Pembelian Paulinho Menandakan Kemunduran La Masia

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Pembelian Paulinho Menandakan Kemunduran La Masia

Beberapa klub dari Liga Super Tiongkok menggebrak bursa transfer dengan pembelian-pembelian pemain Eropa dalam beberapa musim terakhir ini. Carlos Tevez, Ezequiel Lavezzi, Paulinho, Ramires, dan lainnya adalah bukti agresivitas transfer pemain dari klub-klub Liga Tiongkok.

Tapi pada bursa transfer musim panas Eropa saat ini, salah satu klub dari Liga Super Tiongkok justru menggebrak melalui penjualan pemainnya ke sepakbola Eropa. Gebrakannya itu membuat Liga Tiongkok jemawa satu langkah akibat penjualan Paulinho dari Guangzhou Evegrande ke Barcelona seharga 40 juta euro. Harga itu membuat Paulinho menjadi pembelian Barcelona kelima paling mahal sepanjang sejarah.

Hanya Neymar, Luis Suarez, Zlatan Ibrahimovic dan David Villa yang dibeli Barcelona dengan harga lebih mahal dari Paulinho sejauh ini. Tapi lihatlah latar belakang empat pemain yang lebih mahal dari Paulinho tersebut. Baik Neymar, Suarez, Ibrahimovic, dan Villa merupakan penyerang dan sama-sama mesin gol bagi mantan kesebelasannya, ditambah dengan prestasi-prestasi yang didapatkan bersama kesebelasan sebelumnya. Catatan itu berbeda dengan Paulinho yang berposisi gelandang bertahan.

Sebetulnya sah-sah saja jika gelandang bertahan dihargai mahal. Toh N`Golo Kante saja dibeli Chelsea dengan harga 38 juta euro dari Leicester, artinya lebih murah dua juta euro dibandingkan Paulinho. Tapi tunggu dulu, Kante dibeli Chelsea karena baru menjuarai Liga Primer Inggris 2015/2016. Bagaimana dengan Paulinho?

Paulinho sebenarnya sudah menyumbangkan enam gelar sejak memperkuat Guangzhou pada 2015. Namun terlepas dari teori sama rata, terlepas dari rataan 2,6 tekel sukses Paulinho selama musim lalu, Liga Super Tiongkok tetap sulit untuk disejajarkan dengan pemai dari kesebelasan-kesebelasan hebat Eropa.

Jika dibandingkan dengan negara-negara di Eropa, Tiongkok tentu belum ada apa-apanya. Sepakbola negara itu pun belum pernah memenangkan Piala Dunia atau bahkan Piala Asia. Bahkan mereka berpuasa gelar dalam Piala Asia Timur sejak 2010 lalu. Walau sebetulnya Guangzhou sudah menjuarai Liga Champions Asia dua kali pada 2013 dan 2015 (diperkuat Paulinho), tapi mereka belum pernah lebih baik dari juara empat pada Piala Dunia Antar Klub setelahnya. Di Liga Super Tiongkok juga Paulinho tidak bertemu dengan gelandang serang sekaliber Isco. Di Liga Champions Asia juga Paulinho tidak harus menjegal playmaker seperti Miralem Pjanic.

Alasan-alasan itulah yang membuat Paulinho dianggap kemahalan meskipun direkrut oleh kesebelasan sebesar Barcelona, kesebelasan yang sudah meraih total juara 90 kali selama 117 tahun karier sepakbolanya. Barcelona seolah tidak memiliki pilihan gelandang bertahan lain yang untuk direkrutnya. Apalagi Paulinho sudah berusia 29 tahun dan masih banyak gelandang bertahan lebih muda yang bisa direkrut Barcelona.

Justru kesebelasan-kesebelasan lain yang bisa mendapatkan gelandang bertahan yang tampil mengkilap di Eropa selama musim lalu, bahkan usianya lebih muda. Andai jika waktu satu atau dua bulan lalu terulang, dengan uang 40 juta, Barcelona bisa saja mendapatkan Tiemoue Bakayoko dari AS Monaco yang dibeli oleh Chelsea dengan harga sama seperti Paulinho.

Atau jika ingin lebih murah lagi, Barcelona bisa mendapatkan Leandro Paredes dari AS Roma atau Lucas Biglia dari SS Lazio. Bahkan kedua gelandang itu merupakan tipikal gelandang bertahan yang akan disukai Barcelona, selain kuat bertahan, memiliki akurasi operan pendek atau panjang sama baiknya. Walau Biglia lebih tua tiga tahun daripada Paulinho, tapi setidaknya ia berhasil mengantarkan Lazio ke papan atas Serie A musim lalu, salah satu liga yang disegani di Eropa. Atau dengan uang yang lebih murah, Barcelona bisa mendapatkan Ruben Neves, Mario Lemina, Ignacio Camacho, Vicente Iborra, Maxime Gonalons, dan masih banyak lagi.

Sebetulnya sekarang pun masih ada deretan gelandang bertahan yang belum pindah ke kesebelasan lain. Dengan gelandang-gelandang itu, mungkin Barcelona bisa mencoba merekrutnya lebih murah daripada Paulinho. Soal harga dan latar belakang musim lalu, padahal Barcelona sempat dikaitkan dengan Jean Michael Seri dari OGC Nice. Tapi entah mengapa kesebelasan berjuluk Blaugrana itu justru lebih merekrut Paulinho daripada Seri.

