Mewaspadai Permainan Menekan "Gajah Perang" Thailand

Analisis

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Mewaspadai Permainan Menekan "Gajah Perang" Thailand

Dari 20 kali perhelatan Southeast Asian Games (SEA Games) sejak 1977, Thailand menjadi negara yang paling banyak menjadi juara untuk cabang olahraga sepakbola. Mereka meraih medali emas sebanyak 13 kali, termasuk dua yang terakhir pada 2013 dan 2015.

Pada SEA Games 2017 nanti, Thailand juga berniat untuk mempertahankan gelar juara mereka. Bersama dengan tuan rumah Malaysia, mereka menjadi tim unggulan di kejuaraan pesta olahraga antara negara-negara Asia Tenggara ini.

“Kami datang ke sini untuk mempertahankan medali emas yang telah kami memenangkan dua tahun lalu di Singapura dan saya telah mempersiapkan para pemain untuk berada dalam kondisi yang baik karena kita tahu kompetisi akan lebih berat di tahun ini,” kata pelatih kepala Thailand, Worrawoot Srimakha, dikutip dari Straits Times.

Tim “Gajah Perang” sudah mempersiapkan tim nasional U22 mereka dengan baik. Sepanjang tahun 2017 ini, mereka sudah bermain delapan kali dengan hanya kalah sekali melawan Tiongkok di Dubai Cup.

Mereka berhasil menang empat kali dan lolos ke Piala Asia U23 2018 di Tiongkok, di mana pada pertandingan terakhir mereka bermain imbang tanpa gol melawan Indonesia. Jadi, SEA Games nanti bisa dianggap sebagai latihan untuk mereka sebelum Piala Asia 2018 awal tahun depan.

Tidak seperti di Indonesia yang para pemain di SEA Games-nya terlihat “dibantu” oleh regulasi, setiap kesebelasan di Thailand hanya diwajibkan memasukkan satu pemain U19 dan dua pemain U23 dalam pertandingan tanpa adanya aturan pemain tersebut wajib bermain, apalagi dengan jangka waktu tertentu di pertandingan. Keputusan bermain atau tidaknya setiap pemain tetap di tangan pelatih, bukan regulasi.

Hasilnya terlihat bahwa para pemain U23 yang membela timnas Thailand merupakan pemain yang memang benar-benar layak dipanggil secara mental dan teknik. Karena pemain-pemain utama Thailand U23 seperti Suriya Singmui (Chiangrai United), Shinnapat Lee-Oh (Chiangrai United), Saringkarn Promsupa (Rayong), Ratthanakorn Maikami (Buriram United), atau sang kapten Chenrop Samphaodi (BEC Tero Sasana), merupakan pemain U23 yang reguler bermain di tim utama kesebelasannya masing-masing karena mereka memang layak dimainkan.

Bahkan saat ini, pemain seperti Singmui (22 tahun) dan Samphaodi (22 tahun) sudah mendapatkan jam terbang layaknya pemain senior karena sejak 2013 cukup reguler bermain kesebelasan yang ia bela (atau ketika dipinjamkan).

Membawa banyak wajah baru

Worrawoot membuat keputusan menarik dengan tidak menyertakan beberapa pemain kuncinya. Salah satunya adalah Supachok Sarachat yang sebelumnya menjadi bagian penting pada kualifikasi Piala Asia U23. Sarachat yang baru berusia 19 tahun, sudah mengemas tujuh gol musim ini bersama Buriram United di Thai League 1, liga tertinggi di Thailand.

“Kiprahnya bagus, tapi saya tidak yakin dengan kondisi fisiknya. Saya khawatir kalau dia menjalani kerasnya pertandingan di SEA Games, dia bisa cedera lagi. Kalau cedera, dia bisa absen satu hingga dua bulan,” kata mantan penyerang timnas Thailand tersebut, dikutip dari Goal.

Selain itu, Worrawoot juga mengatakan bahwa ia sangat percaya diri di SEA Games nanti. “Meskipun saya membawa banyak wajah baru, saya memiliki kepercayaan diri penuh jika mereka bisa memberikan yang terbaik,” katanya.

Pria yang sebelumnya pernah memenangkan tiga medali emas dan satu medali perak di SEA Games sebagai pemain tersebut mengatakan jika semua tim di Grup B memiliki ancaman yang besar untuk mereka mempertahankan gelar juara.

“Semua tim akan menimbulkan ancaman bagi kami, terutama Vietnam dan Indonesia , mereka adalah pesaing kuat,” katanya. Di Group B nanti, Thailand akan mengawali petualangan SEA Games mereka melawan Indonesia, kemudian Timor-Leste, Kamboja, Filipinda, dan Vietnam.

Skema yang fleksibel

Thailand sering memainkan skema 4-2-3-1, di antaranya pada Dubai Cup dan Kualifikasi Piala Asia U23 yang lalu. Dua pemain tengah mereka, Chaowat Veerachat dan Phitiwat Sukjitthammakul, adalah pasangan yang cukup berpengalaman meskipun masih di tingkat U22.

Pada saat menyerang, mereka bisa mengubah skema menjadi 4-3-3 maupun bermain dengan tiga bek jika dibutuhkan. Kunci perubahan ini biasanya dipegang oleh bek tengah mereka, Shinnaphat Lee-Oh.

Permainan mereka yang penuh tekanan membuat siapapun lawan Thailand harus mewaspadai ketika mereka membangun serangan, jangan sampai mereka berlama-lama menguasai bola di wilayah pertahanan mereka sendiri. Pasukan asuhan Worrawoot ini tidak segan untuk menekan dari wilayah yang tinggi di lapangan.

Selain itu, para pemain Thailand juga pandai memanfaatkan ruang antar lini untuk kemudian menyerang lewat sayap.

Pemain kunci

Ada wanita yang menjadi satu sosok penting di timnas Thailand di luar lapangan, yaitu Watanya Wongopasi. Tapi jika melihat permainan di atas lapangan, kita bisa menemukan lebih banyak lagi meskipun ini hanya tim U22. Sittichok Kannoo adalah salah satu penyerang yang dibawa oleh Worrawoot selain sang kapten, Samphaodi.

Ia telah mencetak tiga gol selama persiapan timnas Thailand U22 sejak awal tahun ini. Pemain berusia 21 tahun ini dipinjamkan dari Buriram United ke Thai Honda Ladkrabang. Kedua kesebelasan ini berada di satu divisi, namun Thai Honda berada pada peringkat kedua dari bawah.

Pada kompetisi domestik, Sittichok sudah mencetak empat gol dari 10 pertandingan. Sebelumnya ia sudah pernah mencetak dua gol ke gawang Indonesia U19 pada saat Piala AFF U19 2014 (Indonesia kalah 6-2).

Komentar