mengalokasikan sejumlah tiket gratis untuk para suporter. Selain itu, KBRI turut menyediakan tiga bus untuk mengantar mereka ke Stadion Philippine Sports Stadium di Bocaue, kawasan Bulacan yang berjarak 37 km dari Manila. Nah, menarik ditunggu apakah KBRI di Kuala Lumpur juga akan melakukan hal yang sama seperti KBRI di Manila?

Penulis adalah seorang yang kini bekerja di situs aggregator bernama iPrice. Di sela-sela pekerjaannya, ia berusaha memahami sepakbola Negeri Jiran. Biasa berkicau di akun Twitter @aldouff


Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing. Isi dan opini di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis

Komentar