Jika pun bukan Seri, Barcelona bisa saja mengalihkannya ke gelandang bertahan seperti Jorginho, Fabinho, atau lainnya. Dilansir dari Transfermarkt, Jorginho memiliki harga pasar 22 juta euro dan Fabinho sebesar 25 juta euro. Tapi memberikan pilihan itu juga percuma karena Paulinho sudah terlanjur dibeli Barcelona. Sekarang tinggal berpikir bagaimana efektivitas pemain jebolan akademi Pao de Acucar itu bersama Barcelona.

40 juta euro untuk bangku cadangan Barcelona

Peran Sergio Busquets sebagai gelandang bertahan Barcelona dalam formasi 4-3-3 belum tergantikan sampai sejauh ini. Keinginan Barcelona mendatangkan pemain baru pada posisi itu pun tampaknya tak lepas dari keinginan adanya pelapis Busquets. Pencarian gelandang bertahan pun berhenti di Paulinho. Ya, 40 juta euro untuk seorang pemain pelapis. Prestise itulah yang mungkin satu-satunya bisa dibanggakan Barcelona saat ini. Bahwasanya untuk mendatangkan pemain proyeksi bangku cadangan pun dihargai 40 juta euro.

Atau justru dengan harga itu karena Barcelona mabuk kepayang atas penjualan Neymar seharga 222 juta euro ke Paris Saint-Germain (PSG)? Penjualan itu yang bisa membuat Barcelona berpikir: "Ah, 40 juta euro itu cuma receh!". Padahal Barcelona bukan berarti tidak memiliki pemain pengganti Busquets. Sebetulnya masih ada Javier Mascherano yang justru posisi aslinya adalah gelandang bertahan. Sergi Samper pun baru dikembalikan setelah memperkuat Granada pada musim lalu.

Bahkan Sergi Roberto pun bisa dimainkan sebagai gelandang bertahan. Posisi aslinya adalah gelandang dan ia dijadikan full-back sehingga memiliki pengalaman soal bertahan. Memang Barcelona memiliki selera tinggi di setiap posisi, terlebih gelandang bertahan. Siapa pun pemain yang mengisi posisi itu di Barcelona, tidak hanya bermodal kuat ketika mengantisipasi serangan lawan lebih cepat daripada beknya, namun diiringi dengan kemampuan mengalirkan bola dengan baik.

Busquets mampu menjalankan peran tersebut. Ia mampu melakukan 2,5 tekel per laga dari 33 pertandingannya di La Liga musim lalu. Akurasi operannya pun berasio 89.9%. Paulinho memiliki kesukesan tekel bersih yang tinggi di setiap laganya. Akurasi operannya mencapai 85%, tapi sekali lagi, bahwa itu berlaku di Liga Super Tiongkok seperti yang dijelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya. Soal tekel bersih, Paulinho memang tidak bisa disalahkan seluruhnya.

Sebetulnya ketika masih memperkuat Tottenham Hotspur pun ia pernah mencapai 2,2 tekel bersih per laga. Tapi pencapaiannya itu terjadi sekitar tiga musim lalu. Di usianya yang 29 tahun ini, Paulinho cuma menaikkan 0,4 tekel bersih di Liga Super Tiongkok. Jika pun Barcelona menginginkan pelapis Busquets, akan lebih setuju pilihan diberikan kepada Mascherano. Tekel bersih per laga musim lalu mencapai 2,2 kali di setiap pertandingannya.

Akurasi operan Mascherano yang lebih sering dimainkan jadi bek tengah itu pun mencapai 91%. Akurasi itu cukup tinggi bagi bek yang sering menghadapi lawan menerapkan pressing tinggi untuk bisa mengalahkan Barcelona. Mascherano memang sudah berusia 33 tahun, tapi jika dimainkan sebagai pilihan kedua, rasanya ia masih cukup layak. Alternatifnya adalah seharusnya Barcelona mencari bek tengah baru untuk melapisi Gerard Pique atau Samuel Umtiti.

Sikap Barcelona untuk menyampingkan Samper atas kedatangan Paulinho agak masuk akal karena ia tidak selalu bermain penuh bersama Granada musim lalu. Samper cuma dimainkan 13 kali di skuat utama dan jumlah keberhasilan tekel per laganya cuma 1 kali. Sementara akurasi operannya cukup baik dengan rasio 81%. Walau masih belum mempercayai Samper, setidaknya ia bisa mendapatkan banyak pelajaran dari Busquets atau Mascherano sampai nama kedua pergi karena usia.

Atas penilaian itu, maka kurang apalagi Barcelona pada stok gelandang bertahannya saat ini? Kedatangan Paulinho pun menjadi kemenangan dan kebanggaan bagi pemain itu sendiri, Guangzhou, dan Liga Super Tiongkok. Sementara jatuhnya reputasi atas kedatangan Paulinho, diderita oleh Barcelona dan akademi sepakbolanya yang bernama La Masia itu. Di kubu berseberangan, Real Madrid semakin tertawa lepas karena skuatnya semakin banyak dihiasi pemain binaannya sendiri.

Komentar