Teka-Teki Transfer Coutinho

Cerita

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Teka-Teki Transfer Coutinho

Akhir episode yang menyenangkan bagi Liverpool. Philippe Coutinho, tokoh utama dalam sebuah drama klasik di jendela transfer bertema rumor itu, dipastikan bertahan di Anfield. Dalam seminggu terakhir, spekulasi kepindahan pemain asal Brasil itu ke Barcelona terus bermunculan. Berbagai media Inggris dan Spanyol bahkan sempat memberitakan bahwa kesepakatan dari kedua belah pihak sudah terjalin.

Misalnya, Metro, yang mengabarkan bahwa kedua kubu sudah merampungkan kesepakatan pada Sabtu (5/8) lalu. “Liverpool diyakini telah sepakat dengan Barcelona pada Hari Sabtu saat pemain asal Brasil itu absen saat tim bermain melawan Athletic Bilbao di Dublin,” tulis Metro pada Minggu (6/8).

Namun semua spekulasi tersebut sepertinya terbantahkan, setelah Fenway Sports Group (FSG) sebagai konsorsium yang memegang kendali atas kepemilikan Liverpool menyatakan bahwa Coutinho dipastikan menjadi bagian dari skuat Liverpool pada musim 2017/2018. FSG mengungkapkan bahwa Liverpool menolak untuk mempertimbangkan segala penawaran yang masuk untuk Coutinho.

“Pendirian definitif pihak klub adalah tidak ada penawaran untuk Philippe yang akan dipertimbangkan, dan ia akan tetap menjadi anggota Liverpool Football Club saat jendela transfer musim panas ditutup,” terang FSG seperti dilansir dari halaman resmi klub.

Pengumuman bertahannya Coutinho tentu membuat semua loyalis klub yang memiliki julukan The Reds itu lega, karena dalam seminggu terakhir jantung mereka dibuat berdetak kencang dengan segala ketidakpastian pemberitaan yang menyangkut masa depan Coutinho di Anfield. Maklum, mantan pemain Inter Milan itu bisa dibilang sebagai salah satu nyawa permainan tim.

Selain itu, Liverpool juga butuh keutuhan skuat yang mumpuni menjelang musim 2017/2018. Pada musim tersebut mereka berhasil menggenggam tiket tampil di kompetisi Eropa. Bila lolos dari babak play-off, mereka dipastikan tampil di putaran final Liga Champions. Namun bila gagal, setidaknya mereka dipastikan tampil di Liga Europa. Jelas, mereka akan dihadapkan pada jadwal padat karena Liverpool pun diharuskan fokus melakoni laga di Liga Primer Inggris beserta turnamen domestik lainnya.

Mempertahankan pemain andalannya tentu saja merupakan upaya agar mereka bisa lolos dari masalah-masalah klasik seperti cedera dan kelelahan karena jadwal padat di kompetisi musim ini. Selain itu, andai Coutinho pergi maka mereka akan disibukkan lagi dengan kegiatan di bursa transfer untuk mencari pengganti yang sepadan bagi Coutinho.

Kalau bisa mendapatkan pemain yang dianggap sepadan untuk menggantikan Coutinho, Liverpool mungkin bisa bernapas lega. Tapi bukan berarti itu tanpa masalah, karena mereka akan dihantui permasalahan seperti kemampuan adaptasi sang pemain terhadap permainan tim. Kemudian bila tidak, maka akan menjadi kerugian tersendiri bagi Liverpool yang punya ambisi di kompetisi untuk berprestasi di musim ini.

Mengubah label sebagai klub penjual pemain bintang

Potensi bertahannya Coutinho di Liverpool juga menyiratkan satu indikasi bahwa Liverpool telah mengubah kecenderungan mereka sebagai kesebelasan yang gemar menjual bintangnya ke klub lain. Keuntungan besar kerap didapat Liverpool dari hasil penjualan para pemain bintangnya membuat The Reds terbilang sering menjual pemain andalannya.

Dalam enam tahun terakhir ini Liverpool sudah menjual tiga bintang mereka seperti Fernando Torres yang dijual ke Chelsea seharga 50 juta paun pada tahun 2011 lalu, kemudian Luis Suarez yang dijual ke Barcelona dengan 75 juta paun, dan Raheem Sterling ke Manchester City dengan mahar 49 juta paun. Dari hasil penjualan tiga pemain tersebut, Liverpool telah mendapatkan total 379 juta paun.

Hasil dari penjualan tersebut menjadikan mereka sebagai kesebelasan dengan pendapatan terbesar dari hasil penjualan pemain dibanding kesebelasan lainnya. Liverpool sebenarnya memiliki peluang besar untuk menambah pundi-pundi keuntungan mereka dari hasil penjualan Coutinho yang kabarnya ditawar hingga 109 juta paun oleh Barcelona, namun langkah tersebut tak diambil Liverpool.

Tampaknya mereka menyadari kalau menjual pemain bintang memang menguntungkan secara finansial, namun dari segi prestasi agaknya itu terlalu berisiko. Contohnya, lihat saja bagaimana kondisi Liverpool setelah menjual Suarez ke Barcelona. Setelah menempati posisi dua di klasemen akhir musim 2013/2014, Liverpool justru menunjukkan performa mengecewakan. Gagal total di Liga Champions, dan hanya mampu finis di urutan enam pada akhir musim 2014/2015.

Pada pertengahan musim 2015/2016, Liverpool kemudian melakukan gebrakan setelah performa klub tak kunjung membaik. Juergen Klopp didatangkan untuk menggantikan Brendan Rodgers. Racikan Klopp cukup terbukti dalam mengangkat performa tim, meski pada klasemen akhir kompetisi Liverpool hanya menempati posisi delapan.

Tapi Klopp mampu membawa The Reds menuju final Liga Europa UEFA dan Piala Liga Inggris. Meski dalam dua final tersebut Liverpool gagal meraih gelar. Secara berkala perubahan ditunjukkan Liverpool di bawah arahan Kloop, pada musim 2017/2018 mereka berhasil finis di urutan empat besar yang dalam dua musim terakhir gagal mereka raih.

Selain prestasi yang semakin membaik, kehadiran Klopp juga secara tidak langsung telah mengubah sistem transfer Liverpool yang kerap menjual pemain bintang hanya demi sebuah keuntungan finansial. Apalagi, Klopp menyadari kalau para penggemar sudah mulai bosan dengan pencapaian klub yang begitu-begitu saja.

“Kami ingin menjadi sebuah klub yang memiliki masa depan jelas dan menjadi klub yang tak ingin ditinggalkan oleh para pemainnya. Hal itu sangat penting. Saya pikir kami bisa melakukan ini karena hal itu menjadi salah satu target kami di tahun-tahun mendatang. Saya pikir belum ada klub yang sukses dengan tak mengubah skuat mereka setiap tahun. Anda harus mempertahankan para pemain kunci dan memiliki skuat yang merata untuk menciptakan konsistensi yang muaranya adalah kesuksesan," kata Klopp seperti dikutip dari Liverpool Echo.

Seperti yang tertulis pada awal artikel ini, bertahannya Coutinho di Liverpool adalah akhir sebuah episode yang menyenangkan bagi Liverpool. Tapi Liverpool dan kita semua tidak benar-benar yakin jika episode tersebut adalah episode terakhir di "acara drama" jendela transfer musim panas. Karena semuanya masih bisa berubah sebelum tenggat waktu di akhir Agustus nanti.

Foto: AFP

Komentar